Polemik SMAN 10 Samarinda
Turut Terdampak dari Polemik yang Bergulir, Siswa SMAN 10 Samarinda Gelar Aksi Menyemangati Guru
Saat pelajar lain berbahagia menyongsong tahun ajaran baru, Siswa SMAN 10 Samarinda harus menunggu kepastian untuk bisa duduk tenang menatap PTM
Penulis: Rita Lavenia | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA- Saat pelajar sedang berbahagia menyongsong tahun ajaran baru, Siswa SMAN 10 Samarinda harus menunggu kepastian untuk bisa duduk tenang menatap PTM di sekolah mereka.
Yah, meski polemik antara Yayasan Melati dan sekolah mereka yang terjadi sejak beberapa tahun silam ikut menyeret mereka.
Tidak bisa dipungkiri para pelajar tersebut turut merasakan dampak dari polemik yang terjadi saat ini.
Mereka bingung bagaimana agar bisa menuntut ilmu dengan damai dan tenang seperti sediakala.
Baca juga: Soal Pemindahan SMAN 10 Samarinda, Kepsek Sebut Serahkan Semua Keputusan ke Disdikbud Kaltim
Oleh karena itu sejak Kamis (10/6/2021) dan hari ini Jumat (11/6/2021 para peserta didik tersebut turun melakukan aksi damai .
Mereka menggelar aksi damai di depan gedung sekolah mereka yang berada Jalan HAM Rifaddin, Kelurahan Harapan Baru, Kecamatan Loa Janan Ilir, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur
Atau Kampus Melati, dengan cara menyebar poster dan petisi dukungan untuk SMAN 10 kepada para pengguna jalan yang melintas.

Ketua Osisi (Ketos) SMAN 10 Samarinda, Tengku Haikal (16) menyebut aksi yang mereka lakukan semata-mata hanya untuk menyemangati guru dan staff yang masih mengajar di sekolah tersebut.
"Kami, guru dan staff sama-sama berjuang untuk bertahan di sini Kak. Dan cuma dengan cara ini kami bisa menyemangati guru-guru kami," jelas Haikal sapaan akrabnya, saat ditemui Tribunkaltim, Jumat (11/6/2021).
Siswa kelas 2 SMA jurusan IPA ini bersama rekan-rekannya mengaku tidak menginginkan hal lain selain bisa belajar dengan tenang tanpa adanya masalah.
Baca juga: Usai RDP dengan DPRD Kaltim, Disdikbud Beber Pembelajaran di SMAN 10 Samarinda Seperti Biasa
"Kita tetap mau di sini. Sudah satu tahun di sini tiba -tiba harus pindah sedih juga," lanjutnya.
Haikal menjelaskan saat ini mereka yang bertahan di Kampus Melati ada 22 kelas. Dan nantinya akan ada adik kelas dengan total 24 kelas.
"Kami cuma mau belajar dengan tenang. Itu aja sih Kak. Lagian Kampus B di Perjuangan itu sebenarnya dibangun dan diperuntukan untuk siswa siswi berrestasi," bebernya.
"Tapi bagaimanapun, Kami ingin sampaikan pesan buat guru-guru supaya tetap semangat, dan terimakasih Bapak dan Ibu setia serta tulus memberi kami ilmu," tutupnya.
Liputan: Rita Lavenia | Editor: Mathias Masan Ola