Berita Balikpapan Terkini
PTM di Balikpapan Terancam Ditunda, Walikota Rahmad Masud Beri Keputusan 9 Juli 2021
Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terancam batal, lantaran kasus positif Covid-19 di kota minyak kembali meningkat.
Penulis: Miftah Aulia Anggraini | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terancam batal, lantaran kasus positif Covid-19 di kota minyak kembali meningkat.
Walikota Balikpapan Rahmad Masud bersikeras akan mengambil sikap terkait keputusan PTM pada 9 Juli 2021 mendatang.
"Kalau tren kasus tidak ada penurunan bisa dibatalkan. Tanggal 9 Juli kita beri kepastian, untuk kebaikan anak-anak bisa jadi akan ditunda," ujarnya, Kamis (1/7/2021).
Sementara itu, Gubernur Kaltim Isran Noor juga mewanti-wanti, agar proses belajar di sekolah yang dijadwalkan 12 Juli, ditunda.
“Silakan saja kalau ada wali kota atau bupati yang mau melaksanakan walaupun di zona hijau, tapi kalau saya tidak boleh,” tegasnya.
Baca juga: Komisi I DPRD Bontang Dukung Keputusan Walikota untuk Batalkan PTM pada Juli Mendatang
Meski demikian, Gubernur juga tak melarang jika ada kepala daerah yang tetap melaksanakan PTM.
“Tapi kalau mereka mau melaksanakan silakan saja, saya enggak ikut nanggung,” katanya.
Menurutnya kepala daerah di masing-masing kabupaten/kota sebaiknya tidak mengambil risiko.
Lantaran kesehatan masyarakat masih menjadi prioritas bagi pemerintah. Apa lagi yang akan melaksanakan PTM adalah anak-anak.
“Jangan ambil risiko, kalau nanti sudah terjadi kita sudah tidak memiliki perlengkapan memadai di sekolah,” jelasnya.
Baca juga: Bupati Berau Berharap PTM Tetap Digelar, Kendati Kasus Covid-19 Meningkat dalam Sepekan
Isran menyebut data satgas menunjukkan peningkatan kasus positif, khususnya pada anak usia 1 sampai 16 tahun.
Usia tersebut merupakan usia anak-anak sekolah. Menurutnya, setiap daerah di Kaltim masih belum mampu melaksanakan PTM.
Sebab, masih rentan tertular Covid-19, meskipun sebagian besar sekolah sudah mempersiapkan dengan protokol kesehatan yang ketat.
“Kalau nanti dibatasi 50 persen atau 25 persen, tetap kita tidak bisa mengontrol anak-anak. Sekarang pilihannya mau ambil risiko atau mau belajar tatap muka," tandasnya.