Pernik

Gelisah Eksistensi Budaya Suku Dayak Lundayeh, Dorma Kisu Koleksi Kerajinan Tangan Warga Lokal

Gelisah Eksistensi Budaya Suku Dayak Lundayeh, Dorma Kisu Koleksi Kerajinan Tangan Warga Lokal. Ia pun rela meminjam uang hingga Rp 40 juta.

Penulis: Tribun Kaltim |
TRIBUN KALTARA/FEBRIANUS FELIS
Gelisah Eksistensi Budaya Suku Dayak Lundayeh, Dorma Kisu Koleksi Kerajinan Tangan Warga Lokal. 

Barang lainnya yang dijual Dorma Kisu seperti baju adat dari kulit kayu yang sudah dimotif seharga Rp700.000.

Dorma Kisu mengoleksi kerajinan khas Dayak Lundayeh demi melestarikan kebudayaan dan kearifan lokal.
Dorma Kisu mengoleksi kerajinan khas Dayak Lundayeh demi melestarikan kebudayaan dan kearifan lokal. (TRIBUN KALTARA/FEBRIANUS FELIS)

Baju adat bermotif Tabu, Jelaran, dan Linawa dijual Rp 750.000. Batik tulis Bulanmawan seharga Rp 500.000.

"Kalau baju berbahan kulit agak susah ambilnya di hutan, Krayan. Kayu Talun itu susah dapatnya. Nah, kalau batik tulis, satu lembar saya produksi selama tiga hari. Saya gambar dulu, baru dicanting," pungkasnya.

Dorma Kisu mengoleksi kerajinan khas Dayak Lundayeh demi melestarikan kebudayaan dan kearifan lokal.
Dorma Kisu mengoleksi kerajinan khas Dayak Lundayeh demi melestarikan kebudayaan dan kearifan lokal. (TRIBUN KALTIARA/FEBRIANUS FELIS)

"Kalau ada pesanan batik tulis dari pejabat, saya gambar lalu kirim ke Solo dan Yogyakarta. Karena kita takut salah mewarnai. Kalau pesanan dari warga biasa, saya bisa buat sendiri. Biasanya pesan tamu dari Jakarta. Pejabat Polda Kaltara juga beli ke saya Rp 500.000. Kalau saya produksi sendiri hanya Rp 450.000 ada juga Rp 350.000 tergantung ukuran kain," beber Dorma Kisu.

Selain itu, Dorma Kisu beberkan sebelum pandemi tak sedikit anyaman bakulnya dibeli oleh para turis.

Saat ini anyaman bakul Dorma ia jual seharga Rp 250.000.

Untuk topi yang terbuat dari kulit kayu dan dihiasi duri Landak dan bulu burung Enggang, ia jual Rp 350.000.

Anyaman tas dari rotan mulai Rp 350.000-500.000.

Dorma Kisu mengoleksi kerajinan khas Dayak Lundayeh demi melestarikan kebudayaan dan kearifan lokal.
Dorma Kisu mengoleksi kerajinan khas Dayak Lundayeh demi melestarikan kebudayaan dan kearifan lokal. (TRIBUN KALTARA/FEBRIANUS FELIS)

"Kalau topi yang tidak pakai bulu burung sudah banyak yang pesan. Kalau yang ada bulu burung baru dua orang yang pesan yaitu dari Malinau dan Tanjung Selor. Bahkan orang Krayan saja pesan di sini sama saya," tuturnya.

Dorma juga mengoleksi alat musik khas Lundayeh seperti Sape, Gong, Kolintang.

Termasuk juga Pelepet khas Lundayeh yang menyerupai Mandau. 

Dorma Kisu mengoleksi kerajinan khas Dayak Lundayeh demi melestarikan kebudayaan dan kearifan lokal.
Dorma Kisu mengoleksi kerajinan khas Dayak Lundayeh demi melestarikan kebudayaan dan kearifan lokal. (TRIBUN KALTARA/FEBRIANUS FELIS)

Bikin Rekaman Lagu Kuno

Dorma Kisu mengamati, dari dulu tidak ada orang Lundayeh yang memikirkan tentang eksistensi budaya Lundayeh melalui barang-barang adat.

Suku lain tampil dengan tarian dan nyanyian mereka. Jadi saya mulai menggali kebudayaan Dayak Lundayeh dengan membuka sanggar tari di Nunukan," kata Dorma kepada TribunKaltara.com, saat ditemui di gerai pernak-perniknya, Jumat (10/9/2021).

Ia berpikir untuk mempelajari lebih dalam lagi tarian dan lagu-lagu kuno khas Lundayeh.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved