Berita Berau Terkini
Sempat Jadi Komoditas Primadona di Maratua, Kini Tak Ada Lagi Nelayan Kembangkan Rumput Laut
Pulau Maratua dihuni oleh mayoritas penduduk Suku Bajau. Hal ini menandakan selain dari sektor pariwisata, mata pencaharian utama warga sekitar juga
Penulis: Renata Andini Pengesti |
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Pulau Maratua dihuni oleh mayoritas penduduk Suku Bajau.
Hal ini menandakan selain dari sektor pariwisata, mata pencaharian utama warga sekitar juga sebagai nelayan.
Camat Maratua, Ariyanto menuturkan, nelayan yang ada di Pulau Maratua merupakan nelayan tangkap yang hanya menggunakan alat pancing maupun jaring.
"Kalau yang menggunakan keramba itu hanya segelintir saja, mayoritas langsung menangkap di laut," tuturnya, Kamis (23/12/2021).
Lebih lanjut ia menjelaskan, sekira 15 hingga 20 tahun lalu, Maratua juga dikenal sebagai penghasil teripang dan mutiara.
Baca juga: Jalan Sepanjang 38 Km di Maratua Berau Selesai, Tersisa Beberapa Kilometer Penunjang Lokasi Wisata
Baca juga: Gubernur Kaltim Sarapan Bareng Ibu-ibu di Pulau Maratua Saat Bersih-bersih Pantai, Ini Kata Isran
Namun, sekarang jumlahnya sudah jauh berkurang.
Menurutnya, penyebab berkurangnya jumlah teripang dan mutiara disebabkan karena penangkapan besar-besaran yang dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pasar.
"Sekarang masih ada tapi tidak banyak, mungkin karena sering ditangkap, jadi hewan laut tersebut berpindah tempat," tuturnya.
Selain itu, kata Ariyanto, nelayan Maratua juga sempat mengembangkan komoditas rumput laut.
Namun, saat ini sudah tidak ada lagi, mengingat rumput laut adalah makanan kesukaan penyu.
"Karena memang makanan alami penyu, rumput laut banyak yang rusak karena dimakan oleh penyu, para petani pun tidak bisa berbuat banyak karena penyu hewan yang dilindungi," ujarnya.
Baca juga: Sebelum Bersih-bersih Pantai, Isran Noor Berpesan Agar Warga Pulau Maratua Tiru Kebiasaan Orang Bali
Ia mengatakan, petani rumput laut Maratua mampu menghasilkan produk sesuai standar permintaan pasar.
Diakuinya, dulu rumput laut asal Maratua sempat dipasarkan hingga ke luar daerah seperti Pulau Sulawesi. Menurutnya, saat ini sudah tidak ada lagi petani rumput laut di Maratua.
"Masyarakat pun saya lihat belum ada yang tertarik untuk mengembangkan potensi rumput laut ini. Dulu banyak petani rumput laut, karena Pulau Maratua berbentuk seperti huruf U, biasanya di bagian dalam pulau, petani biasa mengembangkan rumput laut, kalau di luar kan gelombang cukup besar," jelasnya.
Ia menambahkan, terkait bantuan dari pemerintah baik itu dari kabupaten hingga pusat dirasakannya sudah cukup.
Ia menyebut, bantuan biasanya berupa peralatan untuk keramba maupun pancing bagi nelayan, selain itu juga ada bantuan perahu.
Baca juga: Maratua Wisata Ikonik di Kabupaten Berau, Jadi Opsi G20 Khusus Diving
"Kami di sini ada musyawarah kampung, biasanya untuk menentukan apa yang diperlukan masyarakat, itulah yang menjadi dasar kami untuk mengajukan bantuan ke pemerintah," ucapnya. (*)