Mata Najwa
Di Mata Najwa, Dahlan Iskan tak Peduli Disebut Pembela Mati-matian Vaksin Nusantara
Di Mata Najwa, Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan mengungkap alasan kenapa dirinya mendukung penelitian Vaksin Nusantara.
Penulis: Doan E Pardede | Editor: Rita Noor Shobah
TRIBUNKALTIM.CO - Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan disebut sebagai pembela mati-matian Vaksin Nusantara.
Bahkan Dahlan Iskan juga mendapat surat terbuka dari salah seorang dokter, terkait tulisan Dahlan Iskan soal Vaksin Nusantara ini.
Hal ini terungkap dalam acara Mata Najwa, bertajuk 'Vaksin Cap dalam Negeri', Rabu (21/4/2021) tadi malam.
Baca juga: Live Trans 7 Mata Najwa, Polemik Vaksin Nusantara, Najwa Shihab Wawancara Kursi Kosong Terawan Lagi?
Baca juga: Ada Apa Antara Dokter Terawan dan Vaksin Nusantara? Tema Mata Najwa 21 April 2021 Live Trans 7
Dalam kesempatan tersebut, Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan mengungkap alasan kenapa dirinya mendukung penelitian Vaksin Nusantara.
Selain Dahlan Iskan, KSAD Jenderal Andika Perkasa juga hadir menjadi narasumber.
Hanya saja, bila Dahlan Iskan hadir langsung di studio Mata Najwa, KSAD Jenderal Andika Perkasa hadir secara virtual.
Awalnya, Najwa Shihab meminta komentar Dahlan Iskan disebut Pembela mati-matian Vaksin Nusantara,
Sambil tertawa, Dahlan Iskan hanya menjawab santai.
"Apakah salahnya," ujar Dahlan Iskan.
Dahlan Iskan mengungkap alasan mengapa Vaksin Nusantara perlu dibela.
Menurutnya, Vaksin Nusantara ini masih dalam tahap penelitian.
Dengan demikian, bila dirinya saat ini mendukung, maka yang didukung ada penelitian dan bukan 'Pemassalannya".
Alasan lainnya, Dahlan mengaku bahwa sejak dirinya menjalani transplantasi hati beberapa waktu lalu, sudah komit untuk mengabdikan diri kepada ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, ketika ada ahli dari Indonesia berani atau mampu melaksanakan stem cell, maka dirinya juga ikut berpartisipasi.
Sebenarnya, Dahlan mengaku sudah mendapat tawaran untuk melaksanakan stem cell di Jerman, namun karena ada ahli dari Indonesia yang ternyata juga mampu melakukan hal serupa, dia berubah pikiran.