Virus Corona
Gejala Terjadinya Penggumpalan Darah pada Penderita Covid-19, Pasien Isoman Wajib Hati-hati
Pasien yang terinfeksi Virus Corona punya potensi penggumpalan darah. Kondisi itu bisa terjadi ketika pasien menjalani isolasi mandiri (Isoman)
TRIBUNKALTIM.CO - Salah satu gejala yang dikhawatirkan pasien Covid-19 adalah terjadinya penggumpalan darah.
Pasien yang terinfeksi Virus Corona punya potensi penggumpalan darah.
Kondisi itu bisa terjadi ketika pasien menjalani isolasi mandiri (Isoman)
Bahkan ketika pasien sudag dinyatakan sembuh dari Covid -19
Untuk itu dianjurkan menjalani tes darah seusai menjalani isolasi terutama pasien dengan gejala sedang dan berat.
"D-Dimer itu adalah fragmen protein yang dihasilkan oleh penghancuran dari bekuan darah yang dihasilkan tubuh," kata Dokter Otto Rajasa, dalam YouTube miliknya Dokter Pot, yang tayang pada Sabtu (20/2/2021). Sebagimana dilansir dari TribunWow dalam artikel berjudul Pasien Isoman Perlu Hati-hati, Kenali D-Dimer yang Jadi Penanda Penggumpalan Darah pada Covid-19
Bekuan darah merupakan hal yang normal dan berguna bagi tubuh terlebih jika mengalami pendarahan.
Baca juga: Terjawab Kapan Balikpapan Kebal dari Covid-19? Cek Progres Vaksinasi di Kota Minyak
Tetapi pembekuan darah jika dalam hal tertentu dapat mengganggu metabolisme tubuh, terutama jika terjadi tanpa adanya pendarahan.
Untuk itu tubuh akan melakukan pembersihan.
"Hasil dari penghancuran tersebut itulah D-Dimer," jelasnya.
Jadi, semakin tinggi atau semakin banyak pembekuan darah di dalam tubuh, D-Dimer juga akan semakin banyak.
Dia menjelaskan bahwa jumlah normal D-Dimer adalah kurang dari 500 nanogram/ml.
Tetapi faktor umur juga mempengaruhi kadar normal jumlah D-Dimer di dalam tubuh.
Semakin tua umur seseorang, kadar normal D-Dimer di dalam tubuh juga meningkat.
Maka dari itu pasien Covid-19 yang berusia lebih tua juga lebih berpotensi mengalami pembekuan darah.
Faktor meningkatnya D-Dimer selain karena Covid-19 juga bisa diperngaruhi terhadap hal lain.
Seperti pada wanita hamil, gagal ginjal, penyakit jantung, hipertensi, diabetes, trauma, seseorang yang mengalami luka berat, dan orang yang mengalami penyakit hati.
"Makanya kehamilan ini dimasukkan sebagai salah satu faktor risiko terhadap Covid-19 yang berat," jelasnya.
D-Dimer pada Pasien Covid-19
Covid-19 selain menginfeksi saluran pernapasan juga berpotensi menginfeksi paru-paru.
Sehingga bisa menimbulkan pneunomia atau peradangan paru-paru pada Covid-19 gejala sedang hingga berat.
Di paru-paru tersebut, Covid-19 bisa menimbulkan luka-luka kecil yang banyak di paru-paru dan menghasilkan pembekuan darah.
"Jadi D-Dimer itu penting ya pada banyak penelitian menyebutkan pada D-Dimer kurang dari 500, atau pada D-Dimer yang normal bisa selamat atau tida mengalami kematian," jelasnya.
Baca juga: Indonesia Pakai 3 Jenis Vaksin Tangani Covid-19, Inilah Fakta Tentang Sinovac, AstraZeneca & Moderna
Tetapi jika D-Dimer tinggi atau lebih dari seribu, risiko menjadi kritis atau masu ruang perawatan intensif (ICU), juga meningkat sekitar 20 persen.
Selain itu, dia juga menjelaskan D-Dimer yang berada di atas 2 ribu, juga memiliki risiko kematian yang tinggi.
Untuk itu dia mengingatkan pentingnya melakukan tes darah untuk mengetahui kadar D-Dimer di dalam tubuh.
Terlebih untuk pasien Covid-19 yang mengalami gejala sedang dan berat.
"Pasien Covid yang tanpa gejala dan pasien Covid gejala ringan tidak perlu," ujarnya.
Tetapi dia mengingatkan pasien yang isolasi mandiri harus mengenal betul gejala yang dimaksud gejala sedang.
Gejala sedang bisa dikenali dengan batuknya, jika sedang, batuknya berat dan intens dan bisa disertai nyeri.
Karena batuk pada gejala sedang bisa terjadi akibat peradangan di paru-paru.
"Dalam satu jam bisa beberapa kali bisa mengalami beberapa kali episode batuk ya," jelasnya.
Kemudian dari demam yang dialami, jika gejala sedang demam yang dialami suhu tubuhnya akan lebih tinggi.
Suhu tubuh pasien dengan gejala sedang umumnya di angka 37,8 derajat celcius hingga 39 derajat celcius.
Pasien gejala sedang juga biasanya mengalamis sesak napas yang tidak terjadi pada pasien gejala ringan.
"Kita perlu mempertimbangkan periksa D-Dimer atau mungkin dirawat di rumah sakit, agar mendapatkan pemeriksaan yang lengkap," kata dr. Otto.
Terlebih jika mengalami gejala tersebut ditambah dengan gejala lain yaitu diare, mual, dan muntah.
Dia juga menjelaskan jika belum ada anjuran bagi pasien Covid-19 yang telah sembuh atau penyintas Covid-19 untuk melakukan Tes D-Dimer.
Tetapi biasanya pasien akan disarankan oleh dokter penanggungjawab pasien untuk melakukan tes.
Jika memang disarankan, pasien tinggal mengikuti anjuran dokter.
Apabila tidak mendapat anjuran dari dokter, cobalah berkonsultasi kepada dokter tersebut apakah pasien termasuk orang yang berisiko.
Baca juga: Obat Terapi Covid-19 Diganti, Oseltamivir tak Lagi Digunakan untuk Hadapi Varian Delta
Simak penjelasan selengkapnya dari Dokter Pot