Berita Nunukan Terkini
Puluhan Warga Binaan Pemasyarakatan Mengalami Hipertensi, Lapas Nunukan Mengambil Tindakan
Maraknya hipertensi yang dialami oleh Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dalam hunian, membuat Lembaga Pemasyarakatan.
TRIBUNKALTIM.CO, NUNUKAN - Maraknya hipertensi yang dialami oleh Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dalam hunian, membuat Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IIB Nunukan melalukan serangkaian kegiatan.
Satu diantaranya, melakukan sosialisasi pencegahan dan pengendalian hipertensi kepada pegawai dan WBP, oleh petugas perawat klinik Lapas Nunukan.
Kasi Pembinaan dan Kegiatan Kerja (Binadik), Lapas Klas IIB Nunukan, Hendra Maha Saputra, mengatakan, belum lama ini.
Pihaknya melakukan kegiatan sosialisasi sebagai upaya deteksi dini penyakit tidak menular di Lapas Nunukan.
Baca Juga: Oknum Petugas Masih Bantah Memasukkan Sabu ke Lapas Nunukan
Saat ini kata Hendra, ada sekira 30 WBP yang mengalami hipertensi. Delepan orang diantaranya berjenis kelamin perempuan.
Upaya yang dilakukan Lapas Nunukan yakni rutin melakukan pengecekan tekanan darah dan pengobatan WBP.
"Sementara ini ada 30 WBP. Kami rutin dalam seminggu sekali mengecek tekanan darah WBP di klinik lapas. Supaya bisa memberikan obat agar tekanan darahnya kembali normal," kata Hendra Maha Saputra kepada TribunKaltara.com, Rabu (26/05/2021), pukul 12.00 Wita.
Menurut Hendra, hipertensi harus segera mendapatkan pengobatan, lantaran dapat memicu munculnya penyakit lain seperti gagal jantung, penyakit ginjal, dan stroke.
"Sabtu kemarin, klinik Lapas sudah sosialisasikan bahaya hipertensi itu sendiri kepada WBP. Dan itu harus ditangani sesuai dengan prosedur. Tidak sembarang makan obat. Kemudian jika ada keluhan WBP, langsung ke klinik," ucapnya.
Bahkan, diketahui satu WBP, berjenis kelamin laki-laki dan usianya 48 tahun, sekarang ini dalam kondisi stroke dan bermula dari hipertensi.
"Karena masih belum terlalu parah jadi masih dilakukan rawat jalan dalam Lapas. Kalau kondisinya buruk baru dilarikan ke RSUD Nunukan," tuturnya.
Hendra menjelaskan, penyebab puluhan WBP bisa terkena hipertensi di dalam Lapas Nunukan, ada dua kemungkinan.
Pertama, WBP terkait memang memiliki riwayat hipertensi sebelumnya atau baru dialami saat di dalam hunian Lapas.
Bisa jadi karena faktor keturunan. Dan kemungkinan karena banyak beban pikiran di dalam Lapas.
"Kami sudah sarankan supaya menjaga pola makan dan cukup istirahat," tuturnya.
"Termasuk tidak usah memikirkan hal-hal yang terlalu jauh," ujarnya.
Untuk menekan angka hipertensi di dalam hunian, Lapas Nunukan melakukan kegiatan olahraga, pembinaan kerohanian, termasuk menonton film bareng.
"Sejauh ini kami masih lakukan penyuluhan dan imbauan tentang pola hidup sehat. Kami berikan obat sesuai dosisnya," katanya.
"Lalu, olahraga, selipkan pembinaan kerohanian bia pikirannya tenang dan hati ikut damai. Termasuk nonton film bareng-bareng," ungkapnya.
Tiga Napi Kabur dari Lapas Nunukan
Berita sebelumnya. Usai mendengar 3 narapidana (Napi) kabur dari Lapas Klas IIB Nunukan, Kepala Kanwil Kemenkumham Kaltim, Sofyan melakukan pemeriksaan Lapas Nunukan, Kalimantan Utara, Rabu (19/5/2021) kemarin.
Saat ditemui di sela kunjungannya, Sofyan mengatakan hingga kini pihaknya masih terus melakukan pencarian 3 Napi yang kabur itu.
Sebelumnya, 2 Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang kabur dari Lapas Klas IIB Nunukan, pada Sabtu (13/2/2021), pukul 17.30 WITA.
Kedua pria asal tahanan Polres Bulungan itu berhasil lolos dari Lapas Nunukan setelah memanjat tembok setinggi empat meter dan gulungan kawat setinggi satu meter, dengan menggunakan sarung.
Pada Jumat (14/5/2021) sore lalu, seorang lagi WBP berhasil kabur saat ditugaskan oleh pihak Lapas Nunukan untuk membantu mengangkat barang titipan lebaran milik keluarga WBP.
Baca juga: Kecolongan, Warga Binaan Kendalikan Peredaran 5,28 Kg Sabu dari Dalam Lapas Bontang
WBP terakhir yang kabur itu atas nama Krispin Tanyit (43), jenis kelamin laki-laki. Ia merupakan seorang petani.
Pria dengan ciri bertahi lalat di samping kanan hidung itu, divonis 8 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Tanjung Selor pada 16 Oktober 2018 atas kasus narkotika.
"Pada prinsipnya kami berusaha keras untuk mencari dulu, sembari melakukan pemeriksaan. Nanti saya informasikan lebih lanjut karena masih dalam pemeriksaan. Jadi tidak bisa disampaikan sekarang," kata Sofyan kepada TribunKaltara.com.
Menanggapi persoalan itu, Sofyan memastikan pihaknya bekerja sama dengan kepolisian, Kodim, dan tokoh masyarakat untuk membantu menemukan 3 Napi tersebut.
"Kita sedang mencari informasi dan sudah menyebarkan orang-orang. Ini seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Susah ya kan. Jadi mohon bersabar. Untuk punishment itu pasti ada. SK Hukdis untuk yang Februari sudah finishing tinggal yang kejadian baru-baru ini.
Kalapas dan Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP) juga sudah kami periksa," ucapnya.
Baca juga: Pengungkapan Sindikat Peredaran Sabu, Berikut Kronologi 1 Tersangka Tertangkap di Lapas Bontang
Menurutnya, tak ada pihak yang bisa disalahkan terlalu berlebihan ketika melihat situasi riil di lapangan.
"Kalau kita lihat lagi, di Lapas Nunukan itu 70 persen anak baru semua. Akan jadi kacau kalau dipaksakan untuk mengerti sesuatu yang belum dimengerti. Makanya saya minta Kalapas dan Kanitpas untuk terus memberikan penguatan dan edukasi kepada staf. Alhamdulillah Dirjen Pemasyarakatan sudah turun langsung," ujarnya.
Diketahui, saat ini total narapidana di Lapas Nunukan ada sebanyak 1.282 orang.
Sementara itu, kapasitas Lapas saat ini hanya 260 orang.
"Soal over kapasitas itu hal klasik. Sekarang saja untuk se-Provinsi Kaltim total WBP itu 12.706 orang. Dari 3.586 kapasitas orang. Lapas Nunukan itu 369 persen over kapasitasnya. Bisa dibayangkan itu. Ditambah penjagaan di Lapas Nunukan hanya 4 orang setiap ganti shift," tuturnya.
Sofyan menuturkan, pihaknya sudah mengajukan permohonan ke kementerian, agar memberikan kewenangan penuh kepada Kanwil dalam menyusun kebutuhan pegawai setiap Lapas.
"Kami sudah minta ke kementerian agar dalam menyusun program pemenuhan pegawai melihat kondisi riil di lapangan. Biarlah wilayah yang membagi jatah petugas. Berapa Lapas membutuhkan petugas. Karena kalau BKN yang tetapkan, kejadiannya akan seperti Lapas Tenggarong kosong, nggak kebagian," ungkapnya.
Tak hanya itu, Sofyan mengatakan tak ada pilihan lain lagi, selain membangun Lapas baru.
"Kami sudah ikuti Permenkumham tentang asimilasi Covid-19, tetap tidak juga berkurang. Yang keluar 100 WBP masuknya 200 WBP. Di Lapas Tenggarong itu ada Lapas perempuan. Sebenarnya salah saya membiarkan Napi perempuan ada di semua Lapas Rutan di sini.
Harusnya fokus di sana tapi tidak muat juga. Bukan salah siapa, memang negara tidak mampu. Tinggal bagaimana memanajemen Napi perempuan di Lapas Rutan ini," imbuhnya.
"Saya ke Kaltara ini sekalian melihat hibah tanah yang diberikan kepada kami, untuk membangun kantor wilayah Kumham Kaltara. Nanti kalau sudah dibangun, kami akan kirim Napi dari Kaltim ke sini sebagian. Karena kalau di luar provinsi mahal, nggak ada anggaran," ucap Sofyan.
Panjat Tembok dan Gulungan Kawat
Lapas Klas IIB Nunukan hingga kini masih terus berupaya mencari 3 narapidana yang kabur dari jeruji besi, belum lama ini.
Sebelumnya, 2 Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang kabur dari Lapas Klas IIB Nunukan, pada Sabtu (13/02/2021), pukul 17.30 Wita.
Kedua pria asal tahanan Polres Bulungan itu berhasil lolos dari Lapas Nunukan setelah memanjat tembok setinggi empat meter dan gulungan kawat setinggi satu meter, dengan menggunakan sarung.
Lalu, pada Jumat (14/05/2021), sore satu lagi WBP berhasil kabur saat ditugaskan oleh pihak Lapas Nunukan untuk membantu mengangkat barang titipan lebaran milik keluarga WBP.
WBP terakhir yang kabur itu atas nama Krispin Tanyit (43), jenis kelamin laki-laki. Ia merupakan seorang petani.
Pria dengan ciri bertahi lalat di samping kanan hidung itu, divonis 8 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Tanjung Selor pada 16 Oktober 2018, atas kasus narkotika.
Siapa sangka Krispin Tanyit ternyata memiliki banyak karya yang sempat ia torehkan saat mendekam 2 tahun setengah di dalam Lapas Nunukan.
Mulai dari kemampuan melukis, perbengkelan, dan membuat pojok edukasi Wilayah Bebas Korupsi (WBK).
"WBP itu memiliki kemampuan melukis, dia juga kerja di bengkel dalam. Kami berdayakan untuk mempercantik kantor, melukis motif etnis dayak di depan pintu kantor dan pilar-pilar, serta membuat tempat yang digunakan untuk sarana edukasi WBK kepada masyarakat," kata Kasi Pembinaan dan Kegiatan Kerja (Binadik), Lapas Klas IIB Nunukan, Hendra Maha Saputra, kepada TribunKaltim.Co, melalui telepon seluler, Senin (17/05/2021), pukul 19.00 Wita.
Pria yang akrab disapa Hendra itu mengatakan, saat ini jumlah total narapidana di Lapas Nunukan sebanyak 1.282 orang.
Sementara, kapasitas Lapas saat ini hanya 260 orang.
"Over kapasitas Lapas itu karena kami menerima kiriman Napi dari Tanjung Selor, Malinau, Nunukan, KTT bahkan dari Tarakan. Dari Kanwil sudah perintahkan sesuai surat dari Dirjen Pemasyarakatan untuk redistribusi penghuni Lapas Nunukan sebesar 392 persen," ucapnya.
Hendra mengaku, SDM pegawai sipir di Lapas Nunukan masih sangat kurang.
Namun, Lapas Nunukan telah menganalisa kebutuhan pegawai sipir yang akan segera ditindaklanjuti kepada Kanwil Kalimantan Timur.
"Ada 18 titik CCTV yang sudah di tambah di blok-blok hunian. Kami akan terus melakukan pencarian dengan maksimal. Mohon doa dari masyarakat Nunukan," ujarnya.
Dia mengimbau kepada warga Nunukan untuk segera melaporkan jika mengetahui ciri-ciri Napi yang kabur.
Terakhir Napi itu mengenakan pakaian Lapas Nunukan, perpaduan warna hitam dan biru. Tangan kiri bertato. Memiliki tahi lalat pada bagian kanan hidung.
"Saat kabur sudah ada rambutnya. Kami mohon maaf kepada masyarakat Nunukan dengan adanya kejadian ini, sehingga membuat gaduh di masyarakat. Tentunya kami butuh dukungan masyarakat dan aparat terkait agar Napi tersebut segera tertangkap," ungkapnya.
Penulis Febrianus Felis | Editor: Budi Susilo