Berita Tarakan Terkini
Sidak di Pasar Gusher Tarakan, Disperindagkop Minta Harga Ayam tak Melebihi Rp 45 Ribu/Kg
Inspeksi mendadak (sidak) dilakukan Disperindagkop dan UKM Kaltara, Rabu (21/4/2021).
Sehingga tidak ada alasan lagi untuk menaikkan harga ayam lebih dari harga eceran tertinggi (HET) yang sudah disepakati di angka Rp 45 ribu per kilogram.
Ia melanjutkan, pihaknya juga sempat menanyakan ke pedagang apakah pernah mengalami kekosongan stok. Dan jawaban yang diberikan pedagang tak pernah mengalami stok kosong.
Baca Juga: Walikota Tarakan Masih Belum Tahu Daerah di Kaltara yang Warga Diizinkan untuk Mudik
"Selama berjualan ayam selalu tersedia. Ini harus dijaga. Dari pedagang jangan sampai main harga. Saya selalu sampaikan jangan memanfaatkan momen tertentu untuk mendapatkan keuntungan," jelasnya
Ia melanjutkan, jika nanti ternyata jelang Idulfitri ayam kembali mengalami kenaikan, ia akan melakukan pengecekan ke sumber pasokan yakni di INTI.
"Kami harus pastikan ke INTInya. Karena pedagang kalau tidak naik dari INTI tidak ada alasan bagi pedagang untuk menaikkan harga," tegasnya.
Yang perlu dijaga dan meminta kesepakatan serta kepastian adalah INTI yang menyediakan ayam ke sejumlah bakul mereka.
"Kami dengar juga satu pedagang ada yang dapat Rp 29 ribu ada yang Rp 30 ribu. Ternyata yang Rp 29 ribu karena mereka kas, yang mengutan diberikan harga Rp 30 ribu," tegasnya.
Namun walaupun harga modal yang diambil dari INTI Rp 29 ribu atau Rp 30 ribu, harga yang dijual ke pembeli tidak boleh melebihi Rp 45 ribu.
Sementara itu, Islah, salah seorang pedagang ayam di Pasar Gusher mengatakan, untuk harga ayam kategori bersih saat ini di kisaran Rp 43 ribu hingga Rp 45 ribu. Adapun untuk kategori kotor di angka Rp 40 ribu.
"Harga naik tergantung dari Toke. Kalau tidak naik dari sana, kami tidak naikkan," beber Islah.
Baca Juga: Pemesanan Tiba di Tarakan Menunggu 10 Minggu, Satu Unit Alat GeNose C19 Tembus Rp 80 Juta
Lebih lanjut ia menambahkan, ia memasok ayam dari PMS dan Melati sebagai penyedia.
Ia mendapatkan harga di angka Rp 29 ribu. Namun ia tak bisa menjelaskan keuntungan dari modal tersebut.
"Karena belum lagi hitung gaji karyawannya. Belum hitung airnya. Dan memang stok terbatas dari sana," pungkasnya. (*)