Virus Corona

Pasien Covid-19 yang Isoman Hati-hati Konsumsi Obat-obat Ini, Bisa Bikin Kondisi Memburuk

Paling penting adalah makan dan nutrisi yang dikonsumsi setiap hari. Termasuk obat-obatan untuk pasien yang tengah isoman

Penulis: Januar Alamijaya | Editor: Rafan Arif Dwinanto
Tribunbanyumas.com/Permata Putra Sejati
Ilustrasi perawatan pasien Covid19, pasien Coviud-19 yang menjalani isoman wajib hati-hati mengkonsumsi obat karena berakibat kondisi memburuk 

TRIBUNKALTIM.CO - Pasien Covid-19 tanpa gejala atau gejala ringan kini bisa melakuakn isolasi mandiri (isoman) di rumah.

Selama menjalani isolasi  mandiri pasien positif Virus Corona harus tetap dikontrol.

Paling penting adalah makan dan nutrisi yang dikonsumsi setiap hari.

Termasuk obat-obatan untuk pasien yang tengah isoman.

Kenaikan kasus Covid-19 terjadi dalam beberap waktu terakhir.

Pasien yang menjalani isolasi mandiri diharuskan mengkonsumsi makanan bernutrisi dan suplemen untuk mencukupi nutrisi hariannya.

Karena selama terinfeksi Covid-19, sistem kekebalan tubuh sedang berusaha melawan virus yang menyerang.

Baca juga: Benarkah Semua Penyakit Masuk Rumah Sakit Pasti Dicovidkan? Dokter Tirta Beri Jawaban

Gejala Covid-19 juga bisa memburuk ketika pasien Covid-19 tersebut sedang menjalani isolasi mandiri.

Melansir TribunWow dalam artikel berjudul Pasien Covid-19 Harus Waspada, Ini Penyebab Perburukan Kesehatan saat Isolasi Mandiri , Dokter Vito Anggarino Damay, Sp.JP, M.Kes menjelaskan pasien Covid-19 bisa berbeda-beda durasi kesembuhannya.

Cara pasien untuk terapi juga bisa berbeda-beda.

"Prinsipnya, penyakit virus umumnya kalah oleh antibodi, jadinya dia akan perlahan-lahan sembuh sendiri, apalagi virus Covid-19 hanya hidup selama 14 hari," jelasnya dalam tayangan Youtube miliknya DRV CHANNEL, Rabu (28/7/2021).

Dia menjelaskan jika sudah 14 hari biasanya virus tersebut sudah mati atau kalah oleh antibodi yang ada di tubuh pasien.

Tetapi Covid-19 tidak bisa diremehkan karena bisa menyebabkan masalah kesehatan yang fatal.

Terutama jika pasien Covid-19 memiliki penyakit penyerta atau biasa disebut dengan komorbid.

"Dia punya penyakit paru, dia punya penyakiT jantung, dia punya peyakit gula darah, dia obesitas, dia perokok, maka akan sulit untuk sembuh," jelasnya.

Selain itu, dia menjelaskan bahwa orang yang sehat biasanya akan lebih cepat pulih.

Dia juga menjelaskan bahwa hingga kini belum ada obat-obatan yang secara klinis dianggap mampu menyembuhkan Covid-19.

Ada juga beberapa kasus di mana penggunaan obat-obatan justru membuat keluhan berkepanjangan bagi pasien Covid-19.

Untuk itu, dr. Vito menyarankan agar berhati-hati terhadap resep obat-obatan yang beredar.

"Meminum obat dosis tinggi harus diberikan dengan resep dokter dan anjuran dokter," jelasnya.

Terlebih dalam menggunakan obat antibiotik.

Baca juga: PPKM Level 4 Diperpanjang, Jubir Satgas Klaim Kasus Covid-19 di Balikpapan Turun

Antibiotik jika digunakan secara sembarangan bisa mengakibatkan tubuh seseorang kebal terhadap bakteri dan akan butuh obat antibiotik yang lebih besar untuk pengobatan selanjutnya.

Penggunaan antibiotik juga memiliki efek samping yang berbahaya bagi tubuh.

"Antibiotik tertentu juga punya efek gangguan irama jantung, walaupun relatif jarang terjadi, tetapi ada risiko tersebut," jelasnya.

Selain itu obat-obatan yang berbahaya jika dipakai sembarangan adalah obat-obatan golongan steroid.

Biasa obat-obatan steroid juga digunakan untuk mengobati gejala batuk.

Obat-obatan steroid juga bisa menekan peradangan yang terjadi karena infeksi Covid-19.

Jika sembarang menggunakannya bisa menyebabkan infeksi lain yang terjadi.

Dia mencontohkan infeksi jamur, yang biasanya tidak bisa menginfeksi orang yang sakit, tetapi karena efek penggunaan steroid bisa terjadi.

Minum obat-obatan secara sembarangan selain bisa memperburuk kondisi kesehatan pasien Covid-19 juga tidak akan efektif digunakan.

"Ingat bahwa kita harus senantiasa tahu bahwa tubuh kita bisa melindungi diri kita juga," jelasnya.

Bagi pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri dia menyarankan untuk mengkonsumsi cukup vitamin dan mineral.

Vitamin disebutkan bisa membantu pemulihan dan regenerasi sel.

Batas aman saturasi oksigen untuk penderita Covid-19

Lonjakan kasus Covid-19 terjadi dalam beberapa pekan terakhir di Indonesia.

Kondisi ini menyebabkan pasien Virus Corona tanpa gejala atau gejala ringan dianjurkan melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah.

Saat melakukan isoman satu hal yang patut diperhatikan adalah kondisi saturasi oksigen dalam tubuh.

Pasien Covid-19 dianjurkan memeriksan kondisi saturasi oksigen dalam tubuh secara rutin.

Bagi seorang yang menjalani isolasi mandiri di rumah, melakukan pengecekan saturasi oksigen sangat penting untuk dilakukan.

Pengecekan kadar oksigen dalam tubuh penting dilakukan, sehingga apabila saturasi rendah bisa segera dilakukan tindakan medis lebih lanjut.

Melansir Tribunnews dalam artikel berjudul  Penting! Berikut Kadar Saturasi Oksigen Normal dan Tips Meningkatkannya  untuk mengetahui tingkat saturasi oksigen dalam tubuh, bisa menggunakan alat Oximeter.

Alat ini memiliki ukuran kecil dan juga biasa digunakan di rumah sakit untuk mengetahui tingkat saturasi oksigen pasien.

Caranya cukup mudah, yakni hanya dengan dengan menempelkan atau menjepit ujung jari pada alat Oximeter.

Tujuan pemeriksaan menggunakan oximeter tak lain untuk memeriksa seberapa baik jantung memompa oksigen ke seluruh tubuh.

Baca juga: 4 Daerah di Kaltim Keluar dari PPKM Level 4, Update Data Covid-19 Terbaru di Kalimantan Timur

Lantas berapa kadar saturasi oksigen yang normal?

Menurut Kemenkes, level saturasi oksigen yang normal berkisar antara 95 – 100 %, berikut detailnya:

95-100 %: Dalam kondisi Baik

93-94 %: Perlu Berbaring untuk meningkatkan kadar Oksigen

Kurang dari 92 %: Perlu ke Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan dokter

Kurang dari 80 %: Perlu menggunakan ventilator (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved