Berita Nasional Terkini

HASIL Survei CISA, Gubernur Ganjar Pranowo Menggusur Dominasi Anies Baswedan Elektabilitas Capres

Terdapat tiga nama teratas Yakni Ganjar Pranowo, disusul Agus Harimurti Yudhoyono dan posisi ketiga Anies Baswedan.

Editor: Ikbal Nurkarim
Kolase TribunKaltim.co
Survei: Anies Baswedan disalip Ganjar Pranowo Sebagai Calon Presiden, PDIP Sebut Undecided Voters 

TRIBUNKALTIM.CO - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo berhasil menggusur posisi Anies baswedan dalam survei dilakukan Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) jelang Pilpres.

Diketahui, Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) meluncurkan hasil surveinya yang bertajuk "Pandemi: Persepsi Publik dan Tren Politik Terkini".

Tren politik terkini terkait elektabilitas tokoh dan parpol menuju pemilu tahun 2024 terproyeksikan jika pilpres dan pileg dilakukan hari ini.

Terdapat tiga nama teratas Yakni Ganjar Pranowo, disusul Agus Harimurti Yudhoyono dan posisi ketiga Anies Baswedan.

Baca juga: INI SOSOK yang Jadi Presiden RI ke-8 Andai Pilpres 2024 Digelar Saat ini, Cek Hasil Survei Terbaru

Baca juga: Bangun Pelabuhan Baru, Gubernur Kaltara Survei Empat Lokasi di Bulungan

Baca juga: NEWS VIDEO Hasil Survei Terbaru Elektabilitas Puan Maharani Jauh Tertinggal dari Ganjar Pranowo

Sebelumnya, nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendominasi hasil survei CISA.

“Terdapat 16,92 persen responden memilih Ganjar Pranowo yang membuatnya unggul dari semua kandidat setelah pada periode survei CISA sebelumnya didominasi oleh Anies Baswedan yang harus puas berada di posisi ketiga dan mendapatkan 16,75 persen." kata Herry dikutip dari TribunJabar.id 

"Posisi kedua masih dipegang oleh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang terus menunjukkan konsistensi kenaikan elektabilitasnya dengan meraup 16,83 persen,” ujar Herry.

Menariknya, Airlangga Hartarto justru menunjukkan peningkatan signifikan terhadap elektabilitasnya, sedangkan Prabowo Subianto mengalami penurunan.

“Prabowo Subianto justru menunjukkan penurunan elektabilitas dari bulan Mei 2021 dan hanya mendapatkan 10,08 persen."

"Airlangga Hartarto menunjukkan peningkatan signifikan dan meraih 7,58 persen, disusul Ridwan Kamil 5,92 persen, Sandiaga Uno 5,08 persen, Muhaimin Iskandar 5 persen, Puan Maharani 3,67 persen, serta yang Tidak Tahu/Tidak Menjawab sebanyak 12,17 persen,” kata Herry.

Baca juga: Hasil Survei Terbaru Elektabilitas Puan Maharani Jauh Tertinggal dari Ganjar Pranowo, Ini Sikap PDIP

Di sisi lain, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) hingga saat ini mendominasi peta elektoral parpol di Indonesia.

“PDI-Perjuangan justru menunjukkan kenaikan elektabilitas sejak survei sebelumnya dan mendapatkan 24,58 persen."

"Kenaikan elektabilitas juga membuat Partai Demokrat konsisten di peringkat kedua dan meraih 18,75 persen."

"Hal yang sama juga menguatkan kembali Partai Golkar di posisi ketiga yang meraup 14,25 persen serta Partai Kebangkitan Bangsa yang mendapatkan 10,67 persen,” kata Herry.

Herry juga menyampaikan bahwa survei yang melakukan wawancara langsung dengan menerapkan protokol kesehatan antara surveyor dan responden kembali menempatkan Gerindra dan Nasdem tidak berada di posisi 5 (lima) besar serta adanya penguatan elektabilitas Partai Keadilan Sejahtera yang membuat PAN dan PPP tetap berada di posisi terakhir.

“Gerindra mengalami penurunan dan mendapatkan 7,25 persen sedangkan PKS kembali konsisten menguat di angka 9,33 persen serta Nasdem harus puas karena hanya mendapatkan 5,33 persen."

"Di posisi terakhir, ada Partai Amanat Nasional (PAN) yang mendapat 3,75 persen dan Partai Persatuan Pembanguan (PPP) sebesar 2,92 persen."

"Namun masih terdapat 3,17 persen masyarakat yang Tidak Tahu/Tidak Menjawab,” katanya. 

Baca juga: HASIL SURVEI Pilpres 2024 Terbaru, Politikus PDIP Langkahi Prabowo dan Anies, Bukan Puan Maharani

Mayoritas masyarakat tidak puas

Berdasarkan hasil survei CISA yang berlangsung 27-31 Agustus 2021 yang menyasar 1.200 responden di 34 provinsi secara proporsional melalui penarikan sampel dengan menggunakan metode simple random.

Sampling didapatkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia merasakan ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintahan Jokowi dan Ma’ruf Amin selama pandemi Covid-19 ini.

Sejumlah nama muncul sebagai calon menteri baru di kabinet Jokowi-Maruf Amin
Sejumlah nama muncul sebagai calon menteri baru di kabinet Jokowi-Maruf Amin (instagram/kyai_marufamin)

“Kinerja Jokowi dan Ma’aruf Amin dianggap belum optimal selama pandemi Covid-19 terutama pada kuartal III ini,” ucap Herry Mendrofa, Direktur Eksekutif CISA, melalui siaran tertulis yang diterima, Minggu (5/9/2021).

Terdapat 47,17 persen responden yang menyatakan ketidakpuasannya terhadap Jokowi, 38,58 persen yang cukup puas, 7,17 persen yang menyatakan sangat tidak puas, sedangkan hanya 3,91 persen yang sangat puas serta 3,17 persen responden yang tidak tahu/tidak menjawab.

“Preferensi kebijakan dan program yang diambil oleh pemerintah seperti PPKM yang terus diperpanjang pada saat pandemi ini menjadi salah satu faktor ketidakpuasaan masyarakat,” ungkap Herry.

Herry menyebutkan bahwa publik juga mengapresiasi beberapa menteri atau pejabat negara yang dianggap telah bekerja optimal selama pandemi Covid-19.

Baca juga: BI Balikpapan Luncurkan Laporan Survei, Menakar Dampak Pandemi Covid-19 pada Ekonomi Daerah

“Menteri PUPR mendapatkan 45,83 persen disusul Menteri Sosial 29,58 persen ada Menteri Perekonomian yang meraih 9,92 persen kemudian Menteri Kemaritiman dan Investasi 8,25 persen dan terakhir Menteri BUMN 6,42 persen,” katanya.

Sebaliknya, publik juga menganggap bahwa masih ada menteri/pejabat negara yang belum bekerja optimal.

“Sebanyak 31,25 persen memilih Menteri Perdagangan sebagai pembantu Presiden yang belum mampu memberikan kontribusi terhadap kinerja pemeritah, disusul Menteri Tenaga Kerja yang dipilih 26,41 persen, Menteri Perhubungan juga mendapatkan 23,42 persen, Menteri Koperasi dan UMKM 14,25 persen serta Kepala Staf Kepresidenan dipilih 4,67 persen,” tutur Herry.

Survei CISA yang margin of error-nya mencapai 2,85 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen juga menyatakan penolakan terhadap wacana penambahan masa jabatan presiden/wakil presiden menjadi tiga periode.

Di samping alasan konstitusi, kinerja yang belum optimal dianggap menjadi hal yang mendasar mayoritas publik tidak menginginkan wacana tersebut direalisasikan.

“Hal ini terlihat dari 58,25 persen responden menyatakan tidak setuju dengan penambahan periode (masa jabatan) presiden menjadi tiga periode."

Baca juga: SISI LAIN Tagar Presiden Terburuk dalam Sejarah Trending Twitter Hari Ini, Cek Hasil Survei Terbaru

"Meskipun demikian, ada 28,83 persen responden menyatakan setuju dengan wacana tersebut."

"Responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 8,25 persen, tidak tahu/tidak menjawab 2,58 persen dan sangat tidak setuju terdapat 2,09 persen responden,” kata Herry.

Bahkan ihwal rencana perpanjangan waktu kepemimpinan Presiden Jokowi hingga tahun 2027 juga ditolak oleh publik walaupun dengan alasan efektivitas dan efesiensi dalam konteks optimalisasi kinerja pemerintahan.

“Persepsi tersebut tergambarkan dari 60,08 persen responden Tidak Setuju dengan wacana perpanjangan waktu kepemimpinan Jokowi hingga tahun 2027."

"Adapun yang menyatakan Setuju hanya 25,42 persen responden, yang Sangat Tidak Setuju 8,42 persen, Sangat Setuju 2,75 persen dan Tidak Tahu/Tidak Menjawab 2,33 persen,” jelas Herry. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved