Opini
Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19
Jika infrastrukturnya memadai, penerapan pembelajaran model daring atau jarak jauh dapat menjadi metode pembelajaran yang hemat sumber daya.
Oleh: Jumairi
Guru SMPN 5 Tenggarong
SEBELUM penulis menguraikan tentang pembelajaran di masa pandemi Covid 19, maka terlebih dulu akan penulis uraikan tentang pembelajaran. Pembelajaran berasal dari kata "belajar" yang mendapat prefiks "pe-". Prefiks tersebut dalam proses nasalisasi berubah menjadi pe-, pen-, dan pem,. Selain itu mendapat Sufiks "-an" yang berfungsi untuk membentuk kata benda. Jadi kata " belajar " bila mendapat prefiks pe- dan sufiks -an akan berubah bentuk menjadi "pembelajaran".
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa makna kata "pembelajaran" adalah: proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan kata lain, bahwa pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Salah satu pengertian pembelajararan seperti yang dikemukakan oleh Gagne (1977) yaitu pembelajaran adalah seperangkat peristiwa-peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat internal.
Lebih lanjut, Gagne (1985) mengemukakan teorinya lebih lengkap dengan mengatakan bahwa pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung, dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar.
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap orang baik di lingkup keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan negara. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional SISDIKNAS (2003) menyatakan bahwa : "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menghidupkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa, dan negara."
Menurut Azhari (2013:2) menyatakan bahwa pendidikan menentukan perkem-bangan dan perwujudan sumber daya manusia khususnya pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam membentuk sumber daya manusia yang cerdas, cakap, kreatif, beriman, dan berakhlak mulia.
Kegiatan pembelajaran pada dasarnya upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga dalam kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan semestinya. Kegiatan tersebut merupakan suatu proses dimana guru bersama siswa berinteraksi satu sama lain yang nantinya akan ada hubungan timbal balik yang bersifat mempengaruhi dan dipengaruhi. Keberhasilan suatu belajar dapat dilihat dari banyak faktor guru dan siswa itu sendiri. Kegiatan belajar juga dimaknai sebagai interaksi individu dengan lingkungannya, lingkungan yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan.
Pendidikan pada hakekatnya berlangsung dalam suatu proses, dan proses itu berupa transformasi nilai-nilai, pengetahuan, teknologi, dan ketrampilan. Yang menerima proses adalah siswa yang sedang tumbuh dan berkembang menuju kearah pendewasaan kepribadian dan penguasaan pengetahuan. Untuk menjaga agar proses ini berlangsung dengan baik, dituntut adanya hubungan edukatif yang baik antara guru dan siswa. Dalam proses belajar mengajar terjadilah komunikasi timbal balik antara guru dan siswa. Semua kegiatan yang terjadi ini merupakan kegiatan dalam berkomunikasi yang berkaitan dengan masalah pendidikan. Maksudnya guru bukan hanya menguasai materi yang diajarkan, tetapi juga berperan sebagai guru dan sutradara dalam pembelajaran. Melalui pembelajaran seorang pengajar berusaha melatih anak didiknya memakai istilah-istilah dalam bidang disiplin ilmu tertentu, membentuk pemikiran yang logis, dan melatih siswa untuk memahami buku yang digunakan dalam proses pembelajaran. Proses belajar mengajar akan berjalan dengan efektif mungkin jika dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang baik, yang digunakan dan benar-benar berfungsi guna dalam proses intraksi antara guru dan siswa.
Sesuai dengan fungsinya, peran pendidikan adalah untuk menyiapkan siswa menghadapi masa depan agar bisa hidup yang lebih sejahtera, baik secara individu maupun kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antar bangsa. Dengan demikian pendidikan dengan berbagai model pendidikan sangat tergantung dari rumusan wujud atau jabaran untuk mencapai manusia yang sejahtera dengan berbagai dimensinya.
Model pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman disebut pendidikan yang relevan dengan zamannya. Kita mengenal adanya tuntutan zaman silam, zaman kini, dan zaman yang akan datang. Sementara kurun waktu dalam program pendidikan yang akan datang terbagi pula dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Tuntutan zaman, sebagai refleksi peradaban, termasuk di dalamnya sosial kemasyarakatan dan budaya sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan ekonomi, sangat terkait erat oleh wilayah (geographic area) sehingga ada tuntutan (kebutuhan) yang bersifat lokal, nasional, regional maupun global. Salah satu tujuan pendidikan yang pada gilirannya adalah menyiapkan individu untuk dapat beradaptasi/menyesuaikan diri sesuai dengan wilyah tertentu yang senantiasa dapat berubah.
Pada tahun 2020 seluruh dunia mengalami wabah pandemi Covid- 19, yang berdampak pada bidang pendidikan. Karena hal tersebut terjadi sebuah kekacauan khususnya dalam bidang pendidikan, sekolah-sekolah diliburkan, kegiatan belajar mengajar di sekolah menjadi terganggu, pembelajaran yang awalnya dilalukan secara tatap muka untuk sementara tidak bisa dilakukan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu adanya perubahan desain model pada kegiatan belajar mengajar dengan tujuan untuk menghindari pembelajaran tatap muka sebagai upaya untuk mengurangi penyebaran wabah virus covid-19. Kemendikbud mengeluarkan surat edaran No 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran corona virus disease (Covid-19) yang salah satu isinya adalah belajar dari rumah dengan kegiatan pembelajaran secara daring (dalam jaringan) atau jarak jauh.
Maka selama pandemi Covid-19 berlangsung setiap sekolah melaksanakan kegiatan pendidikan dengan pembelajaran jarak jauh. Ini sebagai salah satu pembelajaran yang efektif, yang dapat didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang tidak memper-hitungkan ruang dan waktu pembelajaran. Pembelajaran model daring memiliki sifat kemandirian bagi siswa dalam proses pengembangan peserta didik (siswa) dalam menggunakan metodel maupun media dalam kegiatan pembelajaran.
Di Indonesia, pembelajaran jarak jauh menjadi pilihan yang paling tepat dan sangat efektif selama masa pandemi Covid-19 karena pendidikan harus tetap berjalan dan tanpa henti. Pembelajaran yang biasanya dilakukan di sekolah (tatap muka) sekarang menjadi belajar di rumah (daring) dengan menggunakan berbagai macam aplikasi seperti ruang guru, class room, zoom, google doc, google form, maupun melalui grup whatsapp.
Sekolah juga telah mengimplementasikan pembelajaran jarak jauh (daring) karena selain untuk mengurangi penyebaran virus, pembelajaran harus tetap dilaksanakan agar peserta didik tetap dapat memperoleh materi pelajaran selagi masa pandemi tengah berlangsung. Para guru tentunya dapat menggunakan aplikasi-aplikasi untuk menunjang proses pembelajaran (daring) atau jarak jauh.
Di zaman moderen sekarang ini pendidikan telah membawa dan memberikan dampak yang cukup besar dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat sepertinya diajak untuk "bermigrasi" dari cara manual ke media digital dalam menjalani kehidupan mereka, salah satunya adalah dalam sektor pendidikan. Pembelajaran berbasis digital atau lebih dikenal dengan pendidikan daring atau pendidikan jarak jauh semakin banyak diikuti dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Jika infrastrukturnya memadai, maka penerapan pembelajaran model daring atau pendidikan jarak jauh dapat menjadi suatu metode pembelajaran yang hemat sumber daya. Selain itu, penerapan pendidikan model daring atau pendidikan jarak jauh juga dapat membangun rasa percaya diri dan kemandirian masyarakat, khususnya peserta didik atau siswa.
Di tengah semaraknya wabah Covid-19 sekarang ini, dengan menerapkan pembelajaran berbasis digital (daring) sangat bermanfaat untuk melindungi peserta didik dari penyebaran virus Covid-19. Apalagi pemerintah sudah menghimbau agar masyarakat atau siswa dapat beraktivitas di rumah sebagai upaya untuk menjaga jarak fisik demi untuk menekan penyebaran virus. Namun dalam proses pelaksanaan pendidikan dengan menggunakan model daring yang dilakukan di masa pandemi Covid-19 ini, tentunya terdapat kelebihan dan kekurangan yang sangat spesifik yang perlu mendapat perhatian kita.
