Pernik

Chai Siswandi Koleksi Benda Sejarah & Budaya Nusantara, Berburu ke Pedalaman Suku Dayak hingga Aceh

Chai Siswandi Koleksi Benda Sejarah & Budaya Nusantara, Berburu ke Pedalaman Suku Dayak hingga Aceh

Penulis: Nevrianto |
HO/CHAI SISWANDI
Chai Siswandi mengoleksi pernak-pernik bernilai sejarah dan budaya dari pedalaman Suku Dayak hingga Aceh. 

Selain itu koleksi wayang purwa belum dihitung, kain tradisional mulai Buna Insana, Ulap Doyo, Ulos Batak, Batik Tiga Negeri. Kemudian anyaman Dayak meliputi Anjat, topi rotan, tikar dayak, dan lain lain juga dikoleksi.

Biasanya untuk pernak-pernik Dayak diperoleh dari berbagai tempat. Dari Busang, Apokayan, Kabupaten Mahakam Hulu.
Sedangkan barang Nusantara lainnya dari Aceh sampai Timor.

Untuk koleksi Seraung diakuinya agak susah menjelaskan. Misalnya Seraung dari Apokayan dinamakan seraung seling dengan motif orang motif ini disebut kalung kelunan.

“Zaman dulu hanya boleh dipakai bangsawan. Motif orang itu menandakan ia orang yg memiliki budak (pada masa lalu),” paparnya.

Seraung merupakan sebutan umum untuk topi matahari, untuk melindungi dari terik sinar matahari saat ke ladang atau keluar rumah.
Seraung sebenarnya ada di sejumlah wilayah. Sebutannya berbeda-beda, orang aoheng menyebutnya Cahung Kallung untuk yang bermotif hias, orang Apokayan saung.

Chai Siswandi mengoleksi pernak-pernik bernilai sejarah dan budaya dari pedalaman Suku Dayak hingga Aceh.
Chai Siswandi mengoleksi pernak-pernik bernilai sejarah dan budaya dari pedalaman Suku Dayak hingga Aceh. (HO/CHAI SISWANDI)

Kalau awalnya Seraung ini topi caping, tapi ini menunjukkan citarasa dan budaya Kalimantan tempo dulu, bahwa topi untuk ke kebun mereka saja bercitarasa seni tinggi. 

2.000 Buku Bertema Sejarah hingga Sastra

Sebagai pendukung referensi pernak-pernik, Chai Siswandi mengoleksi sekitar 2.000-an buku dengan berbagai tema mulai dari sejarah, budaya, agama, filsafat, sastra, dan ragam majalah.

Motivasi lainnya, menghadirkan perpustakaan pribadi di rumah Chai Siswandi di Desa Liang Kecamatan Kota Bangun.
“Sekadar menyediakan ruang budaya alternatif--cultural space di tepi Kalimantan,” tuturnya.

Justru buku-buku soal Hudoq, judulnya Mask Of Kalimantan dibeli Chai Siawandi dari Los Angeles dikirim lewat United States postal service Amerika.

Kemudian juga buku soal kebudayaan Kalimantan yang ditulis H.F Tillema judulnya, A Journey Among the peoples of Central Borneo in Word and Picture juga dapatnya dikirim dari Amerika.

Hal lucu juga mewarnai keseharian Chai Siswandi saat mengoleksi pernik. Sebelum pandemi, kadang ada orang riset soal kebudayaan Kalimantan Timur, peneliti dari Bogor, Yogyakarta, Kalteng tiba-tiba datang ke rumah. Chai mengaku nggak kenal, mereka mau pinjam buku sebagai bahan pustaka riset mereka. 

Chai Siswandi mengoleksi pernak-pernik bernilai sejarah dan budaya dari pedalaman Suku Dayak hingga Aceh.
Chai Siswandi mengoleksi pernak-pernik bernilai sejarah dan budaya dari pedalaman Suku Dayak hingga Aceh. (HO/CHAI SISWANDI)

Dibersihkan dengan Lap Kering

Agar awet, Chai Siswandi merawat pernak-pernik koleksinya. Seraung juga berfungsi sebagai payung. Jika basah kena hujan,

ia membersihkannya dengan lap kering. Selain itu hindari penyimpanan dari tempat lembab, dan jangan terkena sinar matahari langsung dalam jangka panjang untuk mempertahankan warnanya.

Perawatan buku kurang lebih sama yakni dilap, ditaruh ditempat memadai, bisa dirak atau lemari.Tetap hindari penyimpanan dari tempat lembab. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved