Virus Corona di Kukar
Ratusan Warga Binaan Lapas Tenggarong Siap Ikuti Program Asimilasi di Rumah
Sebanyak 100 warga binaan di Lapas Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, mengikuti sosialisasi.
Penulis: Aris Joni | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, TENGGARONG - Sebanyak 100 warga binaan di Lapas Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, mengikuti sosialisasi tentang Permenkumham Nomor 24 Tahun 2021.
Yakni peraturan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 32 Tahun 2020 soal Syarat dan Tata Cara Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, Dan Cuti Bersyarat Bagi Narapidana dan Anak Pidana Dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19.
Sosialisasi tersebut disampaikan langsung oleh Kasi Binapi Lapas Tenggarong Ahmad Harnadi dan Kasubsi Bimkemaswat Lapas Tenggarong Syarifuddin di Aula Lapas Klas IIA Tenggarong pada Sabtu (3/7/2021).
Dalam paparannya, Kasi Binapi Lapas Tenggarong Ahmad Harnadi menyampaikan kepada warga binaan.
Baca juga: Satgas Covid-19 Akan Tindak Tegas Pelanggar Prokes Selama PPKM di Kukar
Katanya, tujuan sosialisasi ini sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas kinerja jajaran Lapas Tenggarong.
Khususnya bagian Bina Narapidana dan Anak Didik dalam melaksanakan peraturan menteri tersebut.
Sehingga warga binaan dapat mengetahui hal dan kewajibannya jika mendapatkan program integrasi sesuai Permenkumham tersebut.
"Tujuan sosialisasi ini dimaksudkan agar warga binaan dapat mengetahui hak dan kewajibannya jika memperoleh program integrasi tersebut," ujarnya.
Meminimalisir Penyebaran Covid-19
Sebelumnya, ucap dia, program integrasi yang sama telah dilaksanakan melalui Permenkumham Nomor 32 Tahun 2020 yang masa berlaku berakhir pada tanggal 30 Juni 2021.
Tujuan dari terbitnya peraturan ini salah satunya guna meminimalisir penyebaran Covid-19 di dalam Lapas.
Mengingat dengan tingkat over kapasitas hunian yang tinggi di Lapas.
Sehingga dengan adanya program tersebut dapat sebagai salah satu upaya pencegahan gangguan keamanan di Lapas Tenggarong.
Baca juga: Dinkes Kukar Gelar Screening TB-HIV di Lapas Tenggarong, Sebanyak 400 Warga Binaan Jalani Tes
Untuk Lapas Tenggarong, dalam pelaksanaan Permenkumham Nomor 32 Tahun 2020 telah membebaskan sebanyak 105 orang sampai dengan 30 Juni 2021.
"Sekaligus menjadi UPT yang paling banyak melaksanakan program integrasi tersebut di wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kaltim," paparnya.
Gratis tak Dipungut Biaya
Ia juga menegaskan, program yang diperuntukkan bagi warga binaan ini tidak dipungut biaya.
Dan bagi masyarakat dan keluarga warga binaan yang menemukan pelanggaran dalam pelaksanaan program ini dapat melaporkan kepada hotline pengaduan lapas tenggarong.
"Program ini gratis, tidak dipungut biaya," tegasnya.
Sementara itu, Kasubsi Bimkemaswat, Syarifuddin mengatakan, dalam pelaksanaan Permenkumham Nomor 24 Tahun 2021 berdasarkan data Sistem Database Pemasyarakatan sebanyak 129 orang warga binaan siap untuk diprogramkan pelaksanaan Permenkumham tersebut.
Baca juga: Hadiri Pemusnahan Sabu di Polres Kukar, Lapas Tenggarong Dukung Upaya Polisi Berantas Narkoba
Berdasarkan data dari Sistem Database Pemasyarakatan, untuk lapas tenggarong telah terdata sebanyak 129 orang warga binaan.
"Mereka ini untuk mendapatkan program tersebut dan bisa bertambah seiring dengan pemberian remisi pada tahun 2021," ungkapnya.
Kebahagiaan Pegawai Lapas
Di samping itu, kebahagiaan tidak hanya dirasakan oleh warga binaan yang mendapatkan program tersebut.
Namun juga bagi pegawai Lapas Tenggarong sendiri. Salah satunya Rini Risnawati yang telah tujuh tahun menjadi staf Bimkemaswat di Lapas Tenggarong.
Dirinya merasa terharu melihat kebahagiaan warga binaan yang mendapatkan program pembebasan melalui Permenkumham Nomor 24 Tahun 2021 ini.
Baca juga: Remaja 17 Tahun Selundupkan Narkoba ke Lapas Tenggarong, Kemasan Sabu Dimasukkan dalam Bakso
"Lelah saya bersama tim yang ekstra bahkan sampai begadang terbayar langsung dengan melihat raut kebahagiaan warga binaan yang mendapatkan asimilasi," katanya.
"Perasaan itu yang saya rasakan sejak awal pertama program asimilasi ini dijalankan," ucap Rini.