Virus Corona di Balikpapan
Persyaratan Antigen Sebagai Dokumen Perjalanan Domestik di Balikpapan, Butuh Literatur yang Valid
Persyaratan tes rapid antigen untuk dokumen perjalanan domestik dinilai Dekan Vokasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Universitas Balikpapan, Dr I
Penulis: Heriani AM |
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN- Persyaratan tes rapid antigen untuk dokumen perjalanan domestik dinilai Dekan Vokasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Universitas Balikpapan, Dr Isradi Zainal membutuhkan literatur yang valid.
Hal ini, kata dia, mencontoh rapid test antibodi yang sebelumnya divalidasi untuk dokumen penyerta perjalanan, nyatanya saat ini tidak direkomendasikan lagi.
Lalu wacana Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Balikpapan, mengingat angka penambahan kasus yang signifikan hingga lebih dari 300 persen.
Baca juga: Tak Kantongi IMB, Pemkot Balikpapan Didesak Hentikan Pembangunan PT KRN di Teluk Waru
Baca juga: 350 Orang Dimakamkan Secara Protokol Covid-19 di Samarinda, Satgas Minta Warga tak Anggap Sepele
Baca juga: Efektivitas Rapid Test Antigen di Balikpapan, 97,16 Persen Pelaku Perjalanan Udara Gunakan PCR
"Untuk konteks Kota Balikpapan, saya melihat masyarakat mulai banyak berkumpul lagi. Setidaknya penegakan disiplin mesti dilakukan," ujar Isradi dalam Tribun on Focus, Senin (11/1/2021) kemarin.
Menurutnya, PSBB atau yang diterapkan saat ini pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) merupakan Indonesian Style.
Berbeda dengan lockdown yang telah direkomendasikan dilakukan.
Menurut Isradi, PPKM ini konsepnya hampir mirip dengan new normal, di mana sejauh ini masyarakat sudah dibatasi.
"Terlalu berdasarkan aturan, undang-undang. Bisa saja tidak efektif. Karena apa? Ada beberapa hal yang pasti diabaikan. (PPKM) tidak salah, karena kita sesuaikan dengan kondisi negara kita," tuturnya.
"Kalau mengharap pemerintah saja dalam penanggulangan covid-19, itu tidak bisa. Harus ada keterlibatan semua pihak," tuturnya.
Yang perlu dilakukan, lanjut dia, mengoptimalkan regulasi yang sudah ada.
Baca juga: Lakukan Pendekatan Teknologi, Satlantas Polresta Balikpapan Mutakhirkan Pengawasan di Lajur Rawan
Baca juga: Aksi Penyayang Kucing Balikpapan Cat Lovers, Rutin Beri Makan dan Obat Cacing untuk Kucing Jalanan
Berdasarkan fakta, terlalu banyak regulasi dari berbagai instansi yang belum efektif.
"Efektifkah PSBB, iya. Jika semua pihak terlibat di dalamnya. Bukan hanya pemerintah, juga masyarakat, pengusaha, bahkan media," ucapnya.
97,16 Persen Pelaku Perjalanan Udara Gunakan PCR
Diberitakan sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah menyetujui penggunaan rapid test antigen di sejumlah negara yang jumlah PCR yang rendah.
Rapid test antigen yang disetujui WHO ini karena memberikan hasil yang lebih cepat.
Yaitu hanya butuh 15 sampai 30 menit, lebih mudah, dan biaya yang dikeluarkan juga lebih murah.
Peraturan wajib rapid test antigen melalui bandara di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, juga sudah diberlakukan sejak 4 Januari 2021 lalu.
Lalu seberapa efektifkah penerapan aturan baru ini?
Menurut dr Elisabeth Rassi selaku Kassubag Program Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan, untuk akurasi pihaknya tetap berpedoman pada WHO.
Proses diagnosa pasti menggunakan RT PCR. Karena PCR ini mendeteksi seluruh keberadaan virus di dalam tubuh.
