Berita Bontang Terkini
Harga Cabai di Bontang Melambung Tinggi, Omset Pedagang Menyusut Akibat Daya Beli Menurun
Harga cabai di sejumlah pasar tradisional di Bontang, kembali melambung tinggi sejak sepekan terakhir.
Penulis: Ismail Usman | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO, BONTANG- Harga cabai di sejumlah pasar tradisional di Bontang, kembali melambung tinggi sejak sepekan terakhir.
Akibat musim penghujan saat menjalang perayaan Natal, disinyalir menjadi faktor penyebab melambungnya harga cabai di pasaran.
Salah satu pedagang Pasar Taman Rawa Indah (Tamrin), Ainia menjelaskan, harga normal di pasaran biasanya hanya berkisaran Rp 35 ribu per kilogram.
Namun sepekan terakhir ini, harga cabai naik rata-rata Rp 5 hingga 10 ribu per hari.
Sehingga harga cabai kini menembus Rp 70 ribu per kilogram.
Baca juga: Sambut Natal dan Tahun Baru, Harga Cabai di Kabupaten PPU Naik Jadi Rp 40 Ribu/Kg
Baca juga: Harga Cabai di Kutai Timur Meroket Tajam, Dipengaruhi Iklim Cuaca
Baca juga: Babinsa di Tarakan Harap Petani Cabai Kuat Hadapi Krisis Akibat Covid-19
Kondisi ini pun membuat Ainia mengurangi stok cabai untuk dijual.
Biasanya stok jualan dari pemasok sebanyak 30 kilogram per hari, harus dikurangi hanya 10 kilogram per hari.
"Enggak berani. Takut udah stok banyak tiba-tabi harga turun. Selain itu, juga daya beli masyarakat menurun kalau harga naik," ujarnya saat ditemui di lapaknya, Senin (6/12/2021).
Diakui Ainia, daya beli masyarakat 3 hari terakhir ini terasa menurun.
Terbukti, langganan yang biasanya order 6 kilogram per hari, kini menyusut hanya 3 kilogram per hari.
"Biasanya pemilik warung makan langganan saya pesan 5 sampai 6 kilo. Beberapa hari ini cuman 3 kilo aja. Alasanya karena mahal," ujarnya.
Senada dengan Ainia, salah satu pedagang sayur Pasar Telihan, Darman Mahadi mengaku omset penjualan cabai belakangan ini menyusut akibat harga melambung tinggi.
Baca juga: Harga Cabai Lokal Naik Rp 10 Ribu di Pasar Induk Sangatta Utara, Kenaikan Dipicu Cuaca Hujan
Sebagian masyarakat mulai mengurangi konsumsi cabai dengan alasan agar lebih irit.
Begitu pun para pengusaha warung makan. Kebanyak dari mereka kini membatasi pembelian cabai lantaran tak ingin merugi.
"Kalau warung makan pasti dia batasi. Dari pada merugi. Karena tidak mungkin harga makanan ikut dinaikan," tandasnya.
Dari pengalaman sebelumnya, kenaikan harga ini diakibatkan kondisi cuaca yang tak menentu.
Banyak petani cabai biasanya gagal panen lantaran curah hujan tinggi. Ada juga karena akibat banjir.
"Pokoknya macam-macam lah. Termasuk jelang Natal juga pasti mempengaruhi. Karena kebutuha meningkat, maka harga pastinya naik," tandasnya. (*)