Virus Corona di Balikpapan
Seorang Pria di Balikpapan Mencari Cacing Sutera di Sungai Dam yang Keruh, Imbas Corona
Setiap pagi, dengan motor Honda Astrea hitam, Pak Rohim siap menuju Sungai Dam, 3 Km arah barat dari rumahnya, di Jalan MT Haryono, Kelurahan Damai
Penulis: Maulana Ilhami Fawdi | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN – Setiap pagi, dengan motor Honda Astrea hitam, Pak Rohim siap menuju Sungai Dam, 3 Km arah barat dari rumahnya, di Jalan MT Haryono, Kelurahan Damai.
Ia parkirkan motor itu di ujung Jalan Flamboyan 2, setibanya di tepian Sungai Dam. Dari atas motor, Pak Rohim menurunkan perkakas yang ia bawa:
jeriken berwarna kuning, jaring kasa strimin berwarna merah sebagai ayakan, sarung tangan dan sepasang sepatu boot.
Setelah semua perkakas siap, tak lupa perkakas yang terpenting: insting mencari cacing.
Lumpur hitam yang mengendap di tepian Sungai Dam menjadi sasaran Pak Rohim.
Baca juga: Satu Lagi Anggota DPRD Kutim Terpapar Virus Corona, Dinkes Test Swab Massal di Kantor Dewan
Baca juga: Penerima Prakerja Tahun Ini Bisa Daftar Kartu Prakerja Gelombang 12? Segera Beli Pelatihan Prakerja
Mula-mula ia kumpulkan setangkup lumpur dengan kedua tangannya, lalu dimasukan lumpur itu ke dalam jaring.
Dengan bantuan air sungai yang mengalir, Pak Rohim menyaring lumpur hitam dengan sampah-sampah yang menyatu, biasanya sampah plastik dan karet bekas ban.
Setelah lumpur yang tersaring di dalam jaring agak penuh, ia pindahkan ke dalam jeriken. Proses ini biasanya berlangsung hingga sepuluh kali.
Bila lumpur di dalam jeriken sudah mulai penuh, Pak Rohim kembali ke rumah pada siang hari untuk proses pengangkatan cacing dari lumpur.
Cacing-cacing ini akan dijual ke peternak lele, Satu Kilogram cacing dihargai Rp 30.000. Bila dijual ke pemilik ikan hias seperti ikang cupang, harga cacing lebih tinggi yakni, Rp 50.000 per kilogramnya.
Baca juga: Walau tak Ada Perayaan Semarak di Kutim, Disdik Tetap Memberi Apresiasi kepada Guru
Baca juga: NEWS VIDEO Viral Pemotor Nekat Lewati Jalan yang Sedang Dicor, Motornya Terjebak Tak Bisa Ditarik
Saat ditemui awak TribunKaltim.Co, dirumahnya, pada Rabu (25/11/2020). Bapak dua anak ini mengaku, pekerjaan mencari cacing sutra ini baru ia lakukan beberapa bulan belakangan, sebelumnya ia berdagang Pentol Goreng.
Dulu, Pak Rohim berjualan Pentol Goreng di sekitar Balikpapan Baru. Berangkat sore hari mulai pukul 15:00 hingga malam pukul 22:00.
Namun, imbas pandemi Covid-19, pekerjaan berjualan Pentol yang sudah ia tekuni lebih dari sepuluh tahun ini harus ditinggalkan.
“Sebelumnya saya jualan pentol goreng, awal-awal Corona, jualan sulit, sudah tidak balik modal.
Begitu Corona, semakin malam semakin ga laku, ya sudahlah cari yang lain, masa kalau ga laku dikejar terus, gimana mau bayar kontrakan?” keluh bapak kelahiran Kota Malang 39 tahun lalu.
Mencari cacing di sungai bukanlah perkara mudah. Tak hanya berhadapan dengan bau lumpur yang tak sedap, seringkali ia pulang dengan kekecewaan, karena lumpur hitam yang dikumpulkannya hanya menghasikan sedikit cacing sutra.
“Pernah suatu kali, dapat 2 gelas cacing, satu jeriken cuma 2 gelas,” jelasnya.
Tak hanya hasil yang mengecewakan, Pak Rohim beranggapan bila pekerjaan mencari cacing juga pekerjaan yang menyengsarakan.
“Cari cacing itu sengsara, kerja dari pagi sampai siang, paling pol dapat 5Kg, dikali Rp.30.000/Kg dapat Rp.150.000, apa cukup buat bayar ini itu? Buat jajannya anak-anak?” keluhnya.
Baca juga: NEWS VIDEO Siswa SMP di Balikpapan Meninggal Usai Ujian Daring, Pihak RSUD Beri Tanggapan
Baca juga: Terima 20 Laporan Pelanggaran, Hanya 12 yang Diregistrasi Bawaslu Kutim
Namun pekerjaan ini harus ia lakukan, untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya yang harus dipenuhi setiap hari.
"Kerja ini, sekarang kalau pilih-pilih ga dapat uang, selama di Balikpapan saya kerja apa saja,” tuturnya.
Meskipun berat dan kadang penuh kekecewaan, Pak Rohim tetap semangat untuk mencari cacing, mengingat biaya hidup di Balikpapan hari ini yang serba mahal.
“Hanya satu aja tidak bayar di Balikpapan, buang ingus saja, yang lainnya bayar, kencing saja bayar, di sini serba mahal,” ujar Pak Rohim sambil tertawa.
Di tengah pandemi Covid-19, adaptasi menjadi kata kunci untuk bertahan hidup, beralih pekerjaan sepanjang baik dan mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga bisa dilakukan, seperti yang Pak Rohim jalani dengan mencari cacing sutra.
(TribunKaltim.Co/Maulana Ilhami Fawdi)