Rapid test antigen sebagai syarat masuk Kalimantan Timur, turut diberlakukan sejak peningkatan kasus semakin signifikan.
Hal ini sebagai upaya memutus mata rantai virus, dimana juga disumbang oleh pelaku perjalanan.
"Ada beberapa pendapat yang disampaikan oleh dokter spesialis. Termasuk dari Divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Erlina Burhan," mula dr Elisabeth dalam Tribun On Focus 'Efektifkah Rapid Test Antigen dan PSBB Wilayah Cegah Penyebaran covid-19', Senin (11/1/2021).
Diskusi ini dihelat secara daring di kanal YouTube Tribun Kaltim Official, turut menghadirkan Kabid Humas Polda Kaltim Kombes Pol Ade Yaya S dan Dekan Vokasi K3 Universitas Balikpapan Dr Isradi Zainal sebagai pembicara.
dr Elisabeth menyebut, rapid test antigen lebih akurat dibandingkan rapid test antibodi untuk deteksi virus corona.
"Deteksi keberadaan virus berdasarkan literatur dan jurnal ilmiah, rapid test antigen berada di tengah antara PCR dan antibodi. Rekomendasinya, antibodi digunakan pada saat melakukan penelitian hingga kegiatan yang sifatnya epidemiologi," terangnya.
Rapid test antigen bahkan diproyeksikan menggantikan rapid test antibodi. Kedua rapid test sama-sama menghasilkan hasil yang cepat dalam waktu kurang lebih 30 menit.
Perbedaannya, rapid test antigen mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV-2 penyebab covid-19, bukan mendeteksi antibodi tubuh terhadap penyakit covid-19.
Oleh karenanya, rapid test antigen lebih akurat dibandingkan rapid test antibodi. Sebab antibodi terkadang belum muncul di awal-awal seseorang terjangkit virus corona. Sehingga terjadi false negative (hasil negatif padahal sebetulnya pasien terinfeksi).
Jadi apabila antibodi belum terbentuk Ketika seseorang terjangkit Corona atau covid-19, hasil rapid test akan mengeluarkan hasil negatif.
Swab antigen atau rapid test antigen ini diproyeksikan untuk menggantikan rapid test antibodi karena antigen ini memiliki akurasi yang lebih baik. Di mana durasinya sama cepat dan sudah memiliki hasil.
Rapid test antigen berbeda dengan tes Polymerase Chainsmokers Reaction (PCR) meski sama-sama menggunakan metode swab.
Oleh karena itu ia meminta jangan sampai metode swab ini disamakan dengan PCR.
Inilah yang menjadi dasar banyak kabupaten/kota, tentunya dipayungi surat edaran serta intruksi dari pusat.
"Pelaku perjalanan baik udara, laut, hingga darat untuk menyertakan hasil rapid test antigen," pungkasnya.
Lebih jauh dijelaskan, ia yang juga merupakan tim penjagaan di bandara SAMS Sepinggan Balikpapan menyebut,
jumlah penumpang dari 4 sampai 9 Januari 2021 yang datang ke Kalimantan Timur sebesar 20.016 penumpang.
Mereka yang datang dengan swab antigen dan PCR, presentasinya 96,92 persen.
"Dari sini kita bisa melihat, edaran dari pusat dan pemerintah setempat sudah direspon oleh masyarakat," ungkapnya.
Yang menggunakan hasil rapid test antibodi, lanjut perempuan berambut sebahu tersebut, ada yang mengaku tidak update.
Ada juga aturan anak di bawah 12 tahun boleh menggunakan rapid test antibodi.
Sedangkan khusus yang datang ke Balikpapan, sebesar 13.125 orang. Sebanyak 97,16 persen sudah menggunakan antigen dan PCR.
Karena penjagaannya baru dimulai sekitar seminggu belakangan.
"Memang belum terlihat signifikan terhadap penurunan kasus secara drastis dan efektif," pungkasnya.
(TribunKaltim.co/Heriani)