Ekonomi dan Bisnis

Harga Kedelai di Bontang Melambung Tinggi, Diprediksi Tahu dan Tempe Bakal Hilang dari Pasaran

Akibat tingginya harga kedelai, Persatuan Pengrajin Tahu Tempe (PPTT) di Kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur, bakal aksi mogok produksi

Penulis: Ismail Usman | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/ISMAIL USMAN
Aktivitas produksi pabrik tahu dan tempe di jalan Ahmad Yani, GG Rawa Indah, Api-Api, Bontang Utara, Kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur pada Minggu (23/5/2021). 

Menanggapi kenaikan kembali harga komoditas kedelai di pasar global, peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Rusli Abdullah mengatakan, harga kedelai di pasar domestik dipastikan masih akan tetap fragile mengikuti perkembangan dinamika di pasar global.

“Kita sejauh ini masih tergantung pada pasokan kedelai impor, sehingga wajar saja jika harga di pasar domestik masih akan fragile (terhadap kenaikan harga, red),” ujar Rusli dalam pernyataannya.

Baca Juga: Harga Sembako di Samarinda, Kedelai Naik Tajam Tahu Meroket, Produsen Tempe Kurangi Komposisi

Menurut Rusli, penggunaan dan konsumsi kedelai hasil impor sejauh ini masih menjadi pilihan karena sejumlah faktor yang mempengaruhi.

Salah satunya adalah rendahnya minat para petani untuk mengembangkan kedelai di lahan mereka, lalu perbedaan kualitas kedelai yang diproduksi di Tanah Air dibandingkan kedelai impor untuk dijadikan produk akhir seperti tahu dan tempe.

Rusli setuju bahwa Indonesia harus mengendalikan ketergantungan pada kedelai impor.

Sehingga dibutuhkan sejumlah langkah strategis untuk memperluas budi daya kedelai di Tanah Air, dan berikutnya mengurangi tingkat ketergantungan pasar domestik terhadap kedelai impor.

Baca Juga: Harga Sembako di Bontang, Kenaikan Pasokan Impor Kedelai Belum Berimbas, Tempe dan Tahu Masih Normal

Apalagi sejumlah penelitian telah mampu menghasilkan varietas-varietas kedelai unggul yang bisa ditanam di dalam negeri, dan tidak berbeda dengan kualitas kedelai impor.

“Namun untuk bisa switching atau beralih dari produk impor ke produk lokal, kita membutuhkan jalan yang panjang. Banyak sekali yang harus dikerjakan pemerintah."

Misalnya menyiapkan lahan, membuat petani berminat terhadap komoditas, menciptakan harga yang sesuai, termasuk persoalan tata niaga.

"Dibutuhkan waktu tak sebentar untuk mengurainya, dan memulai produksi kedelai lokal secara masif,” kata Rusli.

Baca Juga: VIDEO - Produksi Lokal Kalah Kualitas, Pengrajin Tahu dan Tempe Lebih Suka Kedelai Luar Daerah

Untuk menghindari risiko fluktuasi harga yang signifikan dan berdampak pada para pengrajin bahan pangan berbahan baku kedelai, maka pemerintah harus menyiapkan solusi jangka pendek.

Menurut Rusli, sebagai solusi jangka pendek, pemerintah harus mengamakan pasokan kedelai dari negara-negara pengimpor yang memiliki komitmen tinggi.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved