Menteri Ditangkap KPK
Edhy Prabowo, Tukang Pijat Prabowo hingga Jadi Menteri KKP Tersandung Ekspor Benur, Pujian Luhut
Jejak langkah Edhy Prabowo, dari tukang pijat Prabowo Subianto hingga Menteri KKP lalu tersandung ekspor benih lobster, ditangkap KPK, pujian Luhut
TRIBUNKALTIM.CO - Jejak langkah Edhy Prabowo, dari tukang pijat Prabowo Subianto hingga Menteri KKP lalu tersandung ekspor benih lobster, ditangkap KPK, pujian Luhut.
Nama Edhy Prabowo, Menteri KKP kini jadi tersangka dugaan kasus korupsi ekspor benur atau benih lobster.
Ini jejak langkah Edhy Prabowo, dari tukat pijat Prabowo Subianto hingga akhirnya menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan di era Jokowi.
Meski telah tersandung kasus korupsi, Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Maritim dan Investasi tetap beri pujian pada sikap ksatria Edhy Prabowo.
Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo sebagai tersangka kasus dugaan korupsi dalam ekspor benur atau benih lobster.
Politikus Partai Gerindra itu sebelumnya ditangkap terlebih dulu di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (25/11/2020) sekitar pukul 01.23 WIB setelah tiba dari dari Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat.
Edhy selama ini dikenal sebagai orang kepercayaan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Kedekatan itu bahkan telah dibangun sejak Prabowo masih menjadi seorang perwira TNI aktif.
Selain itu, pernah menjadi ajudan pribadi Prabowo, Edhy juga dikenal sebagai tukang pijat Menteri Pertahanan itu.
Sebelum bergabung dengan Akabri di Magelang, Edhy dikenal sebagai seorang atlet silat yang berprestasi.
Baca juga: Rocky Gerung Bongkar Pesan Politik Dibalik Penangkapan Menteri KKP Edhy Prabowo, Amputasi Kabinet
Baca juga: Menteri KP Pasti Lepas, Nasib Partai Gerindra Gara-gara Kasus Edhy Prabowo di Kabinet Versi Pengamat
Baca juga: Edhy Prabowo Dibekuk, Rocky Gerung Beber Bagi Upeti Tak Merata, Singgung Duet Novel & Anies Baswedan
Namanya pun bersinar di Pekan Olahraga Nasional (PON).
Bahkan, ia juga beberapa kali mengikuti kejuaraan silat di luar negeri.
Setelah bergabung dengan Akabri, ia kemudian merantau ke Jakarta dan dikenalkan kepada Prabowo.
Saat itu, Prabowo masih berpangkat letnan kolonel.
Karir Edhy berakhir ketika ia mendapat sanksi. Namun setelah itu ia justru ikut dengan Prabowo.
Mantan Danjen Kopassus itu bahkan membiayai Edhy kuliah di Universitas Moestopo.
Tak ingin potensi Edhy di dunia silat hilang, Prabowo juga meminta Edhy berlatih silat secara rutin setiap pekan. Lama-kelamaan, ia menjadi orang kepercayaan Prabowo.
Edhy bahkan turut mendampingi Prabowo saat mengasingkan diri ke Yordania.
Di sana Edhy turut mendampingi Prabowo merintis bisnis. Sekembalinya Prabowo ke Indonesia, putra Soemitro Djojohadikusumo itu lalu mendirikan Partai Gerindra.
Edhy lalu bergabung ke dalam Gerindra. Edhy juga merintis usaha dengan mendirikan perusahaan jasa keamanan.
Baca juga: Bocoran Kapan Gelombang 12 Prakerja Dibuka, Cara Verifikasi Email Prakerja, Login www.prakerja.go.id
Baca juga: Keuntungan AC Milan Jual Hakan Calhanoglu ke MU, Bisa Dapat Bintang Real Madrid & Juventus Sekaligus
Pada 2009 ia maju sebagai caleg. Edhy berhasil melenggang ke Senayan dan duduk di Komisi VI DPR yang membidangi perdangangan, perindustrian, koperasi, dan BUMN.
Selanjutnya, ia terpilih kembali sebagai anggota DPR pada periode 2014-2019 dan menjabat sebagai Ketua Komisi IV yang membidangi pertanian dan perikanan.
Pada 23 Oktober 2019, Presiden Joko Widodo melantiknya sebagai Menteri kelautan dan Perikanan.
Pelantikan itu dilakukan bersamaan dengan pelantikan Prabowo sebagai Menhan.
Setahun berselang, KPK menetapkan Edhy sebagai tersangka terkait kasus dugaan korupsi ekspor benur atau benih lobster, Rabu (25/11/2020).
Kasus ini bermula ketika Edhy menerbitkan Surat Keputusan Nomor 53/KEP MEN-KP/2020 tentang Tim Uji Tuntas Perizinan Usaha Perikanan Budidaya Lobster.
