Anak Iswahyudi Cerita Sosok Sang Ayah, Korban Pesawat Rimbun Air yang Jatuh di Wilayah KKB Papua

Yoakim menerangkan, cuaca ekstrem yang terjadi yakni berupa awan gelap dan pada saat itu pesawat hendak mendarat.

Saat itu pesawat harus menunggu terlebih dahulu karena landasan Bandar Udara Bilogai masih ada satu pesawat terparkir.

Demi memastikan kondisi pendaratan aman, sang pilot kemudian memutar arah pesawat.

Namun, setelah Rimbun Air mengarah kembali ke landasan Bilogai, kemudian menabrak gunung dan pepohonan, hingga akhirnya jatuh ke tanah.

Hal ini, kata Yoakim, terlihat dari kondisi moncong pesawat yang tertanam cukup dalam di tanah.

Kepastiannya, Yoakim meminta kepada masyarakat untuk menunggu penelitian lebih lanjut dari pihak berwenang terkait ditemukannya Black Box.

"Sementara ini sambil menunggu penelitian lebih lanjut dari pihak berwenang melalui pemeriksaan terhadap Kotak Hitam (Black Box)," kata Yoakim.

Baca juga: Cerita Istri Mekanik Rimbun Air yang Jatuh di Papua, Telepon Terakhir Tanya soal Anak

Keluarga Kaget

Keluarga Utra Iswahyudi kaget mendengar kabar jatuhnya pesawat Rimbun Air di Papua.

Saat ditemui TribunKaltim.Co di rumah duka, sang adik di Balikpapan, Tata menceritakan saat awal mendapat kabar itu.

Sebelumnya, ia mengaku biasa ketika mendengar kabar terkait berita kecelakaan jatuhnya pesawat di Sugapa, Papua.

Ia pun tak memiliki firasat, bahwa sang kakak pertama menjadi korban jatuhnya pesawat yang membawa bahan bangunan itu.

"Saya baru tahu ketika istri almarhum telepon. Baru ngeh kalau kakak kami merupakan salah satu korban. Campur aduk dan kaget," katanya, Kamis (16/9/2021).

Tata mengatakan, almarhum Utra Iswahyudi memang sudah belasan tahun berkecimpung di dunia penerbangan.

Selain di Papua, Iswahyudi juga pernah menjadi teknisi handal di perusahaan pesawat carter di Balikpapan dan Papua Nugini.

Baca juga: Mirza, Pilot Pesawat Rimbun Air yang Jatuh di Intan Jaya, Dikenal sebagai Sosok yang Berjiwa Sosial