Virus Corona di Kaltara

Plt Dirut RSUD Tarakan Sebut Varian Virus Delta Lebih Cepat Menular

Varian baru jenis delta mutasi dari virus induk Covid-19 sudah mulai muncul di Indonesia.

Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO/ANDI PAUSIAH
dr. Franky Sientoro, Plt.Dirut RSUD Tarakan Provinsi Kaltara.TRIBUNKALTIM.CO/ANDI PAUSIAH 

“Varian baru ini bisa di mana saja. Kalau yang virus awal di tenggorokan, dia masuk ke paru-paru dan menyebabkan lebih cepat rasa sesak,” ungkap dr. Frangky kepada TribunKaltim.Co.

Itu terbukti penularan dan masa gejala lebih cepat dirasakan pasien. Di virus awal, tunggu berhari-hari baru bisa merasakan sesak.

Baca juga: 5 Balita Terpapar Covid-19, Dinkes Khawatir Virus Varian Delta Mulai Masuk ke Bontang

Namun di varian baru ini perjalanan dari tenggorokan sampai ke paru-paru cukup cepat.

Adapun media penularannya, teori yag digunakan masih melalui droplet.

“Inikan teorinya menular lewat pernapasan hidung da mulut. Untuk Kulit belum ada penelitian dan belum ada ditemukan teorinya. Bahkan terbaru selain Alpha dan Delta, muncul varian baru yaitu Lamda dan ini masih diteliti,” tukasnya.

Sebelumnya pada Jumat lalu, Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, penyebaran varian delta sudah ada di luar Pulau Jawa.

Ia megakui sudah berkomunikasi dengan tim epidomologis dan diskusi dengan diaspora Indonesia di luar negeri.

Penemuan kasus Delta itu setelah adanya penelitian di Inggris. Ada dua ciri-cirinya dibeberkan Menkes Budi. Pertama CT-nya lebih rendah. CT value adalah singkatan dari cycle treshold value.

Secara sederhana, CT value adalah indikator yang menunjukkan perkiraan jumlah materi genetik (RNA) virus pada sebuah sampel.

Sampel yang dimaksud adalah air liur yang didapatkan dari rongga saluran pernapasan, baik hidung maupun mulut.

Baca juga: JANGAN Takut Divaksin, WHO Sebut Semua jenis Vaksin Efektif Melawan Covid-19 Varian Delta

Kemudian ciri-ciri kedua yakni masa aktifnya lebih cepat dan sembuhnya pun lebih cepat.

“Tapi meningkat keparahanya lebih cepat sehingga intervensi perawatannya di setiap rumah sakit pasti berbeda. Dari angka seperti ini kita sudah mecoba melakukan simulasi menggunakan CT,” pungkasya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved