Ramadhan 2021

Jelang Ramadhan 2021, Harga Bahan Kue di Balikpapan Mulai Merangkak Naik

Bulan Ramadhan yang selanjutnya disusul dengan lebaran Idulfitri merupakan momentum bagi para pedagang atau penjual.

Penulis: Heriani AM | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO
Ema, Pedagang bahan pokok di Pasar Klandasan Balikpapan menyebut beberapa komoditi bahan pokok mengalami kenaikan harga, Rabu (7/4/2021). 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Bulan Ramadhan yang selanjutnya disusul dengan lebaran Idulfitri merupakan momentum bagi para pedagang atau penjual untuk semakin laris dagangannya.

Hal itu disebabkan perputaran uang di tengah masyarakat di bulan ini sangat besar.

Bagi para pedagang, termasuk penjual online, mempersiapkan stok dagangan hingga dan lain-lainnya harus disiapkan dari jauh-jauh hari, apalagi kini Ramadhan tinggal menghitung hari.

Baca juga: Aturan Buka Puasa Bersama Saat Ramadhan 2021 dari Kemenag di Masa Pandemi, Dibolehkan dengan Syarat

Baca juga: Doa Pengganti & Amalan Ziarah Kubur Jelang Ramadhan 2021 di Tengah Pandemi Covid-19, Lengkap Artinya

Menurut Ema, salah seorang pedagang bahan pokok di pasar Klandasan Balikpapan, barang yang banyak dicari jelang dan selama Ramadhan adalah bahan kue.

Hal ini karena masyarakat banyak yang berjualan kue dan takjil.

Dilakui perempuan berhijab ini, sejauh ini pembeli masih sepi. Kondisinya tak jauh berbeda dengan Ramadhan tahun 2020 lalu.

Tahun lalu, pasar Ramadhan dilarang beroperasi oleh pemerintah setempat. Karena penyebaran COVID-19 yang masih tinggi-tingginya.

"Kalau tahun lalu sepi banget. Kalau tahun ini, mudah-mudahan tidak," jelas Ema, Rabu (7/4/2021).

Bahan kue yang dicari berupa gula merah, gula pasir tepung, mentega, dan kacang-kacangan.

Baca juga: Sambut Ramadhan di Tana Tidung, Siap-siap Harga Telur Bakal Naik, Ayam Potong Masih Stabil

Baca juga: Ramadhan di Kutai Kartanegara, Kegiatan Berbuka Bersama Dibolehkan Kemenag Kukar

"Barang lain yang banyak dicari adalah sembako. Dimana banyak orang yang membuat paket untuk dibagikan. Kalau harganya, banyak yang naik juga," jelasnya.

Ia mengungkap komoditi yang mengalami kenaikan. Gula merah yang biasanya Rp 23-24 ribu, naik menjadi Rp 28 ribu per kilo.

Pun dengan minyak goreng, yang biasanya per dua liter Rp 20-22 ribu, naik menjadi Rp 28 ribu paling murah.

Kacang-kacangan juga naik, dimana sebelumnya hanya berkisar Rp 32 ribu per kilo, naik menjadi Rp 38 ribu.

"Kalau gula, beras, tepung normal. Awal Januari ini sudah naik. Barang naik, pembeli tidak ada," pungkasnya.

Cabai Masih Mahal

Di tempat terpisah. Delapan hari menjelang bulan puasa Ramadhan, aktifitas Pasar Segiri Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur tampak normal.

Pengamatan Tribunkaltim.co, warga belanja kebutuhan dapur. Mulai dari daging, lombok tempe, dan berbagai keperluan dapur untuk memasak sehari hari, Senin (5/4/2021).

Pantauan TribunKaltim.co harga daging sapi  normal berdasarkan pedagang daging sapi Pasar Segiri Kota Samarinda, Dedi.

Harga daging sapi 100.000  per kilogram. Yakni daging sapi dari Nusa Tenggara Timur, maupun Palu, Sulawesi Tengah.

Baca juga: Harga Sembako di Samarinda, Masuk Tahun 2021, Cabai Pasar Segiri Melonjak Rp 10 Ribu per Kg

Baca juga: Wawali Rusmadi Wongso Sambangi Pasar Segiri Samarinda, Masih Berkesan Kumuh, Temukan Genangan Air

"Alhamdulilah ketersediaan stok daging sapi aman. Dan jumlah pembeli hari ini diperkiraan 15 sampai 20 orang beli daging sapi," ujarnya.

Sementara berdasarkan pekerja yang menjual cabai Nafsiyah san Arifin harga cabai tiung di Pasar Segiri Kota Samarinda Rp 75.000.