Dalam surat itu, Edhy menunjuk dua staf khususnya, Andreau pribadi Misata dan Safri, sebagai Ketua Pelaksana dan Wakil Ketua Pelaksana Tim Uji Tuntas.
"Salah satu tugas dari tim ini adalah memeriksa kelengkapan administrasi dokumen yang diajukan oleh calon eksportir benur," kata Wakil Ketua KPK Nawawi Pomolango dalam konferensi pers di Gedung Merah Putih KPK, Rabu (25/11/2020).
Selanjutnya, pada awal Oktober 2020, Direktur PT Dua Putra Perkasa (PT DPP) Suharjito menemui Safri di Kantor KKP.
"Dalam pertemuan tersebut, diketahui bahwa untuk melakukan ekspor benih lobster hanya dapat melalui forwarder PT ACK (Aero Citra Kargo) dengan biaya angkut Rp 1.800 per ekor yang merupakan kesepakatan antara AM (Amiril Mukminin) dengan APS (Andreau) dan SWD (Siswadi, pengurus PT ACK)," kata Nawawi.
Baca juga: Nonton Ikatan Cinta 27 November 2020 Full, Bagi yang Belum Nonton Al dan Andin Semalam, ALL Episode
Baca juga: Bocoran Kapan Gelombang 12 Prakerja Dibuka, Cara Verifikasi Email Prakerja, Login www.prakerja.go.id
Atas kegiatan ekspor benih lobster itu, PT DPP mengirim uang sejumlah Rp 731.573.564 ke rekening PT ACK.
Selanjutnya, atas arahan Edhy melalui Tim Uji Tuntas, PT DPP memperoleh penetapan kegiatan ekspor benih lobster dan telah melakukan 10 kali pengiriman menggunakan PT ACK.
Berdasarkan data kepemilikan, pemegang PT ACK terdiri dari Amri (AMR) dan Ahmad Bahtiar (ABT) yang diduga merupakan nominee dari pihak Edhy.
Atas uang yang masuk ke rekening PT ACK yang diduga berasal dari beberapa perusahaan eksportir benih lobster tersebut, selanjutnya ditarik dan masuk ke rekening AMR dan ABT masing-masing dengan total Rp 9,8 miliar.
Selanjutnya, pada 5 November, diduga terdapat transfer uang dari rekening Ahmad Bahtiar ke rekening salah satu bank atas nama Ainul Faqih, staf istri Edhy, sebesar Rp 3,4 miliar.
Uang tersebut diperuntukkan bagi keperluan Edhy, istri Edhy yang bernama Iis Rosyati Dewi (IRD), Safri, dan Andreau.
"Antara lain dipergunakan untuk belanja barang mewah oleh EP dan IRD di Honolulu AS di tanggal 21 sampai dengan 23 November 2020 sejumlah sekitar Rp 750 juta di antaranya berupa jam tangan Rolex, tas Tumi dan LV, baju Old Navy," kata Nawawi.
Baca juga: HEBOH! Solusi Bila Lolos Tiba-tiba Tak Terdaftar, Cara Mengecek Bantuan UMKM di eform bni.co.id/bpum
Baca juga: Ramalan Zodiak Hari Ini Sabtu 28 November 2020 Cinta hingga Karier, Leo Cinta Itu Perjuangan Batin
Luhut tetap beri pujian
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sekaligus Menteri Kelautan dan Perikanan Ad Interim Luhut Binsar Pandjaitan tetap memuji sosok Edhy Prabowo.
Seperti diketahui, Edhy tersandung kasus suap izin ekspor benih lobster (benur) dan kini ditahan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK ).
"Saya tahu Pak Edhy itu sebenarnya orang baik. Saya senang bahwa beliau langsung ambil alih tanggung jawab seperti seorang kesatria. Dan itu kita harus hormati juga hal-hal semacam itu," kata dia di Gedung KKP, Jakarta, Jumat (27/11/2020).
Luhut menilai keputusan Edhy yang langsung mengundurkan diri sebagai Menteri KP setelah ditetapkan menjadi tersangka merupakan sikap yang harus dihormati.
Sementara itu, terkait program nelayan, Luhut memastikan tidak ada yang berubah. Namun, tidak menutup kemungkinan dilakukan evaluasi jika diperlukan.
Hal terpenting menurut dia, aktivitas di Kementerian Kelautan dan Perikanan harus tetap berjalan normal.
"Saya sepanjang berapa waktu ini hanya memastikan sesuai perintah presiden, jangan ada kegiatan di KKP yang terhenti dengan program pemerintah. Dan kalau ada yang perlu dievaluasi, kita evaluasi," ucapnya.
Baca juga: Kabar Gembira! Fakta-fakta Seleksi PPPK 2021 Guru Honorer, Kesempatan Tak Cuma 1 Kali hingga Gaji
Baca juga: Kunci Jawaban Tema 5 Kelas 6 Halaman 99 100 101 102 Subtema 2, Tiga Fungsi Utama dari Kemasan