Kelebihan proses pelaksanaan pendidikan yang dilakukan dengan menggunakan mode daring tersebut antara lain adalah : (1) Pembelajaran dapat diakses dengan mudah oleh siswa dari rumah. Dalam pelaksanaannya cukup dengan menggunakan smartphone atau perangkat teknologi lain seperti laptop yang terhubung dengan internet kita sudah bisa mengakses materi yang ingin dipelajari. Dengan menerapkan mode pembelajaran daring ini siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran di mana saja dan kapan saja. (2) Kita bisa menggunakan biaya yang lebih terjangkau. Kita ingin menambah ilmu pengetahuan tanpa kendala keuangan. Dengan bermodalkan paket data internet, kita sudah dapat mengakses berbagai materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan kita tanpa khawatir ketinggalan pelajaran apabila tidak hadir. (3) Memiliki waktu belajar sangat fleksibel. Biasanya kebanyakan siswa yang ingin belajar lagi tidak memiliki waktu yang cukup, mungkin karena waktu yang digunakan oleh siswa dapat digunakan untuk bekerja membantu orang tua di rumah. Dalam pendidikan dengan menggunakan model pembelajaran daring ini maka untuk mencapai pendidikan bagi siswa tersebut waktu yang digunakan oleh siswa untuk belajar dapat dilakukan kapan saja tanpa terikat dengan jam belajar. (4) Pembelajaran model daring dapat memberikan wawasan yang luas. Dengan menerapkan pembelajaran mode daring ini, tentunya siswa akan menemukan banyak hal yang semula belum diketahui. Hal ini disebabkan beberapa materi pelajaran yang tersedia pada pembelajaran mode daring ini belum tersedia dalam media cetak seperti buku yang sering digunakan dalam metode belajar mengajar konvensional. Berbeda dengan pembelajaran melalui tatap muka yang dilakukan dengan membaca buku.
Selain dampak kelebihan dalam pembelajaran di masa pandemi-19 ini, juga terdapat beberapa kekurangan-kerurangan. Di antara kekurangan-kekurangan tersebut antara lain adalah:
(1) Tentunya sangat keterbatasan dalam mengakses internet. Salah satu kekurangan metode pembelajaran daring di masa pandemi covid-19 ini adalah terbatasnya siswa dalam mengakses internet. Jika siswa berada di daerah yang tidak mendapatkan jangkauan internet yang stabil, maka akan sulit bagi siswa untuk mengakses layanan materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal ini tentunya masih banyak terjadi bagi siswa dalam menerima materi pembelajaran yang dilakukan dengan mode daring, dengan alasan yang dilontarkan oleh siswa adalah masih belum terjangkau akses internet. Selain itu, harga pemakaian data internet juga masih dirasa cukup mahal untuk beberapa kalangan pelajar. Hal ini menyebabkan kemampuan untuk memanfaatkan pembelajaran mode daring masih dianggap sebagai suatu keistimewaan.
(2) Kurangnya interaksi siswa dengan guru. Dalam pembelajaran model daring kebanyakan hanya bersifat satu arah. Hal tersebut menyebabkan interaksi pengajar dan siswa menjadi berkurang sehingga akan sulit bagi siswa untuk mendapatkan penjelasan lebih luas mengenai materi yang sukar dipahami.
(3) Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Materi pelajaran yang diajarkan dalam pembelajaran mode daring hanya dapat direspon oleh siswa berdasarkan tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Hal ini tergantung kepada kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Beberapa orang siswa mungkin dapat menangkap materi pelajaran yang disampaikan dengan lebih cepat hanya dengan membaca, namun ada juga siswa yang membutuhkan waktu lebih lama sampai benar-benar paham. Bahkan ada juga siswa yang membutuhkan penjelasan dari orang lain agar dapat memahami materi yang dipelajari.
(4) Kurangnya pengawasan terhadap siswa dalam belajar. Kurangnya pengawasan terhadap siswa dalam melakukan pembelajaran model daring dapat membuat siswa kadang-kadang kehilangan konsentrasi dalam belajar. Dengan adanya kemudahan dalam mengakses internet, membuat siswa cenderung menunda-nunda waktu untuk belajar. Hal semacam ini perlu kesadaran diri sendiri bagi siswa agar proses belajar dengan metode daring menjadi lebih terarah dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam kesempatan ini pula izinkanlah penulis mengajak kepada semua para pengajar atau guru di masa pandemi Covid-19 ini untuk dapat meningkatkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran model daring (dalam jaringan) atau pembelajaran jarak jauh, dengan harapan semoga tujuan pendidikan di Indonesia pada umumnya dan pendidikan di daerah pada khususnya akan lebih meningkat dan maju. Aamiin.