Virus Corona di Samarinda
Vaksinator Binda Kaltim di Samarinda Temui Kejadian Unik Saat Bertugas, Berikut Kisahnya
Vaksinasi massal yang digelar Badan Intelejen Negara Daerah Kalimantan Timur atau Binda Kaltim memang menunjang persentase terciptanya kekebalan
Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Vaksinasi massal yang digelar Badan Intelejen Negara Daerah Kalimantan Timur atau Binda Kaltim memang menunjang persentase terciptanya kekebalan komunal.
Namun dibalik itu semua, ada cerita dari tenaga kesehatan (nakes) yang ikut dalam kegiatan vaksinasi massal itu. Perempuan bernama Yaumil Fitri menceritakan pengalamannya ketika masuk dalam tim vaksinator.
Dia mengungkapkan baru dua bulan bergabung dengan tim vaksinator, tepatnya pada November-Desember 2021, setelah lulus dari salah satu akademi profesi keperawatan.
Karena keinginannya sendiri dia memutuskan ikut di Binda Kaltim melalui proses seleksi untuk menjadi vaksinator.
Terhitung ribuan lebih dosis yang sudah disuntikkan kepada masyarakat selama dia ikut dalam kegiatan vaksinasi. Menurutnya berbagai pengalaman didapat saat menjadi vaksinator.
Baca juga: Satgas Covid-19 Kutim Dapat Bantuan Rp 1 M, Kadinkes Sarankan Dipakai untuk Mobilisasi Vaksinator
Baca juga: Kejar Target 50 Persen, Dinkes Kutim Genjot Vaksinasi di 18 Kecamatan dan Latih 100 Vaksinator
Baca juga: Gubernur Kaltim Isran Noor Mendadak jadi Vaksinator Covid-19: Kecil Ini Jarumnya
Selain itu kejadian unik lain juga kerap didapatinya. Misalnya, saat masyarakat banyak yang ingin divaksin tetapi tidak bisa, karena sakit.
Di situ dia mencoba menyakinkan agar masyarakat memahami, menurut perempuan berusia 23 tahun ini, disitu letak tantangannya.
Kekecewaan yang muncul coba dipahaminya, namun dia juga semaksimal mungkin memberi pemahaman dan mengobati kesedihan yang dirasakan masyarakat.
"Lagi sakit, tapi maksa mau divaksin terpaksa nungguin sampai sore. Padahal nggak bisa. Kita nggak iyakan," ungkapnya Senin (3/1/2021) saat dihubungi lewat telepon seluler.
Begitu pun ketika vaksinasi pelajar, kejadian unik seperti tingkah lucu pelajar yang tadinya bersemangat untuk divaksin, menjadi takut karena ulah temannya.
Baca juga: 6 Vaksinator Melayani 2 Ribuan Warga Nunukan, Dinkes Merasa Sempat Lemah
"Karena temannya menakuti. Tapi tetap maju dan buka lengannya buat divaksin. Lucu banget," menurut Yaumil Fitri. Lalu vaksinasi anak dan lansia yang takut terhadap jarum.
Sekali lagi, Yaumil Fitri membujuk agar tidak usah tegang dan rileks saat akan disuntik.
"Jadinya sempat tegang. Kita nenanginnya ya bilang jangan dilihat. Terus, kita ajak ngobrol sampai selesai (disuntik), mereka nggak nyadar kalau sudah selesai (divaksin)," ucapnya.
Kendala juga kerap dihadapi Yaumil Fitri dan rekan sesama vaksinator, ketika masyarakat yang sudah dilakukan vaksinasi. Tepatnya ketika menunggu surat tanda bahwa sudah divaksin akan dikeluarkan.
"Kalau vaksinasi massal kan ramai. Kita cetak sertifikat vaksin kan tidak bisa cepat. Sedangkan banyak yang minta agar segera tercetak. Sedangkan kita kan terbatas juga, perlu waktu," keluhnya.
Baca juga: Vaksinator Suntikkan Vaksin Covid Kosong di Jakarta Berakhir Damai, Pelaku Akui Lalai & Minta Maaf