Virus Corona
Vaksin Tak Mempan Lawan Virus Corona Varian Omicron dari Afrika? Epidemiolog Beber Kabar Gembira
Apakah vaksin tak mempan lawan Virus Corona Varian Omicron dari Afrika? Epidemiolog beber kabar gembira
TRIBUNKALTIM.CO - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO sedang fokus menghadapi varian baru Virus Corona yang muncul di Afrika.
Hasil mutasi Virus Corona ini dikenal dengan nama Varian Omicron atau B.1.1.529.
Adapun Varian Omicron ini dikenal sangat mudah menular seperti varian delta yang sempat melanda di Indonesia.
Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman menyampaikan kabar gembira di sela merebaknya VArian Omicron, ini.
Kabar gembira tersebut berupa kabar Moderna dan Pfizer sedang membuat booster vaksin untuk Varian Omicron, tersebut.
Meski demikian, Dicky Budiman meminta pemerintah mengambil langkah untuk memitigasi masuknya varian baru Covid-19 ini.
Baca juga: Epidemiolog Bocorkan Kasus Covid-19 Indonesia 10 Kali Lipat dari Data, Bukti Wilayah Anies Baswedan
Baca juga: Epidemiolog Ingatkan Virus Corona Varian Baru B.1.1.529, Varian Super, Mutasi Melebihi Delta & Beta
Baca juga: Epidemiolog UGM Beber Analisa Mengerikan Covid-19, 80 Persen Warga Indonesia Terinfeksi Varian Delta
Dilansir dari Tribunnews.com dalam artikel berjudul Vaksin Masih Efektif Tangkal Virus Corona Varian B.1.1.529? Ini Kata Epidemiologi, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah memberikan nama varian baru Virus Corona B.1.1.529 yang berasal dari Afrika Selatan Omicron.
Varian ini cukup mengkhawatirkan karena langsung ditetapkan sebagai varian of concern.
Pada varian mutasi sebelumnya, perlu beberapa tahapan sampai bisa menjadi varian of concern.
Menurut Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman, ada beberapa hal penting yang harus dilakukan untuk menghadapi varian ini.
Pertama adalah melakukan mitigasi yang tepat.
Sejauh ini, Dicky berpendapat jika pemerintah sudah benar melakukan PPKM bertingkat.
Begitu pula pada Natal dan Tahun Baru mendatang yang telah menetapkan regulasi soal pembatasan.
Namun ada yang harus dilakukan lagi yaitu percepatan program vaksinasi Covid-19.
"Penting sekali, karena kasus Omicron ini dominan pada orang yang belum divaksinasi di Afrika Selatan," ungkapnya saat dikonfirmasi Tribunnews.com, Sabtu (27/11/2021).
Dicky menambahkan vaksin Covid-19 masih cukup efektif menghadapi varian ini.
Hanya saja, ia menekankan lagi, bahwa efikasi yang dimaksud adalah mencegah keparahan dan angka kematian.
Efikasi vaksin Covid-19 tidak sampai untuk mencegah terinfeksi atau menularkan pada orang lain.
Dicky pun menyarankan pemerintah untuk mengupayakan program vaksinasi.
"Cakupannya harus lebih dari 90 persen menurut saya. Kedua adalah penerapan 3T, 5M dan survelen genomic dan survelen lainnya di bawah payung PPKM bertingkat harus ditingkatkan di akhir tahun sampai 2022," katanya lagi.
Di sisi lain, ia pun menekankan untuk tidak panik secara berlebihan.
Baca juga: UPDATE Virus Corona, Sembuh Covid-19 Capai 293 Orang, Angka Kematian Menurun
Karena vaksinasi terhitung masih efektif dalam melindungi keparahan dan kematian.
"Kabar baiknya saat ini Pzier dan Moderna bekerja membuat booster untuk varian baru ini.
Tapi butuh 100 hari, hingga 100 hari ke depan adalah rawan," pungkasnya.
Respon WHO
Dilansir dari Tribunnews.com dalam artikel berjudul WHO Butuh Waktu Beberapa Minggu untuk Pahami Varian Baru Covid-19, Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) telah memperingatkan bahwa perlu 'beberapa minggu' untuk memahami risiko yang ditimbulkan oleh penularan varian baru Virus Corona (Covid-19) yang bermutasi dan telah terdeteksi di Afrika Selatan.
Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (26/11/2021), Juru Bicara WHO Christian Lindmeier memaparkan pendekatan organisasi tersebut yang berupaya mencegah varian B.1.1.529 itu agar tidak lepas kendali.
Baca juga: UPDATE Virus Corona, PPKM Level 3 Tidak Diperbolehkan Pesta Kembang Api
"Para peneliti sedang bekerja untuk memahami lebih banyak tentang mutasi dan apa varian ini berpotensi untuk menularkan," kata Lindmeier, pada hari Jumat waktu setempat.
Ia menyampaikan bahwa dibutuhkan 'beberapa minggu' untuk sepenuhnya memahami strain yang bermutasi ini.
WHO saat ini sedang menjajaki apakah varian tersebut perlu diklasifikasikan sebagai varian yang menarik atau yang menjadi perhatian.
Kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan telah menandai bagaimana varian itu menunjukkan 'sejumlah mutasi yang mengkhawatirkan pada protein lonjakan'.
Para ahli telah mengindikasikan bahwa strain baru ini memiliki 30 mutasi, lebih dari dua kali lipat yang ada pada varian Delta yang telah melanda banyak negara-pada awal tahun ini.
Tentu saja, puluhan mutasi tersebut berpotensi memungkinkan varian baru ini untuk menghindari vaksin.
Pertemuan tanggap darurat yang diadakan WHO itu terjadi saat negara-negara Eropa mengambil tindakan cepat untuk membatasi perjalanan dari negara-negara di Afrika, setelah varian tersebut terdeteksi di benua itu.
Sejak Kamis kemarin, negara-negara di Eropa dan Asia telah memberlakukan pembatasan ketat Covid-19 terhadap pelancong yang datang dari Botswana, Eswatini, Lesotho, Mozambik, Namibia, Afrika Selatan dan Zimbabwe.
Baca juga: SIMAK Aturan Masuk Mal dan Tempat Wisata saat Nataru Selama PPKM level 3 Berlaku Mulai 24 Desember
Mengatasi varian baru ini pada Jumat waktu setempat, Badan Keamanan Kesehatan Inggris menyebut mutasi itu sebagai 'yang terburuk yang pernah dilihat sejauh ini' dan 'secara dramatis' berbeda dengan yang awalnya terdeteksi.
Strain B.1.1.529 ini dkhawatirkan 'lebih menular' dibandingkan varian Delta, dengan potensi vaksin 'kurang efektif' untuk melawannya. (*)