Berita Nunukan Terkini
Tak Ditanggung BOS, Bocah SD di Krayan Nunukan Harus Siapkan Rp 1 Juta demi Ikut ANBK
Demi mengikuti Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK), siswa SD/ sederajat di dataran tinggi Krayan, Nunukan terpaksa berjalan kaki selama 6 jam.
TRIBUNKALTIM.CO, NUNUKAN - Demi mengikuti Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK), siswa SD/ sederajat di dataran tinggi Krayan, Nunukan terpaksa berjalan kaki selama 6 jam.
Bahkan untuk bisa sampai di sekolah yang memiliki komputer, sebagaimana menjadi titik lokasi ANBK, anak SD itu harus melanjutkan perjalanan lagi selama 1 jam menggunakan sepeda motor.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Kabupaten Nunukan, Junaidi.
"Saya dapat informasi dari Kepala UPTD di Krayan, dua hari lalu dia mendampingi peserta didik berjalan kaki selama 6 jam dari SDN 015 Krayan, Desa Wa'Yagung, Kecamatan Krayan Timur, lanjut naik motor 1 jam menuju lokasi ANBK di SMKN 1 Krayan," kata Junaidi kepada TribunKaltara.com, Kamis (28/10/2021).
Menurutnya, untuk mengikuti geladi ANBK saja, mereka harus berjalan kaki, bahkan ada yang sampai bermalam di tengah hutan.
Baca juga: Akibat Lockdown di Malaysia, 7 Anak dari Pekerja Migran Indonesia Batal Ikut ANBK di Tanah Air
Baca juga: ANBK di Kutai Barat Digelar Awal Oktober, Jaringan Internet Diharapkan Berjalan Lancar
Baca juga: Sarana Prasarana Sekolah Kurang Memadai, Pelaksaan ANBK di Kutai Barat Digilir
Sementara itu, pelaksanaan ANBK tingkat SD/sederajat baru dilaksanakan pada 8 November mendatang.
"Siswa disuruh ikuti program ANBK tapi tidak ditunjang dengan sarana dan prasarana. Bayangkan saja usia SD harus berjalan jauh, bahkan ada yang sampai bermalam di tengah hutan. Hanya untuk cari sekolah yang ada jaringan internet dan punya komputer," ucapnya.
Dia menyayangkan Kemendikbudristek RI, lantaran tidak memperhatikan dengan baik situasi pendidikan di perbatasan RI-Malaysia.
"Harusnya nasib peserta didik di perbatasan jadi atensi pemerintah pusat dan kementerian terkait. ANBK kan untuk menilai mutu satuan pendidikan di sekolah. Jangan samakan dengan sekolah di Pulau Jawa," ujarnya.
Lebih lanjut dia menyampaikan, Kabupaten Nunukan memiliki kondisi geografis yang tidak bisa disamakan dengan sekolah di wilayah lain.
Untuk bisa mencari tempat yang memiliki jaringan internet saja, warga di sana harus melewati sungai dengan nyawa taruhannya.
Terpisah, Kepala UPTD Pengelola Pendidikan Dasar, Kecamatan Krayan, Oktavianus Ramli menuturkan, dirinya terpaksa harus mengawal perjalanan siswa SD ke sekolah yang menjadi tempat pelaksanaan ANBK.
Selain harus berjalan kaki, biaya yang dikeluarkan mulai transportasi, tempat penginapan dan makanan tiap harinya, minimal Rp 1 juta per anak.
"Harap dana BOS mana mungkin, jumlah murid di wilayah 3T itu sedikit sekali. Mau tidak mau biaya anak dibebankan kepada orang tua. Kemarin kami dijemput pakai motor biayanya Rp 300 ribu. Kalau mobil dicarter bisa Rp 1 juta," tutur Oktavianus Ramli melalui telepon seluler.
"Biaya penginapan bisa Rp 200 ribu per malam. Kami di sini sudah dua malam. Jadi kalau ditotal semuanya sampai biaya pulang nanti bisa sampai Rp1 juta per anak kalikan aja enam anak," beber Ramli.