Virus Corona di Nunukan
Belajar dari Rumah, Siswi SD di Nunukan Luangkan Waktu Mengikat Rumput Laut
Sekolah terapkan Belajar dari Rumah selama pandemi Covid-19, siswi Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Nunukan
TRIBUNKALTIM.CO, NUNUKAN - Sekolah terapkan Belajar dari Rumah selama pandemi Covid-19, siswi Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, membantu orang tua (Ortu) mengikat rumput laut atau mabetang.
Wahyu Ningsih Sura Putri (13), siswi Kelas V, SD 002 Muhammadiyah, Nunukan mengaku selama sekolah menerapkan sistem Belajar dari Rumah, ia menyempatkan diri untuk membantu kedua orangtuanya yang kesehariannya mengikat rumput laut.
"Selama belajarnya lewat Hp saya bantu orangtua mabetang. Kalau banyak tali, bisa ampai malam pukul 19.00 Wita baru pulang ke rumah," kata Ningsih kepada TribunKaltara.com, saat ditemui di kediamannya, Jalan Sei Sembilan, Nunukan pada Jumat (27/8/2021) pukul 14.00 Wita.
Gadis kecil kelahiran Malaysia itu, menuturkan, uang terbesar dari hasil mabetang yang pernah ia bawa pulang ke rumahnya sebanyak Rp 64 ribu.
Baca juga: Capaian Vaksinasi Dosis 1 di Nunukan Baru 17,82 Persen, Dinkes Sebut Warga Segera Disuntik Moderna
"Paling banyak saya dapat 8 tali. Satu tali harganya Rp 8 ribu. Uangnya itu, langsung dikasih sama bosnya, pas pulang. Nanti, uangnya saya kasi mama semuanya simpan," ucap Ningsih dengan polos.
Anak ketiga dari empat bersaudara itu, mengatakan selama Belajar dari Rumah ia belajar menggunakan Hp android milik kakaknya.
Selain itu, Ningsih menjelaskan, selama Belajar dari Rumah gurunya memberikan materi dan tugas sekolah lewat grup WhatsApp.
"Kalau paket data, mama yang beli. Saya nggak dapat bantuan kuota belajar," ujarnya.
Baca juga: Saksikan Sekarang Talkshow Virtual Ramah Menemani Anak Saat Belajar dari Rumah
Namun, hampir sepekan ini di sekolah Ningsih sudah mulai membuka kembali pembelajaran tatap muka.
Meksi begitu, sepulang dari sekolah gadis kecil berjilbab itu tetap menyempatkan diri membantu orangtuanya mengikat rumput laut.
Saat ditanyai cita-citanya Ningsih menjawab, ia ingin menjadi seorang guru di perbatasan.
"Kami sudah belajar tatap muka mulai Senin lalu. Jam sekolah dimulai pukul 08.00 Wita sampai pukul 11.00 Wita. Habis sekolah pergi mabetang di Jalan Tanjung," tuturnya.
Baca juga: Dilema Belajar dari Rumah Para Pelajar Balikpapan, Lost Generation dan Lost Life
Saat dihubungi via telepon seluler, ibunya, Irmawati mengungkapkan, biaya yang selama ini ia keluarkan untuk sekolah Ningsih, mulai dari seragam, modul belajar, dan infaq.
"Kami bayar buku, seragam dan infaq. Dari Ningsih masuk sekolah sampai sekarang sisa infaq Rp350 ribu yang belum dibayar. Pas ambil rapor ada uang baru kami bayar lagi," ungkap Irmawati.
Lanjut Irmayanti,"Infaq kami bayar per enam bulan sebesar Rp120 ribu itu. Kalau harga buku yang tebal Rp25 ribu, tipis Rp20 ribu," imbuhnya.
Diketahui, Ningsih bersama sanak keluarganya tidak memiliki rumah sendiri.
Baca juga: Per 1 September 2021 Penumpang Pelni di Nunukan Wajib Vaksin Covid-19 Dosis Pertama
Mereka mendirikan rumah semi permanen di atas tanah yang disewakan.
"Per tahun kami bayar Rp 10 juta sewa tanah," pungkasnya. (*)