"Sejak dua minggu lalu cabai tiung dijual 75000 perkilogram. Sebelumnya Rp 80.000, Rp 90.000 sampai Rp 100.000 per kilogram," ungkapnya.

Untuk cabai keriting 45.000 perkilogram,  cabai merah besar  60.000 perkilogram, lombok hijau besar 40.000 perkilogram.

Harga tergantung pengiriman dari Sulawesi Kalau cabai merah besar naik dari 5 hari lalu dari Rp 45.000.

"Kemudian Rp 50.000, Rp 55.000 dan sekarang  60.000 per kilogram," ungkapnya.

Sementara pedagang bawang Pasar Segiri, Ramli harga awang merah dan putih  juga menjual dengan harga normal.

"Bawang merah dan bawang putih  26.000 perkilo partai.Kalau eceran 28.000 perkilogram yang ukuran besar baik bawang merah maupun putih.

Kondisi pertanian bawang di Sulawesi panen raya jadi murah.Dua minggu lalu sempat 30.000 perkilogram harga bawang,sebelum panen," sebutnya.

Seorang warga Jalan Wiratama Samarinda Ulu, Sisma akrab disapa mama Gwen, membeli cabai untuk keperluan memasak sehari hari cukup mengeluhkan harga cabai masih tinggi.

Memang kalau cabai lebih berasa jika harganya masih tinggi.

Kebetulan selain untuk keperluan sehari hari saya juga untuk jualan kuliner paling bisa sampai 2 hari sesuai pesanan pembeli ataupun pelanggan.

"Usaha saya dan ibu saya seperti nasi bakar, nasi tumpeng dan menu lainnya, kita mesti lebih pintar memasaknya karena harga cabai masih tinggi," ujarnya.

"Ya masakan berasa sedang tak terlalu pedas, karena cabainya dikurangi mau gak mau," ungkapnya.

Gegara Gagal Panen

Berita sebelumya, di tempat terpisah. Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DP3) Kota Balikpapan, menjaga harga pangan hasil petani lokal terutama cabai.

Dimana nantinya kebutuhan dalam daerah bisa terpenuhi secara mandiri.

Menurut Kepala DP3 Kota Balikpapan Heria Prisni, pihaknya punya program jualan online melalui media sosial.

Baca juga: Jelang Ramadhan, Harga Cabai di Kutai Barat Tembus Rp 95 Ribu Perkilogram

Baca juga: Sudah Dua Minggu Harga Cabe Naik di PPU, Warga Lebih Suka Cabai Lokal

Ini untuk menghubungkan petani dan pemasok, hingga konsumen lebih mudah dalam mendapatkan barang.

Diakui Heria, saat ini harga cabai dari petani sudah mulai turun, yakni Rp 80-95 ribu per kilogram.

Dia mengakui harga cabai memang cukup pedas beberapa bulan belakangan.

"Banyak kendala, perrtama hama penyakit, gagal pembungaan. Dia berbunga, tapi karena hujan lebat jadi mati," ujar Heria, Rabu (31/3/2021).

Baca juga: Kelompok Tani Karya Mandiri Simpang Pasir Akui Akan Bantu Stok Cabai di Kota Samarinda

Ia menyebut, saat ini untuk produksi cabai hanya sekitar 12 hektare yang produktif. Dimana biasanya, jika dalam cuaca baik sekitar 50 hektare.

"Karena gagal tumbuh, kemudian gagal panen. Sebelumnya ada 50 hektare. Seharusnya berbuah tetapi tidak berbuah, kemudian hama penyakit. Akibat dari cuaca ekstrem, bukan hanya di Balikpapan saja semua daerah mengalami," urainya.

Untuk satu hektare, biasanya menghasilkan sekira 20 ton cabai. Sekarang, produksi cabai bahkan tak lebih dari 10 ton. Untuk sekali panen, membutuhkan waktu 4 bulan. Hal ini membuat banyak daerah terkena imbas mahalnya harga cabai, termasuk Balikpapan. Apalagi jika melihat jumlah kebutuhan daerah.

Baca juga: Harga Cabai Melambung di Sangatta Kutim, Tembus Rp 100.000/Kg

"Kebutuhan cabai satu orang 1,8 kilogram pertahun. Dikalikan dengan jumlah penduduk 720 ribu. Kebutuhan 1256 ton setahun. Jadi 108 ton perbulan, 3,6 ton perhari," terangnya.

Untuk mencukupi kebutuhan yang banyak tersebut, Balikpapan biasanya memasok barang dari Sulawesi dan Jawa. "Kami prediksinya di puasa cukup. Hanya saja karena cuaca ekstrem jadinya hanya 20 hektare saja luas tanam kita," pungkasnya. 

Berita tentang Ramadhan

Berita tentang Balikpapan

Penulis Heriani | Editor: Budi Susilo

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved