Virus Corona di Kaltara
Imbas PPKM di Kalimantan Timur dan Kaltara, Kapasitas Penumpang Bus Damri Turun 70 Persen
Semenjak diberlakukannya pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM, baik skala Mikro maupun Darurat, di beberapa wilayah Kalimantan Utara
Penulis: Maulana Ilhami Fawdi | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG SELOR - Semenjak diberlakukannya pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM, baik skala Mikro maupun Darurat, di beberapa wilayah Kalimantan Utara (Kaltara) dan Kalimantan Timur.
Berimbas pada pendapatan angkutan perintis Damri. Efeknya turun secara signifikan.
Hal itu dibeberkan oleh General Manager Damri Tanjung Selor, Tri Wijono Djati kepada TribunKaltim.co pada Jumat (16/7/2021) di Tanjung Selor.
Dia jelaskan, rata-rata kemampuan atau daya angkut penumpang Damri saat ini hanya sebesar 30 persen dari jumlah kapasitas maksimal.
Baca juga: Soal Vaksinasi Anak di Sekolah, Kepsek SMAN 1 Tanjung Selor Sebut Belum Dibahas secara Detail
Dengan peraruran PPKM kita mematuhi kebijakan pemerintah, dalam hal ini secara bisnis tentu terdampak.
"Memang ada penurunan, tapi tentu kita utamakan keselamatan penumpang," ujar Tri Wijono Djati.
Secara pendapatan turun signifikan sekali, daya angkutnya sekarang hanya 30 persen saja.
"Karena orang yang berangkat yang memang punya kepentingan mendesak saja," tambahnya.
Baca juga: Rachmawati Istri Gubernur Kaltara Zainal Paliwang Positif Covid-19: Saya Tidak Ada Gejala
Lebih lanjut Tri Wijono Djati mengatakan, tiga rute perjalanan, mengalami penurunan yang signifikan.
Di antaranya rute Tanjung Selor- Malinau, Tanjung Selor-Berau dan Tanjung Selor-Samarinda.
"Paling siginifikan itu, rute Tanjung Selor-Malinau, karena yang masuk ke sana harus mematuhi surat edaran Bupati seperti hasil negatif tes antigen," katanya.
"Kalau Berau juga ada penurunan, otomatis yang rute Samarinda juga menurun, karena PNS juga ada pembatasan perjalanan," ujarnya.
Baca juga: Antisipasi Learning Loss di Kalimantan Utara, Disdik Siapkan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas
Bahkan ada rute tujuan KTT itu hanya satu penumpang saja, dan itu turun di Sekatak, Kabupaten Bulungan.
"Kalau kami tetap berangkat karena tidak ada pembatasan transportasi, hanya pelaku peralanan saja yang dibatasi," tambahnya.
Pihaknya mengaku tidak mendapatkan tambahan dari penumpang pesawat, yang mana rute perjalanan pesawat kini mulai terbatas.
"Enggak ada peralihan penumpang dari pesawat, kita kan rute paling jauh juga ke Samarinda, Kalimantan Timur saja," tuturnya. (*)