Virus Corona
Apa Itu Corona N439K? Mutasi Baru Virus Covid-19, Lebih Kuat dan bisa Mengakali Vaksin dan Antibodi
Ketua Umum PB IDI, Daeng M Faqih mengatakan mutasi N439K ini sudah ditemukan di 30 negara
TRIBUNKALTIM.CO - Mutasi baru virus covid-19 kembali ditemukan di Indonesia.
Sebelumnya ada mutasi B117 yang berasal dari Inggris, kini ada lagi jenis mutasi baru yakni covid-19 N439K.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengingatkan kepada masyarakat bahwa ada ancaman baru yakni varian virus covid-19 N439K.
Ketua Umum PB IDI, Daeng M Faqih mengatakan mutasi N439K ini sudah ditemukan di 30 negara.
Di Indonesia sebelumnya, kasus mutasi Covid-19 B117 sudah ditemukan di enam provinsi.
Mengingatkan ada ancaman baru yakni mutasi N439K, Daeng mengatakan bahwa varian virus covid ini lebih berbahaya.
Ia mengkhawatirkan jika sampai di Indonesia, virus tersebut akan cepat menyebar.
Baca juga: Varian Corona B117 Terdeteksi di Balikpapan, Dinkes Malinau Angkat Bicara, Beber 2 Cara Pencegahan
Baca juga: Tim Penyelidik WHO Yakin bisa Ungkap Asal-usul Covid-19, Segera Rilis Laporan Investigasi di Wuhan
"Saat ini ada virus (Corona) baru, sifatnya berbeda dari virus yang pernah ada, dengan kecepatan mutasi yang cepat. Belum lama ini pemerintah mengumumkan varian B117, sementara di dunia telah terdapat varian baru lagi yang ditemukan di Ingris yakni N439K," ujar Daeng.
Menanggapi hal ini, masyarakat diimbau untuk berhati-hati, tetap menjaga kesehatan, dan mematuhi protokol yang ada.
Untuk menekan laju penularan, Daeng mengimbau bagi yang memiliki komorbiditas (penyakit penyerta) yang rentan, disarankan untuk melakukan kontrol kesehatan secara rutin, untuk menghindari dampak fatal dari terpaparnya covid-19.
Daeng juga menekankan ke masyarakat untuk tidak menyepelekan pemakaian masker, khususnya masker bahan,
Ia mengimbau untuk memakai masker yang berstandar kesehatan atau dilapis tiga.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Subandrio menyebut mutasi covid N439K sudah ada 48 kasus yang terdeteksi.
Kasus-kasus tersebut ditemukan dari 526 sampel yang diunggah ke repository Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).
Menurut Amin, kasus telah terdeteksi sejak akhir tahun lalu. Namun baru dilaporkan pada Maret tahun 2021 ini.