Virus Corona di Kaltim

Khawatir Terhadap Vaksin AstraZeneca, BEM Farmasi Universitas Mulawarman Berkunjung ke BPOM

Sehingga BEM Farmasi Mulawarman melakukan kunjungan ke Balai Besar POM Samarinda, Kamis (3/6/202). Pihaknya mulai mempertanyakan keamanan vaksin

TRIBUNKALTIM.CO/HO
Perwakilan BEM Universitas Mulawarman mendatangi BPOM Samarinda. Mereka Mempertanyakan Efektifitas Vaksin Astra Zeneca.TRIBUNKALTIM.CO/HO 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Berawal dari keresahan yang dialami oleh masyarakat dan juga mahasiswa terkait vaksin Astra Zeneca.

Beberapa informasi mengenai vaksin tersebut dikabarkan mampu mengakibatkan pembekuan darah atau tromboemboli pasca vasksinasi.

Sehingga BEM Farmasi Mulawarman melakukan kunjungan ke Balai Besar POM Samarinda, Kamis (3/6/202). Pihaknya mulai mempertanyakan keamanan vaksin AstraZeneca.

Baca Juga: Setelah Dapat Izin Ketua Satgas Tarakan, Sekolah Bisa PTM Asal Semua Guru Sudah Divaksin Covid-19

Fauzan Afandi selaku Gubernur BEM Farmasi Mulawarman mengawali diskusi dengan mempertanyakan terkait keamanan dari vaksin yang digunakan pada wilayah Samarinda.

“Banyaknya vaksin yang beredar, di Samarinda sendiri menggunakan vaksin apa dan bagaimana dengan keamananya?” kata ujar Fauzan Afandi

Menjawab pertanyaan yang diberikan, kepala Balai Besar POM Samarinda Dr. Sem Lapik, Apt., Msc. menyampaikan bahwa Penggunaan vaksin di wilayah Samarinda, sama seperti daerah lain.

Serta tergantung pada distribusi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan yang dikirim melalui PT. Biofarma.

Di Wilayah Samarinda sendiri telah menggunakan vaksin Sinovac dan yang terbaru yaitu Astrazeneca.

Vaksin yang digunakan di Samarinda seperti Astra Zeneca telah terjamin keamaannya.

Baca Juga: Vaksinasi Kembali Lanjut di Bontang, Satgas Covid-19 Sasar Seluruh Pedagang Pasar Tamrin

"Memang ada beberapa efek samping pasca divaksinasi seperti mengantuk, pusing dan sebagainya. Astra Zeneca sendiri memiliki efek samping yang sangat rendah, jika dibandingkan dengan efek farmakologis yang diberikan.” ungkapnya

Sem Lapik mengatakan kasus pembekuan darah sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah dosis vaksin yang didistribusi pemerintah.

“Dari sekian juta dosis yang telah diberikan, baru terdapat 1 kasus pembekuan darah yang dilaporkan di Indonesia. Sehingga jika melihat analisis statistik hal ini dapat diabaikan karena perbandingannya hanya 1 banding sekian juta.” Ungkap Dr. Sem Lapik, Apt., Msc.

Sementara itu dalam rilis yang ada di website resmi BPOM juga menuliskan keputusan dari World Health Organization (WHO) Global Advisory Committee on Vaccine Safety (GACVS) dan badan otoritas obat global seperti European Medicines Agency (EMA) pada tanggal 7 April 2021, manfaat Vaksin COVID-19 AstraZeneca lebih besar daripada risikonya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved