Berita Internasional Terkini

Darurat Militer di Myanmar, Junta Salahkan Teroris Atas Serangan ke Bank dan Kantor Polisi

Sebuah dokumen yang diunggah di media sosial oleh media lokal yang mengklaim berasal dari pemerintahan anti-junta di daerah Mindat.

Editor: Budi Susilo
@youtube official tribun kaltim
Buntut Panjang Kudeta Myanmar. 

"Mereka (junta) tidak bisa lagi memerintah kota kecuali di beberapa daerah di mana mereka memiliki pangkalan," kata juru bicara itu.

"Mereka tidak memiliki kendali di daerah pedesaan," lanjutnya.

Juru bicara tersebut menambahkan, satu pejuang dari pasukannya tewas dan bentrokan terus berlanjut dengan tentara yang membawa bala bantuan.

Sebagai tanda lebih lanjut dari perlawanan terus menerus terhadap aturan militer, video di media sosial menunjukkan pendukung pro-demokrasi tengah unjuk rasa di pusat komersial Myanmar di Yangon pada Jumat (14/5/2021).

Baca Juga: NEWS VIDEO Krisis Myanmar, Sudah Lebih dari 300 Orang Tewas Akibat Aksi Brutal Militer

Secara bersama-sama mereka berteriak; "Kami percaya bahwa kami akan menang, kami harus menang, kami harus menang".

Beberapa pendukung pemerintah yang digulingkan pun telah berkoalisi dengan pemberontak yang memerangi militer selama beberapa dekade di daerah perbatasan.

Dibentuk seminggu yang lalu oleh Pemerintah Persatuan Nasional yang menentang para jenderal, sebuah kelompok yang disebut Pasukan Pertahanan Rakyat telah meminta dukungan dari kelompok-kelompok etnis bersenjata yang telah lama menganggap militer Mynamar sebagai musuh terbesar mereka.

Dipanggil untuk mempersenjatai diri sejak kudeta, pejuang mereka telah menyergap pasukan keamanan dan membunuh administrator yang ditunjuk junta.

Baca Juga: NEWS VIDEO Lindungi Demonstran Myanmar, Suster Ann Roza: Tolong, Tembak Saya Saja

Diketahui, pertempuran telah meningkat di beberapa daerah perbatasan sejak kudeta 1 Februari, dengan milisi etnis meningkatkan serangan, menduduki pos militer dan menjatuhkan helikopter militer.

Lebih lanjut, krisis di Myanmar telah menewaskan 788 orang, lapor Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).

Reuters tidak dapat memverifikasi korban secara independen karena militer telah memberlakukan pembatasan pada media, layanan internet, dan siaran satelit.

Penjarakan Jurnalis Lokal

Jurnalis asal Myanmar yang melaporkan protes anti-pemerintah dipenjara selama tiga tahun atas tuduhan penghasutan, ungkap kantor berita wartawan tersebut.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved