Pengamat Politik Unmul Nilai Neni Terbuai Hasil Survei di Pilkada Bontang
koalisi raksasa ambruk karena hasil survei tak berpengaruh di Pilkada Bontang
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO, BONTANG- Pengamat Politik dari Universitas Mulawarman, Sonny Sudiar kepada TribunKaltim.Co, Selasa (14/12/2020), mengatakan bahwa koalisi raksasa ambruk karena hasil survei tak berpengaruh.
Hal ini dialami pasangan calon nomor urut 02 Pilkada Bontang, Neni -Moerniaeni di Pilkada Bontang 2020.
Kendati belum final, namun hasil akhir Pilkada 2020 sudah dapat diketahui.
Wakil walikotanya saat ini, Basri Rase bakal duduk di kursi nomor satu pemerintahan Bontang pada 2021-2024.
Baca juga: Tumbang di Pilkada Serentak 2020, Partai Besutan Airlangga Hartanto di Bontang Lagi Diuji
Baca juga: Sepekan Terakhir, Grafis Pasien Covid-19 di Bontang Meningkat, 2 Orang Meninggal Dunia
Baca juga: Anak Buah Megawati Puji Basri Rase Menangkan Pilkada Bontang, Safaruddin: Masyarakat Makin Cerdas
Diketahui, Basri Rase berpasangan dengan Najirah, usai ditinggal pergi pasangan sebelumnya Adi Darma yang meninggal karena covid-19.
Menurut Sonny ada beberapa faktor penyebab kekalahan Neni Moerniaeni selaku calon petahana di Pilakda Bontang.
Isu dinasti politik sedikit banyak mempengaruhi masyarakat Bontang.
"Secara umum publik menilai begini, Bontang diterpa isu dinasti politik. Dengan naik anaknya sebagai Ketua DPRD. Main mata (kepentingan) eksekutif dan legislatif tak bisa disembunyikan," ujarnya.
Ketakutan masyarakat sudah akut lantaran dinasti politik yang dibangun di Bontang merupakan jalan tol bagi Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Publik juga sudah jengah dengan kekuasaan yang tak terdistribusi.
Basri Rase yang merupakan anak petani, dipercaya jadi sosok pematah upaya pembangunan dinasti politik di Bontang. Hasilnya, ia berhasil keluar sebagai pemenang di Pilkada Bontang 2020.
"Publik Bontang khawatir akan dinasti poltiik. Akan terjadi kolusi pemerintah dengan parlemen. Yang menjabat ketua DPRD anaknya (walikota). Publik juga bosan sudah mulai bosan, sejak zamab suami beliau," ungkapnya.
Koalisi Gemuk Remuk
Basri Rase - Najirah Adi Darma yang hanya diusung 2 partai politik mampu meremukkan pamor Golkar, yang pada Pilkada membangun koalisi raksasa bersama Gerindra, PKS, PAN, PPP, Nasdem, Hanura dan Berkarya.
Bila dihitung matematis, Pilkada Bontang merupakan pertarungan koalisi partai berjumlah 5 kursi melawan 20 kursi. Mayoritas parpol di parlemen merapat ke pasangan Neni-Joni. Namun politik buka hanya sekadar angka. Nyatanya koalisi raksasa itu remuk.
"Koalis gemuk, tapi mesin partai tak bekerja. Pak Basri dengan dukungan kecil, tapi mesin partai dan relawan bekerja. Apalagi PDIP sebagai partai pemenang pemilu nasional. Pasti punya agenda besar menangkan pemilihan daerah," ujarnya.
Besarnya perahu politik di Pilkada menurut dosen Fisip Unmul tak lantas memastikan kemenangan kepada paslon Pilkada. Ia tak menjadi faktor utama paslon memenangkan kontestasti politik.
"Faktor utama itu figur pasangan calon. Karena dukungan parpol hanya jadi prasyarat untuk mencalonkan diri. Selebihnya urusan paslon, memanajemen dukungan partai politik itu," ujarnya.
Figur calon wakil walikota nomor 02, Joni dianggap kurang mampu mendongkrak eletabilitas pasangan calon. Sehingga, Neni kesusahan mengatasi elektoral Basri Rase yang merupakan pasangannya di Pilkada 2015 silam.
Terlebih, saat Basri didapuk sebagai calon walikota, usao Adi Darma meninggal di tengah tahapan Pilkada Bontang 2020. Istri mendiang menggantikan posisi Basri di calon wakil walikota.
"Memang ada pengaruh partai politik. Tapi justru publik melihat figur. Artinya bu Neni 5 tahun terakhir, tak memenuhi ekspektasi mereka. Artinya program-program dan pembangunan yang dicanangkan Neni termasuk Basri tak terlalu berpihak kepada kepentingan mereka," jelasnya.
Terbuai Lembaga Survei
Dosen berkacamata ini, menilai Neni-Joni terbuai hasil lembaga survei. Setidaknya ada dua lembaga survei yang merilis hasil risetnya ke publik sebelum Pemilihan 9 Desember 2020.
Berdasarkan hasil survei LSI Neni Moerniaeni - Joni Muslim unggul 57,5 persen dari pesaingnya Basri Rase - Najirah yang hanya mendapat 28 persen. Sedangkan responden yang tidak menjawab sebanyak 14,5 persen.
Sementara hasil survei Indo Barometer, Neni-Joni unggul dengan memperoleh 53.0 persen, dan penantangnya Basri-Najirah memperoleh 28,4 persen.
"Ketika LSI dan Indo Barometer rilis, bisa saja membuat tim (Neni-Joni) terlena dan merasa di atas angin. Merasa publik sudah banyak dukung mereka. Celah ini bisa dimaksimalkan paslon 01, dengan memaksimalkan kerja-kerja di lapangan," tuturnya.
"Saya tak dalam posisi menyalahkan lembaga survei, kami berikan pandangan bahwa lembaga survei terdapat margin eror, lalu ada kemungkinan suara yang tak masuk dalam sample risetnya," tambahnya.
Baca juga: Unggul dalam Pilkada Bontang 2020, Basri Rase Target Program yang Disusun akan Selesai 3,5 Tahun
Baca juga: Perempuan Terluka Parah Ditemukan di Gubuk di Bontang Lestari, Diduga Korban Penganiayaan
Baca juga: Siaga Banjir Rob, BPBD Bontang Prediksi Bakal Terjadi 3 Hari Kedepan
Dari pantauan TribunKaltim.Co di lapangan, Basri-Najirah mengantongi 45.165 suara, sedangkan Neni-Joni hanya 40.792 suara di Pilkada Bontang 2020. Data tersebut dihimpun dari hasil rekapitulasi tingkat kecamatan di Bontang, Kalimantan Timur.
Bontang Utara
Basri Rase - Najirah : 19,552 suara
Neni -Joni :19,693 suara
Bontang Selatan
Basri Rase - Najirah : 18,748 suara
Neni -Joni : 14,576 suara
Bontang Barat
Basri Rase - Najirah : 6,864 suara
Neni -Joni : 6,523 suara.
(TribunKaltim.Co/Fachri)