Berita Nunukan Terkini
Nenek Mia di Nunukan Akui Menjual Kartu Jamsostek Demi Biaya Pengobatan Suaminya
Nenek Mia (67) warga Nunukan, Kalimantan Utara, mengaku terpaksa menjual kartu Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) milik suaminya untuk berobat
TRIBUNKALTIM.CO, NUNUKAN - Nenek Mia (67) warga Nunukan, Kalimantan Utara, mengaku terpaksa menjual kartu Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) milik suaminya, untuk biaya berobat sang suami.
Diketahui, Mia merupakan seorang pedagang kaki lima yang telah malang melintang selama 20 tahun, berdagang nasi bungkus dan aneka makanan ringan serta minuman sachet lainnya.
Sementara itu, sang suami Nurdin (80) merupakan bekas buruh pelabuhan, yang saat ini terbaring lemah di kasur, akibat tulang belakangnya baru saja selesai dioperasi.
Baca Juga: Masih Zona Oranye, Pemkab Nunukan Izinkan Salat Idul Fitri Digelar di Masjid, Ini Syaratnya
Baca Juga: Kepala Syahbandar Nunukan Larang Kapal Swasta Berlabuh di Pelabuhan Tunon Taka
Saat ditemui sedang berbaring di kursi kayu menunggu pembeli, nenek Mia mengaku, selama dua tahun ini dirinya menjadi tulang punggung keluarga.
"Suami nenek dulu buruh di sini. Sudah dua tahun sakit. Tulang belakangnya dioperasi di Tarakan. Dokter bilang tulangnya keropos.
Anaknya ada empat orang sudah berkeluarga semua. Kalau cucu nenek ada dua. Satunya kelas V SD, yang satunya baru 3 tahun.
Umur 9 bulan nenek ambil dari mamanya di Sulawesi. Karena mau dikasikan orang lain. Bagus nenek jaga cucu sendiri.
Bapaknya di Banjarmasin, mamanya di Palu. Kadang kirim uang ke sini kadang tidak," kata nenek Mia kepada TribunKaltim.Co, saat ditemui di sela aktivitasnya melayani pembeli kopi, di Pelabuhan Tunon Taka Nunukan, Senin (10/05/2021), sore.
Baca Juga: Usung Tema Fast & Furious, Kasat Lantas Polres Nunukan Beri Pesan Khusus buat Warga agar Tak Mudik
Baca Juga: Kepala Pelni Nunukan Beber Banyak Temukan Warga Berkedok Sakit Agar Bisa Mudik Lebaran Idul Fitri
Untuk biaya berobat suaminya itu, nenek Mia mengatakan, dirinya terpaksa menjual kartu Jamsostek milik suaminya dengan harga Rp 70 juta.
"Tidak ada pilihan lagi, makanya saya jual kartu Astek (Jamsostek) pelabuhan punya suami. Saya jual Rp 70 juta. Biaya operasi di Tarakan dan biaya obat hampir Rp 30 juta. Sisanya Rp40 juta, sebagian nenek pakai tambah modal beli barang untuk dijual lagi," ucapnya.
Menurut nenek Mia, dirinya selama ini belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah.
Dia berharap, pemerintah daerah dapat membantu pedagang kaki lima yang terkena dampak pandemi Covid-19.
"Nenek tidak pernah dapat bantuan sama sekali. Kayak orang lain ada bantuan lewat kantor pos ya. Soalnya mana nenek tau urus seperti itu. Dulu ada dapat pembagian beras dua kali. Tapi nggak ada lagi dapat," ujarnya.
Baca Juga: SIM Mati pada 12-16 Mei, Satlantas Polres Nunukan Beri Dispensasi, tapi di Atas 19 Mei akan Ditahan
Baca Juga: Layanan Penerbitan SIM Bakal Tutup 4 Hari, Berikut Keterangan Kasat Lantas Polres Nunukan
Nenek Mia katakan, dirinya sempat ke Dinas Sosial Nunukan untuk menanyakan bantuan, namun nahasnya, pendaftaran bantuan sudah tutup.
"Semua orang dapat, nenek tidak dapat. Sempat ke kantor dua kali. Tapi katanya sudah tidak ada. Ya mau dibuat apa lagi nak. Kata orang Dinas Sosial nanti diuruskan. Karena kalau suami nenek sudah tidak bisa lagi bangun.
Angkat tangannya aja sudah susah. Jadi kalau nenek lambat pulang kerja, baju kakek ya begitu aja di badan. Karena anak-anak tidak berani tukarkan bajunya, takut salah nanti," tuturnya.
Nenek Mia yang sehari-harinya ditemani berjualan oleh sang anak, namun kini terpaksa sendirian, lantaran anaknya baru saja selesai melahirkan.
Bahkan, meski sepi pembeli, nenek Mia tetap memilih berjualan di samping terminal pelabuhan, demi menghidupi suami dan dua cucunya.
Sebelum ada kebijakan larangan mudik, nenek Mia bisa mendapat pemasukan hingga Rp400 ribu per harinya.
Namun, kini ia hanya mendapat Rp100-Rp150 ribu, bahkan mirisnya Rp70 ribu per hari.
"Hari ini baru dapat Rp100 ribu. Dicukup-cukupi saja nak, uangnya. Biasanya nenek ditemani anak berjualan, tapi dia baru saja selesai melahirkan. Jadi butuh istirahat banyak," ungkapnya.
Nenek Mia menuturkan, dirinya menjual nasi bungkus untuk menambah pemasukan selama pandemi Covid-19.
Meski uang hasil dagangan nasi yang ia dapatkan juga tak seberapa.
"Nasi lauk ikan bayar Rp 20 ribu per bungkus. Kalau untuk buruh pelabuhan nenek kasi Rp15 ribu per bungkus. Kemarin ada 2 kilo nasi nenek buat, tapi satu orang saja beli. Jadi nenek bawa pulang kasi keluarga, tetangga, dan beberapa dikasi petugas pelabuhan. Kemarin hanya dapat Rp70 ribu," imbuhnya. (*)