Pernik

Hobi Numismatik Lily Epiphany Enggan Jual Uang Kuno Seri Soekarno, Langka & Untuk Koleksi Pribadi!

Hobi Numismatik Lily Epiphany Enggan Jual Uang Kuno Seri Soekarno, Langka & Untuk Koleksi Pribadi!

TRIBUN KALTIM/DWI ARDIANTO
Hobi Numismatik Lily Epiphany Enggan Jual Uang Kuno Seri Soekarno, Langka & Untuk Koleksi Pribadi! 

"Pernah ada isu uang kuno dari seri Soekarno yang katanya bisa melingkar jika diletakkan d telapak tangan. Ini sebenarnya hanya uang suvenir. Kolektor biasanya tahu hal semacam ini. Jadi memang lebih aman membeli di kolektor, karena mereka paham seri dan keaslian uang tersebut," pungkasnya. 

Lily Epiphany, kolektor uang kuno (numismatis) di Balikpapan.
Lily Epiphany, kolektor uang kuno (numismatis) di Balikpapan. (TRIBUN KALTIM/DWI ARDIANTO)

Berawal dari Cangkang Kerang

Bicara mengenai uang, tak adil rasanya jika tidak membahas sejarah mengenai uang itu sendiri.

Jauh sebelum zaman barter, manusia diketahui hidup secara mandiri dengan memenuhi segala kebutuhannya sendiri. Jadi dapat dikatakan jika manusia era itu berperan sebagai produsen sekaligus konsumen.

Setelah manusia mengenal hidup berkelompok dengan kebutuhan yang jauh lebih kompleks, konsep barter pun muncul. Kegiatan barter ini dimulai sejak puluhan ribu tahun lalu hingga awal zaman manusia moderen.

Sekian lama konsep ini mampu bertahan. Hingga muncul permasalahan, ketika dua pihak yang ingin melakukan barter tidak setuju dengan nilai tukar suatu barang.

Biasanya hal ini terjadi jika salah satu pihak merasa tidak terlalu membutuhkan barang yang akan ditukar.

Untuk mengakali hal ini, muncullah ide uang komoditas.

Uang komoditas adalah konsep pembayaran dengan barang dasar yang dimiliki hampir setiap orang kala itu, seperti tembakau, teh, dan biji-bijian.

Konsep ini juga mengalami beberapa kali perubahan seperti pada era 9000 SM, di mana barang dasar yang digunakan adalah hewan ternak.

Beralih pada tahun 6000 SM, saat manusia sudah paham cara bertani, barang dasar yang digunakan pun berubah menjadi produk hasil pertanian.

Karena ukurannya yang besar dan memiliki batas waktu layak pakai, pada tahun 1200 SM manusia mulai beralih pada pemakaian cangkang kerang cowrie sebagai alat pembayaran.

Sistem pembayaran dengan konsep ini terbilang unik.

Saat itu populasi cowrie melimpah ruah di sekitar kepulauan Maladewa, sehingga saban hari anak-anak dan para wanita akan turun ke pantai untuk mengumpulkan kerang ini yang kemudian ditukarkan kepada para pedagang.

Pedagang inilah yang selanjutnya menyebarkan cowrie ke seluruh benua.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved