HUT Kemerdekaan RI
Pasca Proklamasi Perang Masih Meletus di Balikpapan, Koesman Terus Gerilya Pukul Mundur Belanda
Tanggal 17 Agustus 1945 menjadi momentum bagi Indonesia sebagai fragmen perjalanan bangsa. Pada masa itu, Soekarno-Hatta memproklamirkan Kemerdekaan
Penulis: Mohammad Zein Rahmatullah |
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Tanggal 17 Agustus 1945 menjadi momentum bagi Indonesia sebagai fragmen perjalanan bangsa.
Pada masa itu, Soekarno-Hatta memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia di Jakarta, sekitar pukul 10.00 WIB.
Namun rupanya, informasi kemerdekaan tersebut tidak begitu saja terbagi merata, termasuk di Kota Balikpapan.
Betapa tidak, informasi bahwa Bangsa Indonesia telah merdeka, baru tersiar di Kota Balikpapan 4 tahun setelahnya.
Sebab, di tengah Presiden Pertama Indonesia, Soekarno memerdekakan bangsa, nyatanya situasi berbanding terbalik dengan kondisi di Balikpapan. Di mana peperangan masih meletus.
Baca juga: Sambut HUT ke 76 RI, Erdogan Barber Shop Gelar Potong Rambut Gratis Bagi Veteran
Hal ini diungkapkan salah seorang Veteran di Balikpapan, Koesman.
Usianya sudah menginjak 90 tahun, seabad kurang 10 tahun.
Kendati demikian, kenangannya tentang perjuangan kala itu, terus melekat, bahkan masih menggelora sampai hari ini.
Ketika disambangi di kediamannya, ia bahkan masih hapal betul suasana ketika itu.
Koesman mengisahkan saat-saat dirinya bersama rekan seperjuangan berusaha memukul mundur tentara Belanda di Kota Balikpapan, mulai dari markas pejuang yang dibakar hingga sejumlah pemimpin tokoh pahlawan yang dibunuh satu-persatu dan melarikan diri ke kawasan Somber.
"17 Agustus 45 itu waktu proklamasi didengungkan kita nggak tahu, tahunya setelah November setelah mendengar bahwa radio Australia yang berbahasa Melayu menyiarkan. Balikpapan terlambat karena nggak ada hubungan komunikasi ke Jawa," ujar Koesman mengawali ceritanya.
Baca juga: Tutup Usia Ke-86 di Bulan Agustus, Veteran Kemerdekaan di Nunukan Disemayamkan di TMP Jaya Sakti
Saat itu, kata Koesman, sejumlah mata-mata dari Belanda masih terbilang banyak.
Maka itu, setiap pejuang sangat merahasiakan lokasi dan titik kumpul setiap akan melakukan serangan gerilya, misalnya di sekitar Pantai Balikpapan.
Tepat di tahun 1945, lanjut Koesman, justru perang tengah pecah, bahkan secara frontal.
Hal tersebut dimulai perang gerilya yang kerap digaungkan oleh pemuda di Balikpapan, termasuk wujudnya sabotase dan perampasan.