Ada Bahaya di Balik Keindahannya, 10 Fakta Menarik Danau Toba yang Ternyata Sebuah Gunung Berapi
Sudah tahu bahwa Danau Toba adalah sebuah gunung berapi? simak juga fakta menarik lainnya
TRIBUNKALTIM.CO - Teman-teman, sudah tahu bahwa Danau Toba adalah sebuah gunung berapi? simak juga fakta menarik lain di balik keindahan salah satu destinasi wisata di Provinsi Sumatera Utara tersebut.
Danau ini menyuguhkan pemandangan alam yang sangat memanjakan mata.
Hamparan hijau perbukitan dan birunya danau dengan Pulau Samosir yang berada di tengah adalah gambaran keindahan tempat ini.
Baca juga: Inilah 4 Letusan Gunung Berapi Terbesar dalam Sejarah, Sebabkan Tsunami dan Ribuan Orang Tewas
Namun di balik semua pesona keindahan itu, terdapat beberapa fakta seputar Danau Toba yang tak banyak orang tahu.
Berikut beberapa fakta menarik Danau Toba seperti dilansir Grid.ID di artikel berjudul Ketahui 10 Fakta Danau Toba Ini Sebelum Mengunjunginya, Ternyata Sebuah Gunung Loh!:
1. Ternyata sebuah gunung
Danau Toba ternyata merupakan sebuah gunung.
Van Bemmelen, geolog Belanda yang pada 1939 untuk pertama kali mengemukakan bahwa Toba adalah gunung api.
Dulunya, Danau Toba merupakan sebuah gunung yang kemudian meletus hebat.
Kini, Gunung api raksasa (supervolcano) bersemayam di bawah Danau Toba (Kaldera Toba).
Setelah meletus hebat, Kaldera Toba tertutup bebatuan beku.
Air kemudian mengisi kaldera hingga membentuk danau.

2. Meletus hebat ribuan tahun lalu
Mengutip Tribun Travel, Danau Toba terbentuk akibat letusan dahsyat Gunung Toba yang meletus sekitar 74.000 tahun yang lalu.
CA Chesner, geolog dari Eastern Illiois University, menyebutkan, Toba melontarkan 2.800 kilometer kubik magma.
Letusan ini berskala 8 dalam Volcano Explosivity Index (VEI), terkuat dalam dua juta tahun terakhir.
Luncuran awan panas letusan Toba, mencapai area seluas 20.000 km persegi.
Baca juga: Inilah Gunung Berapi yang Disebut-sebut Terkecil di Dunia, Lihat Betapa Kecilnya Dibandingkan Semeru
3. Cerita rakyat
Dikisahkan Danau Toba berasal dari cerita seorang pria bernama Toba yang sedang mencari ikan di sungai.
Suatu hari, kail si pemuda tersangkut pada seekor ikan mas, yang tiba-tiba berubah menjadi perempuan cantik.
Si pemuda pun memperistri perempuan tersebut.
Dengan syarat, ia tidak boleh membeberkan asal-usul istrinya kepada siapapun.
Hingga suatu hari, saat si pemuda sudah memiliki anak dan kesal terhadap anaknya.
Saking kesalnya, ia secara tak sengaja berujar "Dasar anak ikan!"
Seketika itu juga bumi berguncang, gempa melanda, dan air membuncah dari tanah. Hujan turun dengan lebat.
Kemudian, Toba tersadar dan menyesal. Namun, segalanya sudah terlambat. Sang istri yang kecewa kembali menjadi ikan.
Dia melompat ke genangan air yang telah menjelma menjadi danau besar. Belakangan, danau itu dinamakan Tao Toba.
Adapun sang anak, atas petunjuk ibunya, selamat dengan mendaki bukit tinggi di tengah danau, yang belakangan dikenal sebagai Pulau Samosir.
Baca juga: Salah Satunya Ternyata Indonesia, Inilah 4 Negara dengan Jumlah Gunung Berapi Terbanyak di Dunia
4. Keunikan pulau dan danau
Keunikan yang ada pada Danau Toba adalah memiliki pulau di atas pulau dan danau di atas danau.
Pulau Samosir yang berada di atas Pulau Sumatera, serta Danau Sidihoni dan Danau Aek Natonang yang berada di atas Danau Toba.
5. Ada dasar danau yang terangkat
Menurut ahli, Pulau Samosir adalah sebagian dasar danau yang terangkat.
Hal ini dilihat dari ditemukannya fosil ganggang yang ada di tanah Pulau Samosir.
Saat letusan hebat, danau mulai terbentuk, pelan-pelan ganggang hijau juga mulai tumbuh di dasar danau.
6. Dipercaya mengubah dunia
Letusan supervolcano Toba berdampak global.
Letusan ini dipercaya mengubah perjalanan manusia modern (Homo sapiens).
Saat Toba meletus, spesies homo sapiens yang menjadi nenek moyang manusia modern nyaris punah.
Migrasi terhenti dan mereka terisolasi di suatu tempat di Afrika, seperti yang terekam dalam kemiripan genetika manusia modern di seluruh penjuru dunia.
Periode ini disebut periode population bottlenecks yang mengundang tanda tanya para ahli selama puluhan tahun, belakangan sering dihubungkan dengan letusan Gunung Toba.
7. Danau vulkanik terbesar
Toba merupakan supervolcano dan danau vulkanik terbesar di dunia.
Danau ini dikelilingi tebing terjal berketinggian rata-rata 1.200 meter dengan titik terdalam yang terisi air mencapai 500 meter.
8. Volume air yang tinggi
Mengutip laman Tribun Travel, ternyata volume air di Danau Toba dapat membanjiri seluruh wilayah Inggris hingga kedalaman satu meter.
9. Pulau Samosir yang luas
Pulau Samosir memiliki luas area 647 kilometer persegi, hampir sama dengan luas wilayah Singapura.
10. Habitat ikan batak
Danau Toba merupakan habitat ikan batak yang bernama latin Neolisschosillus Thienemanni.
Spesies ikan ini tidak dapat ditemukan di tempat lain, serta memiliki nilai sejarah dan keterkaitan budaya dengan suku Batak.
Studi: Gunung Toba Masih Aktif, Bisa Meletus Lagi Kapan Saja
Mengutip Kompas.com, para ilmuwan telah mempelajari supervolcano purba di Indonesia dan menemukan gunung berapi tersebut tetap aktif dan berbahaya selama ribuan tahun setelah letusan super, mendorong perlunya memikirkan kembali bagaimana peristiwa yang berpotensi bencana ini diprediksi.
Gunung berapi purba yang dimaksud adalah Gunung Toba. Studi ini dipimpin oleh para peneliti dari Oregon State University.
Studi ini ditulis bersama oleh para peneliti dari Universitas Heidelberg, Badan Geologi Indonesia, Dr Jack Gillespie dari Curtin's School of Earth and Planetary Sciences dan The Institute for Geoscience Research (TIGeR) yang merupakan Lembaga penelitian ilmu bumi unggulan Curtin.
Melansir Science Daily, 3 September 2021, Professor Martin Danisik, penulis utama Australia dari John de Laeter Center yang berbasis di Curtin University, mengatakan gunung berapi super sering meletus beberapa kali dengan interval puluhan ribu tahun antara letusan besar tetapi tidak diketahui apa yang terjadi selama periode tidak aktif.
"Memperoleh pemahaman tentang periode tidak aktif yang panjang itu akan menentukan apa yang kita cari di supervolcano muda yang aktif untuk membantu kita memprediksi letusan di masa depan," kata Professor Danisik.
Letusan super adalah salah satu peristiwa paling bencana dalam sejarah bumi, gunung berapi dapat mengeluarkan magma dalam jumlah besar hampir seketika.
Letusan tersebut dapat berdampak pada iklim global hingga membuat Bumi mengalami 'musim dingin vulkanik', yang merupakan periode dingin yang tidak normal dan dapat mengakibatkan kelaparan yang meluas serta gangguan populasi.
"Mempelajari cara kerja supervolcano penting untuk memahami ancaman masa depan dari letusan super yang tak terhindarkan, yang terjadi sekitar 17.000 tahun sekali," ujarnya.
Professor Danisik mengatakan, tim telah menyelidiki nasib magma yang tertinggal setelah letusan super Toba 75.000 tahun yang lalu.
Mereka menggunakan mineral feldspar dan zirkon, yang berisi catatan waktu independen berdasarkan akumulasi gas argon serta helium sebagai kapsul waktu di batuan vulkanik.
Dengan menggunakan data geokronologis, inferensi statistik, dan pemodelan termal ini, pihaknya menunjukkan bahwa magma terus mengalir keluar di dalam kaldera, atau depresi dalam yang diciptakan oleh letusan magma, selama 5.000 hingga 13.000 tahun setelah letusan super.
"Kemudian karapas dari magma sisa yang dipadatkan didorong ke atas seperti cangkang kura-kura raksasa," lanjut Danisik.
Temuan itu menantang pengetahuan yang ada.
Dalam mempelajari letusan biasanya melibatkan pencarian magma cair di bawah gunung berapi untuk menilai bahaya di masa depan.
Menurut Danisik, sekarang ilmuwan harus mempertimbangkan bahwa letusan dapat terjadi bahkan jika tidak ada magma cair yang ditemukan di bawah gunung berapi.
Hal ini menunjukkan bahwa konsep tentang apa yang 'meletus' perlu dievaluasi kembali.
Ancaman bahaya lebih lanjut
Danisik juga mengatakan bahwa letusan super dapat berdampak secara regional dan global.
Pemulihan mungkin butuh waktu beberapa dekade atau bahkan berabad-abad.
Tapi hasil penelitiannya tidak berhenti sampai di situ.
"Hasil kami menunjukkan bahaya belum berakhir dengan letusan super dan ancaman bahaya lebih lanjut ada selama ribuan tahun setelahnya," imbuhnya.
Melansir Independent, 5 September 2021, sampai saat ini secara luas diperkirakan bahwa kemungkinan ledakan bergantung pada keberadaan magma cair di bawah gunung berapi.
Tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan Danisik dan para peneliti dari seluruh dunia ditemukan bukti bahwa letusan dapat terjadi bahkan jika tidak ada magma cair yang ditemukan.
Letusan super Danau Toba yang terjadi sekitar 75.000 tahun lalu telah menyebabkan musim dingin global selama bertahun-tahun.
Tetapi fakta bahwa magma tampaknya terus mengalir hingga 13.000 tahun setelahnya yang menarik perhatian para ilmuwan, karena hal itu mungkin menunjukkan bahwa letusan dapat terjadi tanpa kehadiran magma cair di tempat pertama.
“Mempelajari kapan dan bagaimana magma yang dapat meletus terakumulasi, serta bagaimana keadaan magma sebelum dan sesudah letusan tersebut, sangat penting untuk memahami gunung berapi super,” kata Danisik.(*)