Aplikasi
Sikap Google dan Twitter Masih Tanda Tanya usai Facebook, TikTok Blokir Konten Terkait Taliban
Raksasa jejaring sosial Facebook mengatakan akan bertindak tegas terhadap konten terkait Taliban yang beredar di platformnya.
TRIBUNKALTIM.CO - Media sosial beberapa hari belakangan diramaikan dengan konten terkait Taliban.
Diketahui, negara Afganistan beberapa pekan belakangan ini jadi sorotan dunia. Pasalnya, negara tersebut kini resmi dikuasai Taliban.
Hal ini terjadi usai Taliban berhasil menguasai Kabul, Ibu Kota Negara Afganistan.
Taliban menjadi leluasa merebut Afganistan usai Presiden Amerika Serikat Joe Biden memutuskan menarik pasukan AS dari negara tersebut.
Baca juga: Punya Pasukan Besar Taklukkan Afganistan, Alasan Pasukan Taliban Tak Bantu Palestina Lawan Isreal
Kabar Taliban behasil menguasai Afganistan inipun ramai di media sosial.
Namun belakangan konten terkait Taliban inipun akan diblokir beberapa platform media sosial.
Dilansir dari Kompas.com, raksasa jejaring sosial Facebook mengatakan akan bertindak tegas terhadap konten terkait Taliban yang beredar di platformnya.
Hal tersebut disampaikan Facebook kurang dari 48 jam setelah Taliban mengambil alih Kabul, Afghanistan pada Minggu (15/8/2021).

Menurut Facebook, grup dan segala unggahan pengguna yang berkaitan dengan Taliban akan dihapus dan dilarang beredar di media sosial Facebook, Instagram, serta WhatsApp.
"Taliban dikenai sanksi sebagai organisasi teroris di bawah hukum Amerika Serikat dan kami telah melarang mereka dari layanan kami berdasarkan kebijakan Organisasi Berbahaya kami," jelas juru bicara Facebook, dikutip KompasTekno dari Fast Company, Rabu (18/8/2021)
Baca juga: NEWS VIDEO Kabur saat Taliban Masuk, Presiden Ashraf Ghani Mengaku Hendak Ikut Rapat
Dalam menyisir konten yang berkaitan dengan Taliban, Facebook mengklaim memiliki tim khusus yang memiliki pengetahuan tentang Afghanistan.
Tim tersebut terdiri dari beberapa orang yang berbicara bahasa Dari dan Pashto, serta memiliki pengetahuan akan konteks budaya lokal.
Hal itu dimaksudkan untuk membantu Facebook mengidentifikasi konten dan memberi peringatan jika ada masalah yang muncul di platform Facebook dkk.
Facebook menyebut bahwa kebijakan ini bukanlah hal baru.
Keputusan ini diambil berdasarkan konsensus antara komunitas internasional.