Virus Corona
Pemerintah Lakukan Testing Massal, Jika Positif Covid-19 Langsung Karantina, Keluarga Dapat Bansos
Testing massal ini rencananya bakal dilakukan di 7 wilayah yang berada di pulau Jawa. Kawasan padat penduduk menjadi sasaran
TRIBUNKALTIM.CO - Pemerintah merencanakan melakukan testing massal di tengah tingginya kasus Covid-19.
Testing massal ini rencananya bakal dilakukan di 7 wilayah yang berada di pulau Jawa.
Kawasan padat penduduk menjadi sasaran dari testing massal ini.
Kebijakan ini diambil untuk menekan kasus virus Corona yang mengalami lonjakan beberpa pekan terakhir.
Testing massal Covid-19 akan dilakukan di perumahan padat penduduk yang berada di wilayah aglomerasi diantaranya yakni Jabodebek, Bandung Raya, Solo Raya, Semarang, Malang Raya, Surabaya, dan lainnya.
Baca juga: Pesan Anies Baswedan ke Pengurus Masjid di DKI Jakarta, Minta Kesadaran RS Penuh Pasien Covid-19
Rencananya testing dan tracing masif tersebut akan dilakukan dalam satu atau dua hari ke depan.
"Ada delapan atau tujuh wilayah (terapkan testing masif)," kata Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam konferensi pers virtual, Rabu (21/7/2021). sebagaimana dilansir dari Tribunnews dalam artikel berjudul Rencana Testing Masif: Warga Positif Covid-19 akan Dikarantina, Keluarganya Diberi Bansos
Testing dan tracing masif tersebut dilakukan untuk menekan laju penyebaran Covid-19 di perumahan padat penduduk.
Nantinya warga yang berdasarkan hasil tes, diketahui positif Covid-19 maka akan langsung di bawa ke pusat karantina yang didirikan di setiap daerah.
"Apabila ditemukan kasus di lapangan maka mereka akan dibawa ke pusat-pusat isolasi yang sudah dibuat pemerintah," kata Luhut.
Warga yang positif langsung dibawa ke karantina agar mendapatkan penanganan yang lebih baik, ketimbang melakukan isolasi mandiri. Karena di pusat karantina terdapat tenaga kesehatan, obat, serta logistik.
"Testing dan tracing tadi sangat penting supaya early stage atau pada awal sudah bisa dideteksi sehingga bisa di treat (rawat) dengan bagus dan rata-rata penyembuhannya 8 hari, dan tingkat penyembuhan lebih cepat, dan tingkat meninggalnya lebih cepat kalau penanganannya tidak cepat," katanya.
Apabila pasien yang positif tersebut merupakan kepala keluarga, kata Luhut, maka pemerintah akan langsung memberikan bantuan sosial kepada keluarga yang ditinggalkan.
"Sehingga kalau kepala keluarga yang kena tidak perlu keluarganya menjadi sangat menderita. Apabila yang terkena adalah kepala keluarga saya singgung lagi, maka kami merencanakan keluarga tersebut akan diberikan bantuan sosial oleh pemerintah guna meringankan bebannya," pungkasnya.
Baca juga: Isolasi Mandiri di Rumah karena Terpapar Covid-19? Ini 12 Hal Penting Dilakukan Agar Cepat Sembuh
Covid-19 Varian Delta Makin Sukar Dikendalikan, Apa yang Dilakukan jika Belum Divaksin?
Covid-19 varian delta ini diketahui lebih mudah menular dibanding varian-varian sebelumnya.
Dikutip dari Kompas TV, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengakui bahwa virus corona varian Delta sulit dikendalikan.
"Saya mohon supaya kita paham, varian Delta ini varian yang tidak bisa dikendalikan," kata Luhut dalam konferensi pers virtual melalui YouTube Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi RI pada Kamis (15/7/2021).
Lebih lanjut Luhut menyebut varian Delta sudah mendominasi Pulau Jawa dan penularannya lebih masif daripada varian Alpha.
Menurut laporan Al Jazeera pada 7 Juli 2021, varian Delta ini telah terdeteksi di lebih dari 100 negara.
Varian Delta ditetapkan WHO sebagai variant of concern pada Mei lalu karena menyebabkan tsunami Covid-19 di India.
Mutasi Covid-19 yang juga dikenal sebagai B.1.617.2 ini memang pertama kali terdeteksi di India pada Oktober 2020.
Per-1 Juni 2021, varian Delta telah menyebar ke 62 negara, dua pekan kemudian ditemukan di 80 negara, dan pada 4 Juli telah menyebar di 104 negara.
Menurut laporan Hackensack Meridian Health pada 14 Juli, sebanyak 50 negara bagian di Amerika Serikat juga telah dimasuki varian ini.
Berikut sejumlah hal yang perlu diketahui tentang varian Delta sebagaimana dikutip dari Tribunnews dalam artikel berjudul Varian Delta Menyebar di Lebih 100 Negara dan Sulit Dikendalikan, Bagaimana Jika Belum Vaksin?
1. Lebih mudah menyebar
Dilansir WebMDB, CDC mengatakan bahwa varian Delta lebih mudah menyebar.
Strain varian Delta ini memiliki mutasi pada protein spike yang menyebabkannya lebih mudah menginfeksi sel manusia.
Artinya, manusia lebih mudah terinfeksi virus ini dan mudah juga menularkannya kepada orang lain.
Bahkan saat ini Delta menjadi varian Covid-19 dominan pada kasus-kasus infeksi di AS.
Para peneliti juga mengatakan bahwa varian ini 50% lebih mudah menular daripada varian Alpha asal Inggris.
Pakar kesehatan memperkirakan bahwa rata-rata orang yang terinfeksi varian Delta menyebarkannya ke tiga atau empat orang lain.
Berbanding jauh dengan Covid-19 asli yang diprediksi dapat menulari satu atau dua orang lain, menurut Yale Medicine.
2. Apa saja gejalanya?
Gejala varian Delta relatif mirip dengan Covid-19 biasanya, termasuk batuk-batuk, sakit kepala, dan sakit tenggorokan.
Namun, data dari ZOE COVID Symptom Study mengatakan, bahwa pasien Covid-19 varian Delta di Inggris melaporkan beberapa gejala yang berbeda.
Pada pasien yang terinfeksi varian ini, gejala batuk dan anosmia atau kehilangan penciuman tampak kurang umum.
3. Seberapa mematikan varian Delta?
Saat ini para ilmuwan masih melakukan penelitian terkait seberapa mematikannya varian Delta.
Namun berdasarkan data rawat inap di Inggris dalam studi yang terbit di The Lancet, penderita Covid-19 varian Delta cenderung dirawat inap, kritis, hingga meninggal dunia.
Hal ini terutama terjadi kepada mereka yang belum divaksinasi.
4. Vaksinasi mengurangi risiko varian Delta
Yale Medicine melaporkan bahwa orang yang belum menerima vaksinasi sama sekali adalah yang paling berisiko jika terjangkit varian Delta.
Di AS, wilayah dengan tingkat vaksinasi rendah mengalami lonjakan kasus, terutama di negara bagian Midwest dan Selatan seperti Missouri dan Arkansas.
Anak-anak dan para pemuda yang belum divaksinasi juga termasuk kelompok rentan.
Di Inggris, anak-anak dan orang di bawah 50 tahun yang belum divaksinasi, 2,5 kali lebih berpotensi terinfeksi Delta, menurut penelitian terbaru yang diterbitkan oleh Imperial College London.
5. Bagaimana efektivitas vaksin terhada varian Delta?
Menurut analisis awal dari Public Health England, dua dosis vaksin Pfizer atau Moderna tampaknya 88% efektif melawan gejala sakit dan 96% efektif melawan rawat inap dengan varian Delta.
Lalu vaksin AstraZeneca 60% efektif melawan penyakit dan 93% efektif melawan rawat inap.
Johnson & Johnson juga melaporkan kemanjuran terhadap varian Delta, yang menurut para peneliti serupa dengan hasil AstraZeneca.
Saat ini, para pembuat vaksin tengah meneliti apakah vaksin dosis ketiga atau booster mampu meningkatkan perlindungan terhadap varian Delta atau varian Covid-19 yang akan muncul di kemudian hari.
Bahkan Pfizer mengumumkan akan meminta otorisasi FDA untuk dosis ketiga atau booster pada Agustus mendatang.
Baca juga: Cara Mudah Download Sertifikat Vaksinasi Covid-19 di PeduliLindungi.id, Bisa Lewat Aplikasi
6. Apa yang perlu dilakukan jika belum divaksinasi?
Menurut Hackensack Meridian Health, ada 5 hal yang bisa dilakukan orang yang belum divaksinasi untuk melindungi diri dari paparan virus.
- Menggunakan masker yang benar, yakni menutupi hidung dan mulut terutama saat berada di keramaian di dalam ruangan.
- Menjaga jarak dari kerumunan atau orang lain.
- Sering mencuci tangan, baik menggunakan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer.
- Menghidari kerumunan di dalam ruangan tertutup dan sirkulasi udara yang buruk.
- Selalu memperhatikan tingkat infeksi lokal di sekitar Anda dan menghindari kontak yang tidak perlu dengan orang lain. (*)