Berita Nasional Terkini

Konflik Kekerasan Israel,  Korea Utara Sebut Jalur Gaza Jadi Tempat Jegal Manusia dan Anak-anak

Konflik kekerasan antara  Hamas dan Israel  di Gaza bulan lalu menuai kecaman dari berbagai negara,  tak terkecuali  Korea Utara.

Editor: Ikbal Nurkarim
AFP
Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un. Pemimpin Tertinggi Korea Utara beri hukuman ini, 70 persen rakyat bicara seperti orang Korsel gara-gara hobi nonton drakor. 

TRIBUNKALTIM.CO  - Konflik kekerasan antara  Hamas dan Israel  di Gaza bulan lalu menuai kecaman dari berbagai negara,  tak terkecuali  Korea Utara.

Korea Utara mengutuk Israel karena membunuh banyak warga Palestina di Jalur Gaza.

Dalam sebuah pernyataan pada Jumat (4/6/2021), Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengatakan kejahatan Israel membunuh anak-anak adalah mengerikan.

"Kejahatan mengerikan Israel membunuh anak-anak seperti tunas, belum berkembang, merupakan tantangan berat bagi masa depan umat manusia dan kejahatan terhadap kemanusiaan."

Baca juga: UPDATE Penangkapan Massal Warga Palestina oleh Polisi Israel, Penyebab Gegara Demonstrasi di Gaza

"Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa seluruh Jalur Gaza telah berubah menjadi rumah jagal manusia yang besar dan tempat pembantaian anak-anak," lanjut kementerian tersebut.

"Segera setelah pemboman berakhir, (Perdana Menteri Israel) Netanyahu dan pihak berwenang Israel berusaha menyembunyikan kejahatan mereka membunuh bahkan anak-anak," bunyi pernyataan tersebut, dikutip dari Newsweek dan MSN.

Lebih lanjut, Korea Utara menyebut media internasional turut mengecam Israel karena terus membunuh anak-anak Palestina.

Israel juga disebut menyebabkan warga Palestina terusir dan melakukan tekanan pada kepercayaan.

Baca juga: YPPS dan Komunitas Peduli Basa Paser Salurkan Donasi via ACT, Bantuan untuk Rakyat Palestina

Pernyataan dari Korea Utara ini muncul pada 4 Juni lalu.

Itu bertepatan dengan peringatan Hari Internasional Anak-anak Tak Bersalah Korban Agresi (International Day of Innocent Children Victims of Aggression).

Peringatan ini ditetapkan PBB untuk menandai agresi Israel terhadap korban anak-anak di Palestina dan Lebanon pada Agustus 1982.

Saat ini Palestina dan Israel masih dalam kondisi gencatan senjata setelah konflik pada bulan lalu.

Bentrokan terbaru antara Israel dan Hamas di Gaza, menghancurkan ribuan bisnis, rumah, dan menggusur lebih dari 100.000 orang di wilayah tersebut.

Baca juga: UPDATE Penangkapan Massal Warga Palestina oleh Polisi Israel, Penyebab Gegara Demonstrasi di Gaza

PBB mengatakan, sekitar 240 warga Palestina meninggal dalam 11 hari konflik.

Sementara itu dilaporkan sedikitnya 12 orang tewas di Israel.

Korea Utara sudah lama mengakui kedaulatan Palestina atas semua wilayah yang diduduki Israel, kecuali Dataran Tinggi Golan.

Pyongyang menganggap Israel sebagai 'satelit imperialis'.

Menurut negara komunis ini, Israel bertentangan dengan ideologi anti-imperialis dan anti-kolonialis yang dianutnya.

Baca juga: NEWS VIDEO Di Tengah Suka Cita, Polisi Israel Kembali Serang Warga Palestina di Masjid Al-Aqsa

Selama beberapa dekade, rezim Kim Jong Un dan pemimpin Korea Utara terdahulu memihak kelompok pejuang Palestina termasuk Hamas.

Pada 1990-an, mantan Pemimpin Tertinggi Kim Jong Il membantu mantan duta besar Palestina untuk Korea Utara, Mustafa Safarini menjalani perawatan kesehatan, menurut NK News.

Solidaritas Pyongyang atas pembebasan Palestina juga telah membuat Korea Utara memiliki hubungan diplomatik dengan kawasan Arab.

Satu Juta Warga Palestina Ditangkap Israel 

Sekitar satu juta warga Palestina telah ditangkap pasukan Israel terhitung sejak Perang Timur Tengah 1967.

Ini merupakan perhitungan dari LSM lokal pada Sabtu (5/6/2021) lalu.

Baca juga: Solidaritas untuk Rakyat Palestina, Ratusan Ribu Warga London Inggris Berunjuk Rasa Kembali

Commission of Detainees and Ex-Detainees Affairs mengatakan bahwa di antara jumlah itu, ada puluhan ribu anak dan wanita.

"Sekitar 17.000 perempuan dan anak perempuan dan 50.000 anak-anak termasuk di antara mereka yang ditahan," kata Commission of Detainees and Ex-Detainees Affairs dalam sebuah pernyataan.

Dilansir Anadolu Agency, LSM itu mengatakan, lebih dari 54.000 perintah penahanan administratif dicatat sejak 1967.  

Kebijakan penahanan administratif memungkinkan pihak berwenang Israel memperpanjang penahanan seorang tahanan tanpa tuduhan atau pengadilan.

Baca juga: Ledakan Terdengar di Kompleks Masjid Al Aqsa, Israel Ingkar Gencatan Senjata Palestina Tembak Jamaah

"Sebanyak 226 tahanan tewas di dalam penjara Israel sejak 1967," tambahnya.

LSM tersebut mengatakan, semua yang ditahan mengalami "beberapa bentuk penyiksaan fisik atau psikologis, pelecehan moral, dan perlakuan kejam."

Diperkirakan ada 4.500 warga Palestina yang diyakini ditahan di penjara Israel.

Di antaranya adalah 41 wanita dan 140 anak di bawah umur.

Sementara itu, diduga ada 440 tahanan administratif, menurut data yang dikumpulkan organisasi hak-hak tahanan ini.

Selama Perang Timur Tengah 1967, Israel menduduki sejumlah wilayah Palestina.

Di antaranya yaitu Tepi Barat, Yerusalem Timur, Dataran Tinggi Golan Suriah, dan Semenanjung Sinai Mesir.

Namun, Semenanjung Sinai Mesir kemudian dikembalikan ke Mesir di bawah kesepakatan damai 1979 dengan Israel.

(*)

Berita ini telah tayang  di Tribunnews.com dengan judul  Korea Utara Sebut Israel Mengubah Jalur Gaza Jadi Tempat Jagal Manusia dan Anak-anak

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved