Kapan Sekolah Dibuka Kembali? Nadiem Makarim Akhirnya Beri Kepastian, Sudah Ada yang Boleh Buka

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Mendikbud ) Nadiem Makarim akhirnya buka suara kapan sekolah dibuka kembali.

TRIBUNKALTIM.CO/DIAN MULIA SARI
Kegiatan Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) di SMKN 1 Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU). Nadiem Makarim akhirnya buka suara soal kapan kegiatan belajar tatap muka kembali dimulai. 

TRIBUNKALTIM.CO - Setelah ditutup selama kurang lebih 8 bulan lamanya akibat pandemi covid-19

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Mendikbud ) Nadiem Makarim akhirnya buka suara kapan sekolah dibuka kembali.

Pembukaan sekolah ini mempertimbangkan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan.

Nadiem Makarim akhirnya buka suara soal kapan kegiatan belajar tatap muka kembali dimulai.

Nadiem Makarim mengaku menemukan tiga dampak negatif terlalu lamanya kegiatan pembelajaran jarak jauh di tengah pandemi Covid-19 ini.

Tak ingin dampak negatif itu makin meluas, Nadiem Makarim pun buka suara soal kapan sekolah tatap muka dapat kembali digelar.

Baca juga: Kasus Video Syur Mirip Gisel, Pakar Hukum Sebut Gisel Bisa Naik Status Jadi Tersangka

Baca juga: Anies Baswedan Diperiksa Polda Metro Jaya, Rocky Gerung Beber Keterlibatan Istana, Ada Tujuan Polisi

Baca juga: Bukan Cuma Prakerja Via www.prakerja login, Daftar Lengkap Bansos yang Rencananya Diperpanjang 2021

Baca juga: Jelang Big Match Liga Italia Napoli vs AC Milan, Rossoneri Panik Cari Pengganti Stefano Pioli

Dalam rapat kerja Kemendikbud bersama Komisi X DPR RI, Nadiem Makarim mengungkapkan agar masyarakat sabar menunggu kebijakan yang akan diberlakukan.

Diakui Nadiem Makarim, memberlakukan belajar tatap muka di tengah pandemi Covid-19 akan sesuatu yang berisiko.

Untuk itulah ia ingin memastikan keamanan anak saat nanti kembali mengikuti belajar tatap muka.

"Mengembalikan anak ke sekolah tatap muka seaman mungkin itu adalah komitmen saya."

"Jadi mohon kesabaran pasti kami akan selalu meningkatkan kesempatan bagi yang paling sulit melakukan pembelajaran jarak jauh akan bisa melaksanakan format tatap muka.

Mohon ditunggu nanti pasti ada kebijakannya," kata Nadiem.

Sementara itu, pengkajian terus dilakukan untuk sekolah di luar zona hijau untuk melakukan tatap muka hingga saat ini.

Saat ini pihaknya, lanjut Nadiem, masih menggodok pembukaan pembelajaran tatap muka.

"Untuk sekolah tetap muka ini sekarang kita sedang kaji dan sedang kami analisa dan mengkaji lagi surat keputusan bersama (SKB) 4 kementerian."

"Bagaimana kita bisa membantu anak-anak kita yang paling sulit melakukan pembelajaran jarak jauh, bisa lebih banyak lagi yang masuk sekolah," terang Nadiem.

Nadiem Makariem juga meminta Komisi X DPR untuk membantu mencari tahu penyebab soal sekolah di daerah zona hijau yang belum menerapkan kembali tatap muka.

"Mohon dukungan Komisi X DPR agar di dapil-dapilnya yang zona hijau dan kuning mengapa ada yang belum membuka sekolah."

"Banyak sekali zona hijau dan kuning walaupun sudah 2 bulan sudah diperbolehkan tatap muka tapi masih belum melakukan [tatap muka]," ujar Mendikbud.

Seperti yang diketahui, ternyata belum semua sekolah di zona hijau membuka tatap muka.

Informasi tersebut didapat Nadiem ketika kunjungan ke daerah dan mendengar aspirasi terkait dibukanya kembali sekolah tatap muka di zona hijau.

Seperti yang sudah diketahui, pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi swasta maupun negeri dilakukan secara jarak jauh atau secara online sejak awal pandemi Covid-19 melanda Tanah Air.

Tiga Dampak Negatif Akibat Terlalu Lama Pembelajaran Jarak Jauh menurut Nadiem

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menyebutkan sejumlah dampak yang dapat terjadi apabila Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dilakukan dalam waktu yang lama.

"Dari semua riset yang telah dilakukan di situasi bencana lainnya, di mana sekolah tidak bisa melakukan pembelajaran atau muka, bahwa efek daripada pembelajaran jarak jauh secara berkepanjangan itu bagi siswa adalah efek yang bisa sangat negatif dan permanen," jelas Nadiem dalam konferensi video Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19, Jumat (7/8/2020), dilansir oleh Kompas.com.

Nadiem menyebut, ada tiga dampak utama yang dapat terjadi.

Dilansir oleh Kompas.com, dampak pertama ialah ancaman putus sekolah.

Risiko putus sekolah, lanjutnya, dikarenakan anak terpaksa bekerja untuk membantu keuangan keluarga di tengah krisis pandemi Covid-19.

Termasuk dipicu oleh banyaknya orangtua yang tidak bisa melihat peranan sekolah dalam proses belajar mengajar apabila proses pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka.

Kemudian dampak kedua, menurut Nadiem, ialah penurunan pencapaian belajar.

Seorang siswa mencoba duduk di meja belajar yang ditambahkan plastik di sekelilingnya di SMAN 4 Kota.Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (8/7/2020) (KOMPAS.COM/BUDIYANTO)

Perbedaan akses dan kualitas selama pembelajaran jarak jauh, terang Nadiem, dapat mengakibatkan kesenjangan capaian belajar.

Terutama untuk anak-anak dari sosio-ekonomi berbeda.

Studi juga menemukan, pembelajaran di kelas menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik dibandingkan pada saat PJJ.

Lalu, dampak ketiga ialah adanya risiko kekerasan pada anak dan risiko eksternal.

Tanpa sekolah, kata Nadiem, banyak anak yang terjebak di kekerasan rumah tanpa terdeteksi oleh guru.

Selain itu, diterangkan Nadiem, ketika anak tidak lagi datang ke sekolah, terdapat peningkatan risiko pernikahan dini, eksploitasi anak terutama anak perempuan, dan kehamilan remaja.

"Jadi, dampak psikologis, dampak masa depan anak untuk melakukan PJJ secara berkepanjangan ini real. Itulah alasannya kenapa kita harus punya dua prinsip kebijakan pendidikan di mana empat kementerian telah sepakat," tutur Nadiem.

Sehingga, kata dia, untuk mengantisipasi konsekuensi negatif dan isu dari pembelajaran jarak jauh, pemerintah memutuskan untuk mengimplementasi dua kebijakan baru.

Pertama ialah pembelajaran tatap muka diperbolehkan untuk semua jenjang yang berada di zona hijau dan zona kuning.

Dan kedua, sekolah diberi fleksibilitas untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa.

Meski begitu, Nadiem menegaskan, izin orangtua masih menjadi penentu apakah siswa boleh belajar di sekolah atau tidak.

"Pembelajaran tatap muka diperbolehkan di zona hijau dan kuning asalkan mendapat persetujuan dari gugus tugas masing-masing daerah," ujar Nadiem.

"Atau walaupun di zona hijau dan kuning, sekolah tidak dapat melakukan pembelajaran tatap muka tanpa persetujuan pemda setempat atau persetujuan orang tua murid."

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama dengan sejumlah kementerian telah mengumumkan siswa yang berada di zona hijau dan kuning Covid-19 kini dapat belajar tatap muka di sekolah.

Baca juga: Ketua Komisi IV DPRD Balikpapan Minta Pemkot tak Buru-buru Izinkan Belajar Tatap Muka di Sekolah

Baca juga: UPDATE Virus Corona di Balikpapan, Jelang Simulasi Sekolah Tatap Muka, Seribu Siswa Bakal Rapid Test

Baca juga: Siswa Sudah Bisa Siap-siap? Ini Jawaban Terbaru Nadiem Makarim Soal Kapan Sekolah Tatap Muka Dimulai

Belajar Tatap Muka Digelar Akhir Tahun, Tunggu Rapid Test

Simulasi kegiatan pembelajaran tatap muka di Kota Balikpapan akan diselenggarakan akhir tahun.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Balikpapan, Muhaimin.

Pihaknya mengaku telah bersurat ke Dinas Kesehatan Kota, mengajukan permintaan Rapid Test sejak satu minggu lalu.

Test cepat itu rencananya diperuntukkan bagi murid, guru, maupun tenaga pendidik sebelum kegiatan simulasi berlangsung.

"Tinggal tunggu jadwalnya. Setelah rapid test keluar, baru kami laporkan kepada ketua satgas," katanya, Selasa (17/11/2020).

Sebagai informasi, ada dua kelurahan yang ditunjuk melakukan kegiatan simulasi pembelajaran tatap muka, yakni Kelurahan Teritip di Balikpapan Timur dan Kelurahan Kariangau di Balikpapan Barat.

Dua kelurahan tersebut masuk tahap awal simulasi karena memiliki kasus Virus Corona ( covid-19 ) terendah di Balikpapan.

Dari hasil koordinasi, kegiatan simulasi ini pun akan dilakukan pada sekolah jenjang menengah pertama dahulu.

Mengingat para siswa SMP masuk usia lebih dewasa dan dapat berperan lebih aktif menjaga protokol kesehatan.

"Jadi 2 di Kariangau dan 3 di Teritip. Akhir Desember kita lakukan kegiatan itu. Kita mulai dari jenjang SMP dulu," ujarnya.

Muhaimin menjelaskan, ada lima rekomendasi yang wajib dilakukan Dinas Pendidikan sebelum digelarnya simulasi pembelajaran tatap muka.

Di antaranya, memberikan batas 50 persen yang hadir di sekolah dari kapasitas total daya tampung ruangan atau sekolah, mengurangi jumlah waktu jam belajar di sekolah, melakukan sistem kombinasi pembelajaran.

Baca juga: Daftar Nama Penerima BLT Guru Honorer, Login info.gtk.kemdikbud.go.id, Cek Daftar Nama

Baca juga: Usai Batal Nikah, Aurel Kembali Bagikan Kabar Kesedihan, Ashanty Syok Sampai Bikin Sayembara

Baca juga: LIGA ITALIA Jaga Tradisi, AC Milan Tak Ragu Singkirkan Barcelona, Gelandang Liverpool Jadi Buruan

Separuh siswa masuk kelas, sementara sisanya lewat daring (online), menerapkan protokol kesehatan serta melakukan rapid test.

Hasil dari rapid test, lanjutnya, akan menjadi pedoman untuk memutuskan pembelajaran secara tatap muka di sekolah dibuka atau tidak.

"Apabila memungkinkan dilaksanakan tatap muka, kita akan laksanakan. Intinya tunggu hasil rapid dulu baru kami putuskan," tuturnya.

(*)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Kapan sekolah tatap muka kembali digelar? Ini jawaban Menteri Nadiem Makarim

Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul TEMUKAN 3 Dampak Negatif PJJ, Nadiem Makarim Akhirnya Buka Suara Kapan Sekolah Tatap Muka Dimulai, https://style.tribunnews.com/2020/11/18/temukan-3-dampak-negatif-pjj-nadiem-makarim-akhirnya-buka-suara-kapan-sekolah-tatap-muka-dimulai?page=all.


Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved