HUT Kemerdekaan RI
Sambut HUT KE-76 RI, Inilah Sejarah Bendera Merah Putih dan Tata Cara Penggunaanya
Untuk selalu mengingat dan meneladani sejarah masa lalu. Berikut ini sejaraH bendera merah putih dan tata cara penggunaanya
TRIBUNKALTIM.CO - Hari Kemerdekaan RI yang jatuh pada 17 Agustus setiap tahunnya, selalu identik dengan pengibaran Bendera Merah Putih.
Bendera Merah Putih umumnya dikibarkan di depan rumah masing-masing.
Bahkan sejumlah atribut maupun aksesoris merah putih juga kerap dipasang baik sebelum, maupun sesudah 17 Agustus.
Untuk selalu mengingat dan meneladani sejarah masa lalu.
Berikut ini sejaraH Bendera Merah Putih dan tata cara penggunaanya.
Baca juga: Kumpulan Kata Mutiara dari Para Pahlawan dan Tokoh, Pemantik Semangat Sambut HUT Kemerdekaan RI
Bendera digunakan sebagai identitas sebuah negara.
Bendera Indonesia terdiri dari warna, merah dan putih.
Mengutip gramedia.com, seperti dilansir dari Tribunnews.com dengan judul Bendera Merah Putih: Sejarah, Tata Cara Penggunaan, dan Larangannya, warna merah menggambarkan keberanian dan raga manusia, serta putih melambangkan kesucian dan jiwa dari manusia.
Sejarah Bendera Merah Putih
Warna merah putih pada bendera telah digunakan sejak zaman kerajaan, yakni Majapahit pada abad ke-13, Kerajaan Kediri, dan Kerajaan Bugis Bone.
Baca juga: Kumpulan Puisi dan Syair HUT Kemerdekaan RI ke-76, Cocok Dibagikan di WhatsApp dan Facebook
Kemudian pada 1928, di pulau jawa Bendera Merah Putih digunakan sebagai bentuk protes dan semangat dari pelajar dan kaum nasionalis untuk lepas dari penjajahan Belanda.
Usai Perang Dunia II dan Indonesia merdeka, Bendera Merah Putih mulai digunakan sebagai bendera nasional.

Bendera sang Saka Merah putih pertama kali dikibarkan di Indonesia pada 17 Agustus 1945 saat proklamasi kemerdekaan bangsa.
Setelah sebelumnya Bendera Belanda berkibar sejak 20 Maret 1602-8 Maret 1942 (340 tahun) dan Bendera Jepang berkibar 8 Maret 1942-7 Agustus 1945 (3 tahun 5 bulan) di Indonesia.
Mengutip Kemdikbud RI, yang menjahit Bendera Merah Putih adalah Fatmawati, setelah dia dan keluarganya kembali ke Jakarta dari pengasingan di Bengkulu.
Baca juga: Sejarah HUT Kemerdekaan Indonesia dan Teks Proklamasi yang Ditandatangani Soekarno-Hatta