Virus Corona di Berau

Zona Merah di Pedalaman Berau, Banyak Kasus Positif Covid-19 di Kampung Merabu

Klaster Kampung Merabu, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, masih menjadi perhatian.

Penulis: Renata Andini Pengesti | Editor: Budi Susilo
HO/BPBD Berau
PANDEMI CORONA - Suasana sebelum penguburan jenazah Kepala Kampung Merabu yang juga wafat akibat virus Corona atau Covid-19. Masyarakat Kampung hampir 100 persen melakukan Isolasi Mandiri. 

TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Klaster Kampung Merabu, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, masih menjadi perhatian.

Lantaran lokasi yang terbilang di kampung pedalaman itu, mengharuskan warganya untuk melakukan isolasi mandiri hampir 100 persen.

Demikian disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Berau, Iswahyudi kepada TribunKaltim.co pada Senin (19/7/2021).

Dia menjelaskan, pihaknya terus melakukan monitoring terhadap warga Kampung Merabu.

Baca juga: Berau PPKM Darurat, Pemotongan Hewan Kurban Idul Adha 1442 H Berlangsung Selama 3 Hari

Lantaran Kelay juga masuk dalam kondisi zona merah, dan penyebaran sangat cepat terjadi.

Saat ini, hampir keseluruhan masyarakat telah melakukan isolasi mandiri untuk mengurangi penularan yang terjadi di wilayah yang tidak begitu banyak warganya.

Perkembangan kasus terakhir per 19 Juli 2021 melalui Data Dinas Kesehatan, sebanyak 43 warga berstatus positif.

Dan 4 orang sedang berada di RSUD Abdul RIvai. Sebelumnya, kampung Merabu juga telah kehilangan kepala kampung mereka yang wafat karena positif Covid-19 per tanggal 16 Juli 2021.

Baca juga: Berau Terapkan PPKM Darurat, Salat Idul Adha di Masjid dan Lapangan Resmi Ditiadakan

Memang awalnya dikarenakan adanya kegiatan di kampung tetangga, yakni pelepasan pendeta dan awalnya langsung sebanyak 50 orang yang terpapar Covid-19.

"Padahal Kampung Mapulu prokesnya sangat ketat," ungkapnya.

Distribusi Sesuai Permintaan

Kini, pihaknya telah mendistribusikan oksigen sesuai dengan permintaan, begitu juga dengan obat-obatan sesuai dengan rujukan dokter di Kecamatan Kelay.

Sebelum itu, Dinkes mengakui adanya keterlambatan penanganan di Kampung Merabu, sebab dokter yang tersedia hanya ada 2 saja.

Begitu juga dengan dokter yang ada di Kecamatan. Belum lagi, dokter harus melakukan tracing.

"Mengantisipasi keterlambatan, dokter yang akan meresepkan obat dan di Tanjung Redeb akan kita langsung kirim obatnya, karena jika harus dari Kecamatan Kota yang bergerak dulu akan lambat," tegasnya.

Baca juga: Mengenal Aplikasi Pemantauan Kampung Labanan Makmur Berau dalam PPKM Darurat

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved