Berita Nunukan Terkini

Selama Daring, Pelajar di Nunukan Pilih Kerja untuk Bantu Orangtua Mengikat Rumput Laut

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Nunukan, menanggapi soal siswa memilih bekerja di saat sekolah menerapkan pembelajaran dengan si

TRIBUNKALTARA.COM/FEBRIANUS FELIS
Kabid Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Nunukan, Widodo. Dia berharap kepada orangtua siswa, agar menyempatkan diri untuk memberikan edukasi mengenai pentingnya sebuah pendidikan. TRIBUNKALTARA.COM/FEBRIANUS FELIS 

TRIBUNKALTIM.CO, NUNUKAN - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Nunukan, menanggapi soal siswa memilih bekerja di saat sekolah menerapkan pembelajaran dengan sistem Belajar Dari Rumah (BDR) atau daring.

Tak sedikit siswa di Nunukan yang lebih memilih bekerja saat sekolah menerapkan pembelajaran dengan sistem BDR.

Berbagai alasan bermunculan dari siswa saat ditemui sedang membantu orangtuanya mengikat rumput laut.

Sebelumnya, Wahyu Ningsih Sura Putri (13), siswi Kelas V, SD 002 Muhammadiyah, Nunukan mengaku selama sekolah menerapkan sistem BDR, ia menyempatkan diri untuk membantu kedua orangtuanya yang kesehariannya mengikat rumput laut.

"Selama belajarnya lewat HP saya bantu orangtua mabetang. Kalau banyak tali, bisa sampai malam pukul 19.00 WITA baru pulang ke rumah," kata Ningsih kepada TribunKaltara.com, saat ditemui di kediamannya, Jalan Sei Sembilan, Jumat (27/8/2021).

Baca juga: Belajar dari Rumah, Siswi SD di Nunukan Luangkan Waktu Mengikat Rumput Laut

Terpisah, hal serupa juga dialami Novan, murid kelas VII, SMPN 1 Nunukan Selatan.

Anak pertama dari dua bersaudara itu, mengatakan sejak SD ia sudah membantu ibunya mengikat rumput laut.

Sementara, ayahnya bekerja sebagai mekanik yang saat ini diketahui sedang sakit-sakitan.

"Saya dari SD sudah bantu mama ikat rumput laut. Biasanya saya dapat paling banyak 10 tali sehari. Jadi bawa pulang Rp 80 ribu, karena satu tali harganya Rp 8 ribu. Uangnya sebagian saya tabung dan sebagian kasih orang tua," ucap Novan di sela aktivitasnya mengikat rumput laut.

Saat dimintai tanggapannya, Kabid Pendidikan Dasar, Disdikbud Nunukan, Widodo tak membantah hal tersebut.

Menurutnya, hal itu tak bisa dipungkiri lagi, lantaran terjadi kepada anak sejak sekolah menerapkan pembelajaran sistem BDR akibat pandemi Covid-19.

"Itu realita yang tidak bisa kita pungkiri. Apalagi kalau anak sudah tergiur dengan uang banyak. Ditambah mindset yang ditanamkan oleh orang tua ke anak adalah lebih baik kerja untuk dapat uang lebih. Nah ini tantangan juga bagi para guru dan orangtua," ujar Widodo saat ditemui di ruangannya.

Baca juga: Cegah Mainkan Harga Seenaknya, Dinas Perdagangan Minta Pengepul Rumput Laut Nunukan Punya Izin Usaha

Lebih lanjut disampaikan Widodo, tak hanya para guru, peran orang tua juga sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan kepada anak.

Apalagi saat ini, kata Widodo, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas belum diizinkan dibuka kembali, terutama sekolah di Pulau Nunukan.

"Jadi agar anak-anak bersemangat untuk sekolah, bukan hanya mereka yang diberikan asupan ilmu pengetahuan tapi orang tua juga perlu mendapat pendidikan. Seperti parenting, itu pendidikan kepada orang tua. Sehingga orang tua bisa memberikan edukasi bagi anak-anak selama BDR berlangsung," tuturnya.

"Memang ada beberapa kasus, anak menjadi bergairah belajar karena semangatnya sendiri, sementara orang tuanya cuek," tambah Widodo.

Widodo mengaku khawatir bilamana hal itu tidak mendapat atensi yang serius dari orang tua.

Tak menutup kemungkinan anak usia sekolah yang sudah tergiur dengan uang banyak bisa berdampak pada putus sekolah.

Ia menjelaskan, hingga kini pihaknya hanya bisa melakukan sosialisasi baik kepada orang tua maupun kepada anak mengenai pentingnya sebuah pendidikan.

"Mempekerjakan anak di bawah umur itu jelas melanggar Undang-Undang. Tapi alasan yang kami dapatkan dari anak-anak mereka membantu orang tuanya. Maka peran orangtua besar untuk mengarahkan anak mereka untuk serius dalam belajar," ungkapnya.

Kendati begitu, kata Widodo, tak bisa diambil sebuah kesimpulan, bahwa anak-anak yang bekerja selama sekolah menerapkan BDR, sama sekali tidak belajar.

"Metode belajar kita menggunakan Learning Manajemen Sistem (LMS). Tidak semua live virtual. Jadi ada model share materi di grup WhatsApp (WA) baru dikasih tugas. Ataupun di-share video pembelajaran via grup WA. Nah, itukan bisa sambil ikat rumput laut sambil nonton. Jadi tidak bisa dijadikan barometer, bahwa selama BDR mereka nggak belajar," imbuhnya.

Dia berharap kepada orangtua siswa, agar menyempatkan diri untuk memberikan edukasi mengenai pentingnya sebuah pendidikan.

Bahkan, lebih baik lagi bila orangtua mengarahkan anaknya agar fokus dulu dalam belajar.

"Anak itu calon pemimpin masa depan, kita harus siapkan dari sekarang. Kalau kualitas SDM baik, ekonominya ke depan lebih baik. Saya juga punya anak usia sekolah, kita dorong semangat mereka belajar. Minimal kita suskeskan wajib belajar wajib 12 tahun untuk mereka," ucapnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved