Ramadhan 2021
Jelang Ramadhan Harga Cabai Rawit di Pasar Induk Tana Tidung Meroket, Harapkan Kapal Nusantara
Seorang pedagang di pasar tersebut, Andre, mengatakan bahwa harga cabai rawit saat ini Rp 170 ribu per kilogram.
Penulis: Risnawati | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO, TANA TIDUNG - Jelang Ramadhan, harga cabai rawit di Pasar Induk Imbayut Taka Tana Tidung naik meroket.
Seorang pedagang di pasar tersebut, Andre, mengatakan bahwa harga cabai rawit saat ini Rp 170 ribu per kilogram.
Padahal harga normal cabai rawit di Tana Tidung hanya Rp 80 ribu.
Baca juga: Jelang Ramadhan, Stok BBM di Tana Tidung Terbilang Aman
Baca juga: NEWS VIDEO Harga Cabai di Samarinda Masih Tinggi, Pedagang Kuliner Siasati Masakan Tak Terlalu Pedas
Baca juga: Harga Sembako di Bulungan, Stok Cabai Andalkan dari Berau, Nilai Jual Ayam Potong Kerap Naik
"Mulai awal tahun naiknya. Biasanya harga turun itu kalau habis Lebaran (Idul Fitri)" ujarnya, Rabu (7/4/2021)
Meroketnya harga cabai rawit di Tana Tidung, karena para pedagang harus mengambil di luar Kabupaten Tana Tidung, seperti ke Tarakan, Tanjung Selor, yang tentunya akan mengeluarkan biaya besar.

Mengandalkan petani lokal pun, kata Andre, tidak mencukupi stok kebutuhan cabai rawit.
"Ngambil di sana (luar daerah) juga ongkosnya mahal, karena harus sewa gudang juga.
Ngambil dari Berau juga begitu, perlu sewa gudang. Karena mereka juga harus menampung lombok-lombok yang mau dibawa ke sini (Tana Tidung)" imbuhnya.
Sebagai pedagang, Andre mengharapkan adanya Kapal Nusantara yang masuk ke Tana Tidung.
Baca juga: Harga Sembako di Pasar Segiri Samarinda Jelang Ramadhan, Cabai Masih Mahal, Stok Daging Sapi Aman
Baca juga: Jelang Ramadhan, Permintaan 3 Komoditas Ini Meningkat di Pasar Bontang, Harga Cabai Besar Ikut Naik
Sehingga para pedagang tidak perlu ke luar daerah Tana Tidung, dan mengeluarkan ongkos besar.
"Kalau (Kapal Nusantara) masuk ke Tana Tidung kan, kita ndak perlu keluar ongkos besar.
Iya, biasanya Kapal Nusantara ini yang membawa lombok (cabai rawit) dari Sulawesi," terangnya.
Penulis: Risnawati | Editor: Mathias Masan Ola