Virus Corona

Vaksinasi Dimulai 13 Januari 2021, Apa Beda Vaksin Covid-19 Sinovac, Sinopharm, Pfizer dan Moderna?

Apa yang kita ketahui sejauh ini tentang vaksin-vaksin China ini dan bagaimana perbandingannya dengan vaksin lain?

TRIBUNKALTIM.CO/MAULANA ILHAMI FAWDI
Vaksin Sinovac tiba di Gudang Farmasi, Jl Poros Berau Tanjung Selor Km 2, Rabu (6/1/2021). 

TRIBUNKALTIM.CO - Apa yang kita ketahui sejauh ini tentang vaksin-vaksin China ini dan bagaimana perbandingannya dengan vaksin lain?

Vaksinasi covid-19 di Indonesia akan dimulai pada 13 Januari 2021.

Lalu apa perbedaan vaksin covid-19 Sinovac, Sinopharm, Pfizer hingga Moderna?

Baca juga: NEWS VIDEO Menkes Budi Tegaskan Tidak Ada Intervensi ke BPOM Terkait EUA Vaksin Covid-19

Baca juga: Izin Penggunaan Darurat Vaksin Corona Diterbitkan BPOM, Sebelum Jokowi Divaksin, 13 Januari 2021

Baca juga: Komisi Fatwa MUI Tetapkan Vaksin Covid-19 Produksi Sinovac Halal & Suci, Keputusan Final Tunggu BPOM

Baca juga: Nama Raffi Ahmad, Najwa Shihab, dr Tirta Masuk Daftar Pertama Vaksin Covid-19, Penjelasan Kemenkes

Bagaimana cara kerjanya?

Bagaimana efektivitasnya? 

Indonesia pun telah memesan sejumlah merek vaksin covid-19 untuk mengatasi pandemi Virus Corona.

Sementara itu, upaya memproduksi vaksin covid-19 terus berlanjut di dunia, namun China telah mengambil langkah besar dengan dua calon - Sinovac and Sinopharm - yang telah dikirimkan ke sejumlah negara termasuk Indonesia.

Tetapi apa yang kita ketahui sejauh ini tentang vaksin-vaksin China ini dan bagaimana perbandingannya dengan vaksin lain?

Bagaimana cara kerja vaksin Sinovac?

Perusahaan farmasi Sinovac berada di balik pengembangan CoronaVac, yang merupakan vaksin nonaktif.

Vaksin ini bekerja dengan menggunakan partikel virus yang dimatikan untuk menjaga kekebalan tubuh.

Sementara vaksin Moderna dan Pfizer yang dikembangkan di Barat adalah vaksin mRNA.

Vaksin ini menggunakan kode genetik Virus Corona yang diinjeksikan ke tubuh, dan memicu badan memproduksi protein virus, yang diharapkan cukup untuk sistem kekebalan tubuh.

"Metode CoronaVac lebih tradisional dan berhasil digunakan dalam berbagai vaksin yang sudah terkenal seperti rabies," kata Profesor Luo Dahai dari Nanyang Technological University kepada BBC.

"Vaksin mRNA adalah jenis baru vaksin dan (saat ini) belum ada contoh keberhasilan [vaksin-vaksin itu yang digunakan pada penduduk]," tambah," Prof Luo.

Di atas kertas, salah satu kelebihan Sinovac adalah dapat disimpan di kulkas biasa dengan suhu antara 2-8 drajat Celsius, seperti vaksin Oxford, yang dibuat dari virus yang dimodifinasi secara genetika.

Vaksin Moderna harus disimpan pada suhu -20C dan vaksin Pfizeer pada -70C.

Hal itu berarti baik vaksin Sinovac dan Oxford-AstraZeneca jauh lebih berguna di negara-negara berkembang yang mungkin tidak memiliki fasilitas penyimpanan di suhu sangat rendah.

Seberapa Efektif?

Sejauh ini sulit untuk disebutkan keefektifan vaksin.

Menurut jurnal The Lancet menyebut mereka hanya mendapatkan informasi dari uji pertama dan kedua CoronaVac.

Zhu Fengcai, salah satu penulis mengatakan hasil-hasil yang ada - berdasarkan 144 orang dalam fase pertama uji coba dan 600 orang dalam fase kedua - menunjukkan vaksin sudah "tepat digunakan untuk penggunaan darurat".

CoronaVac tengah dalam tahap fase ketiga uji klinis di Indonesia, Brasil dan Turki.

Pekan lalu data awal dari uji klinis final di Turki menunjukkan vaksin itu efektif 91,25%.

Namun, para peneliti di Brasil mengatakan keefektifan vaksin lebih dari 50%, meskipun hasil keseluruhan tidak disebutkan sehingga menimbulkan pertanyaan tentang transparansi.

Vaksin itu telah memasuki tahap akhir uji coba di Brasil, negara dengan angka kematian paling tinggi kedua di dunia, dengan data mencapai lebih dari 200.000 sampai Jumat (08/01).

Sinovac telah disepakati untuk penggunaan darurat kelompok risiko tinggi di China sejak Juli.

September lalu, Yin dari Sinovac mengatakan uji dilakukan pada lebih dari 1.000 relawan"hanya sebagian menunjukkan kelelahan atau tak nyaman sebagai efek samping...tak lebih dari 5%".

Prof Luo mengatakan menjelang hasil uji ketiga bahwa pada tahap itu sulit untuk berkomentar soal efikasi vaksin karena "masih terbatas informasi yang tersedia".

"Berdasarkan data awal ... CoronaVac tampaknya vaksin yang efektif, namun kami perlu menunggu hasil uji tahap ketiga," katanya.

"Uji coba secara random itu ... dengan ribuan peserta. Inilah satu-satunya cara untuk membuktikan vaksin aman dan efektif adalah digunakan pada penduduk," tambahnya.

Bagaimana dengan Vaksin Sinopharm?

Sinopharm, perusahaan negara China, mengembangkan dua vaksin covid-19, dan seperti halnya Sinovac, juga merupakan vaksin nonaktif yang bekerja dengan cara serupa.

Sinopharm mengumumkan 30 Desember lalu, fase tiga vaksin menunjukkan vaksin itu 79% efektif, lebih rendah dari Pfizer dan Moderna.

Namun, Uni Emirat Arab, yang menyepakati vaksin Sinopharm bulan lalu, mengatakan vaksi itu 86% efektif, menurut hasil awal dari fase ketiga.

Seorang juru bicara perusahaan menyanggah menerangkan lebih lanjut, menurut laporan kantor berita Reuters.

Namun walaupun sudah dalam uji tahap ketiga, vaksin itu telah didistribusikan ke hampir satu juta orang di China dalam program darurat.

Profesor Dale Fisher, dari National University of Singapore, mengatakan program vaksin yang dipercepat merupakan cara tak biasa, tanpa melewati fase ketiga.

"Yang normal adalah menunggu analisis fase ketiga sebelum program vaksin disetujui," katanya kepada CNBC.

Awal Desember lalu, Perlu menghentikan uji coba vaksin Sinopharm karena "efek samping buruk" terhadap seorang relawan.

Namun Peru kemudian mengatakan penundaan itu dicabut.

Penundaan uji klinis biasa dilakukan.

September lalu, Inggris menunda tes vaksin covid-19 lain setelah seorang peserta mengalami efek samping parah.

Dan uji coba dilanjutkan lagi setelah diketahui bahwa vaksin bukan penyebabnya.

Penyebaran Virus Corona di sebagian besar wilayah di China telah ditekan dan perlahan-lahan, kehidupan kembali ke "normal baru".

Adakah calon Vaksin Lain?

Paling tidak dua vaksin covid-19 lain tengah dikembangkan di China, menurut artikel di The Conversation.

Salah satu vaksin adalah CanSino Biologics, yang dilaporkan masuk dalam fase ketiga uji coba di sejumlah negara termasuk Arab Saudi.

Vaksin lain dikembangkan oleh Anhui Zhifei Longcom. Vaksin ini menggunakan bagian virus yang telah dimurnikan untuk memicu kekebalan tubuh, menurut laporan itu.

Negara-negara Mana yang Memesan Vaksin China?

Awal Desember lalu, pengiriman vaksin Sinovac tiba di Indonesia dan 1,8 juta dosis lainnya akan tiba Januari.

Bebeberapa hari kemudian, dua negara Arab lain termasuk Uni Emirat Arab menyepakati vaksin Sinopharm.

Bahrain juga menyepakati vaksin Sinopharm dan mengatakan orang dewasa dapat mendaftar online untuk mendapatkan vaksin secara gratis.

Dan Singapura mengatakan telah menandatangani pembelian vaksin termasuk Sinovac, Moderna dan Pfizer-BioNTech.

Sinovac juga dilaporkan akan dibeli Turki, Brasil dan Chile.

Peluncuran Vaksin China

Sinovac dapat memproduksi 300 juta dosis setahun di pabrik seluas 20.000 meter persegi, kata pemimpin perusahaan kepada media pemerintah CGTN.

Seperti vaksin-vaksin lain, Sinovac perlu dua dosis dan itu berarti perusahaan itu dapat memvaksin 150 juta per tahun, sekitar sepersepuluh penduduk China.

Para analis menunjuk bagaimana China berupaa memenangkan diplomasi vaksin.

Presiden Xi Jinping berjanji untuk menyisihkan US$2miliar untuk Afrika dan juga menawarkan negara Amerika Latin, Karibia pinjaman US$1miliar untuk membeli vaksin. Tak jelas seperti apa persayratannya.

"Beijing jelas akan menggunakan alasan menyelamatkan jiwa untuk keuntungan komersial dan diplomatik," kata Jacob Mardell, analis dari MERICS, kepada ABC news.

Tidak jelas berapa harganya namun tim BBC di kota Yiwu, China menyaksikan para perawat menyuntikkan vaksin seharga 400 yuan (Rp700.00).

Baca juga: Pendaftaran UMKM 2021 Segera Dibuka, Cek Cara Pendaftaran dan Berkas yang Harus Dibawa Agar Lolos

Baca juga: TRAILER Episode Terakhir My Lecturer My Husband, Arya Relakan Inggit Bersama Tristan? Link Nonton

Baca juga: Kelakuan Nathalie Holscher Terbongkar Setelah 2 Bulan Nikahi Sule, Ayah Rizky Febian Ngadu ke Mertua

Baca juga: Anak Buahnya Ketahuan Komnas HAM Hapus CCTV Penembakan Laskar FPI, Jenderal Idham Azis Dalam Masalah

Bio Farma, perusahaan Indonesia, mengatakan vaksin itu harganya sekitar Rp200.000.

Harga itu jauh lebih mahal dari vaksin buatan Universitas Oxford seharga US$4 (Rp55.000) satu dosis, sementara vaksin Moderna US$33 per dosis.

Moderna mengatakan mereka merencanakan untuk mengapalkan 500 juta dosis pada 2021 sementara AstraZeneca mengatakan akan memproduksi 700 juta vaksin yang dikembangkan bersama Universitas Oxford pada akhir kwartal pertama tahun 2021. (BBC/Yvette Tan)

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Kenali, Berikut Perbedaan Vaksin covid-19 Sinovac, Sinopharm, Pfizer hingga Moderna.
Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved