Breaking News

Pernik

Gelisah Eksistensi Budaya Suku Dayak Lundayeh, Dorma Kisu Koleksi Kerajinan Tangan Warga Lokal

Gelisah Eksistensi Budaya Suku Dayak Lundayeh, Dorma Kisu Koleksi Kerajinan Tangan Warga Lokal. Ia pun rela meminjam uang hingga Rp 40 juta.

Penulis: Tribun Kaltim |
TRIBUN KALTARA/FEBRIANUS FELIS
Gelisah Eksistensi Budaya Suku Dayak Lundayeh, Dorma Kisu Koleksi Kerajinan Tangan Warga Lokal. 

TRIBUNKALTIM.CO, NUNUKAN - Lantaran gelisah eksistensi budaya Suku Dayak Lundayeh, Dorma Kisu koleksi kerajinan tangan warga lokal.

Demi eksistensi budaya Dayak Lundayeh di Nunukan, Kalimantan Utara, wanita bernama Dorma Kisu koleksi pernak-pernik dan hasil kerajinan tangan khas Dayak Lundayeh.

Ditemui dikediamannya di Jalan Pongtiku RT 016, Kelurahan Nunukan Tengah, Dorma menceritakan awal mula ia tertarik mengoleksi pernak-pernik khas Dayak Lundayeh.

Berawal dari kegelisahan Dorma Kisu melihat budaya lain muncul satu pe rsatu dengan ciri khasnya masing-masing sehingga, pada tahun 2004 silam ia dan keluarga beralih dari Krayan, yang merupakan kampung halamannya, pindah ke Nunukan lalu membuka sanggar tari khas Lundayeh.

Dorma Kisu mengoleksi kerajinan khas Dayak Lundayeh demi melestarikan kebudayaan dan kearifan lokal.
Dorma Kisu mengoleksi kerajinan khas Dayak Lundayeh demi melestarikan kebudayaan dan kearifan lokal. (TRIBUN KALTARA/FEBRIANUS FELIS)

Dorma Kisu sadar untuk mengoleksi semua barang itu membutuhkan tak sedikit modal.

Lantaran hal itu Dorma Kisu sempat mencoba melakukan pinjaman modal awal ke bank sebanyak Rp 40 juta.

Ia mengaku dirinya saat itu sudah bekerja sebagai pegawai di salah satu kantor dinas pemerintah daerah Nunukan.

"Waktu itu saya mau ajukan pinjaman ke bank tapi kan pegawai tidak boleh minjam di bank. Jadi saya pakai nama menantu saya. Dapatlah modal Rp40 juta. Selain itu saya juga sisihkan dari gaji saya untuk terus mengoleksi pernak-pernik dan barang khas Lundayeh lainnya. Di situlah mulai banyak penggemar. Sehingga saya semangat sekali untuk teruskan niat koleksi barang-barang itu," ujarnya.

Meskipun, di tengah pandemi Covid-19, gerai pernak-pernik milik Dorma Kisu masih dikunjungi konsumen.

Dorma Kisu mengoleksi kerajinan khas Dayak Lundayeh demi melestarikan kebudayaan dan kearifan lokal.
Dorma Kisu mengoleksi kerajinan khas Dayak Lundayeh demi melestarikan kebudayaan dan kearifan lokal. (TRIBUN KALTARA/FEBRIANUS FELIS)

Utamanya tamu dari luar daerah.

Tak hanya itu, Dorma Kisu bahkan membuat tali masker dari manik-manik khas Lundayeh.

"Gelang itu saya jual Rp40.000 - 50.000 tergantung keaslian. Kalau gelang dari kulit kayu Rp 30.000. Tali tas Rp 200.000. Kalau gelang dari manik-manik itu saya kerjasama dengan anak muda di Krayan. Saya yang punya manik-manik dan mereka yang kerjakan. Karena mata saya sudah nggak bisa lihat manik-manik terlalu kecil," tuturnya.

Lanjut Dorma Kisu, "Kemarin saya kirim 1 Kg manik-manik ke Krayan. Saya pesan buat gelang. Kalau anting-anting saya jual Rp 25.000. Karena saya ambil dari perajin itu harganya Rp 10.000," ungkapnya.

Meskipun, transportasi Nunukan-Krayan hanya bisa dengan pesawat terbang, tak menyurutkan semangat Dorma untuk terus mengirim manik-manik ke Krayan.

"Memang penerbangan sedikit jadi kendala. Tapi sekarang ini agak murah bagasinya. Dulu Rp 35.000 per kg sekarang hanya Rp 20.000-25.000 per kg," imbuhnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved