Virus Corona
ALASAN WHO Sebut Covid-19 Varian Omicron Bukan Penyakit Ringan, Berikut Gejala Orang yang Terpapar
WHO menyebutkan infeksi Covid-19 akibat varian Omicron tak boleh dikategorikan sebagai penyakit ringan.
Penulis: Ikbal Nurkarim | Editor: Doan Pardede
TRIBUNKALTIM.CO - Varian baru Covid-19 yaitu Omicron kian mengkhawatirkan penyebarannya di Tanah Air.
Pasalnya, kasus pasien terpapar Covid-19 varian Omicron terus mengalami penambahan jumlah kasus.
Tak heran jika kekhawatiran masyarakat adanya gelombang ketiga penyebaran Covid-19.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memperingatkan seluruh masyarakat untuk tidak menganggap remeh varian B.1.1.529 atau Omicron.
WHO mengatakan, varian Omicron diketahui tidak menyebabkan penyakit parah, tetapi lebih cepat menular dibandingkan varian sebelumnya.
Baca juga: Pulang dari Turki, Ashanty Positif Covid-19, Omicron? Penjelasan Kemenkes soal Hasil PCR Istri Anang
Baca juga: Covid-19 Tak Akan Pernah Selesai? Setelah Omicron, Dunia Kembali Digegerkan Temuan Corona Varian IHU
Baca juga: Ferdinand Hutahaean Beber Sosok yang Mualafkan Dirinya Tahun 2017, Saksinya Adik Kandung Gus Dur
Pihaknya juga menyebut infeksi Covid-19 akibat varian Omicron tak boleh dikategorikan sebagai penyakit ringan.
"Meskipun Omicron tampaknya tidak terlalu parah dibandingkan Delta, terutama pada mereka yang divaksinasi, tidak berarti dikategorikan ringan," ujar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers di Jenewa dikutip dari Kompas.com.
"Sama seperti varian sebelumnya, Omicron membuat orang dirawat di rumah sakit dan membunuh manusia," lanjutnya.
Melansir Reuters, Kamis (6/1/2022) Tedros memperingatkan potensi 'tsunami' Covid-19 akibat infeksi global melonjak karena varian Omicron dan Delta.
Hal ini akan menyebabkan sistem perawatan kesehatan kewalahan.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, pimpinan WHO untuk manajemen klinis Janet Diaz memaparkan, bahwa studi awal menunjukkan risiko rawat inap akibat Omicron lebih rendah dibandingkan dengan varian Delta.
Varian yang pertama kali diidentifikasi di Afrika selatan dan Hong Kong pada November 2021 ini, tampaknya tidak menyebabkan keparahan penyakit pada kelompok usia muda dan dewasa.
Pernyataan terkait penurunan risiko penyakit parah dibarengi dengan data lain, termasuk riset dari Afrika Selatan dan Inggris.
Akan tetapi, laporan yang ada sejauh ini tidak memberikan rincian lengkap tentang studi maupun usia pasien yang dianalisis.

Baca juga: Kadinkes Instruksikan Tiap Rumah Sakit Siapkan Tempat Tidur, Antisipasi Sebaran Omicron di Paser
Dampak varian Omicron pada orang tua merupakan salah satu pertanyaan besar yang belum terjawab, karena sebagian besar kasus yang dipelajari meneliti kelompok usia yang lebih muda.
Di samping itu, Tedros mengulangi seruannya untuk kesetaraan global terkait distribusi dan akses ke vaksin Covid-19.
"Berdasarkan tingkat peluncuran vaksin saat ini, 109 negara tidak dapat mencapai target WHO untuk 70 persen populasi dunia untuk divaksinasi penuh pada Juli," kata Tedros.
Target ini, dinilai dapat mengakhiri pendemi Covid-19 yang telah berjalan selama dua tahun.
"Vaksin booster di sejumlah kecil negara tidak akan mengakhiri pandemi sementara miliaran orang sama sekali tidak terlindungi (vaksin)," katanya.
Penasihat WHO Bruce Aylward mengatakan, sebanyak 36 negara bahkan belum mencapai 10 persen cakupan vaksinasi Covid-19.
Sebanyak 80 persen pasien yang mengalami penyakit parah di seluruh dunia belum divaksinasi.
Dalam laporan epidemiologi mingguannya, WHO mengatakan kasus Covid-19 meningkat 71 persen atau 9,5 juta kasus dalam sepekan.
Sementara kasus kematian akibat infeksi virus corona turun 10 persen, atau sekitar 41.000 kasus.
Di sisi lain, pemimpin teknis WHO untuk Covid-19, Maria van Kerkhove menyinggung munculnya varian terbaru B.1.640 atau varian IHU yang diidentifikasi di Perancis.
Dia mengatakan, varian ini pertama kali tercatat di sejumlah negara pada September 2021 lalu, termasuk di antara varian yang dipantau oleh WHO, namun belum menyebar secara luas.
Untuk diketahui, ada dua kategori lain yang digunakan WHO untuk melacak varian yaitu variant of concern yang mencakup Delta dan Omicron, serta variant of interest.
Baca juga: Covid-19 Meningkat di Indonesia, Kenali Gejala Orang Terpapar Varian Omicron, Ini Kata Kemenkes
Berikut ini sejumlah gejala Omicron dirangkum dari sejumlah sumber:
1. Sakit kepala
Sakit kepala bisa menjadi salah satu gejala Covid-19 varian Omicron.
Berdasarkan studi gejala oleh Zoe Covid (covid.joinzoe.com) yang didanai oleh pemerintah Inggris, menunjukkan bahwa sakit kepala bisa muncul sebagai gejala awal dan ini sebenarnya gejala yang lebih umum.
Dari studi ini menemukan bahwa sakit kepala akibat Covid-19 cenderung nyeri sedang hingga berat.
Kemudian bisa sakit kepala berdenyut, menekan dan menusuk dengan terjadi di kedua sisi kepala.
Sakit kepala biasanya bisa berlangsung lebih dari tiga hari dan cenderung sulit dihilangkan dengan obat penghilang rasa sakit.
2. Pilek
Zoe menemukan bahwa pilek merupakan gejala kedua yang paling sering dilaporkan setelah sakit kepala.
Zoe menyebut saat angka Covid-19 tinggi maka kemungkinan pilek karena Covid-19 juga tinggi.
Namun mereka menekankan ketika tingkat Covid-19 rendah maka pilek kemungkinannya pilek lebih mungkin disebabkan karena memang alergi atau penyakit lainnya.
Cukup sulit menyebut pilek sebagai gejala definitif umum utamanya selama musim dingin.
3. Bersin
Studi Zoe menemukan bahwa bersin biasanya lebih menjadi tanda Covid-19 pada orang yang sudah divaksin.
Meskipun mereka menekankan bahwa bersin lebih mungkin sebagai tanda pilek atau alergi. Sehingga bersin bukanlah gejala yang umum.
Baca juga: Covid-19 Varian Omicron Mulai Mengganas di Indonesia, Ini Masker yang Direkomendasikan Ahli
4. Sakit tenggorokan
Sakit tenggorokan pada Covid-19 biasanya cenderung lebih ringan dan berlangsung tak lebih dari 5 hari.
Sehingga apabila sakit tenggorokan lebih lama kemungkinannya dikarenakan sebab lain.
Data Zoe menunjukkan mereka yang terkena Covid-19 biasanya melaporkan sakit tenggorokan meskipun ini biasa terjadi pada orang dewasa.
5. Kehilangan penciuman
Selama ini kehilangan penciuman menjadi indikator terkuat infeksi Covid-19.
Namun hal ini kemungkinan berubah, sehingga seseorang tak perlu kehilangan indra penciumannya sepenuhnya ketika terinfeksi.
Adapun sejumlah ahli meyakini kehilangan penciuman dan atau rasa tidak terjadi pada pasien Omicron
6. Batuk terus menerus
Batuk terus-menerus selama ini disepakati sebagai gejala utama pada Covid-19.
Batuk terus menerus berarti batuk berkali-kali dalam sehari selama setengah hari atau lebih.
Adapun pada Covid-19 biasanya adalah batuk kering dan jarang berupa batuk berdahak.
Batuk terus-menerus biasanya tiba sekitar beberapa hari setelah sakit dan biasanya berlangsung selama empat atau lima hari.
7. Kelelahan
Mengutip dari IndiaTimes gejala Omicron mirip dengan varian sebelumnya, yakni Omicron dapat menyebabkan kelelahan atau kelelahan ekstrem.
Seseorang mungkin merasa lelah, mengalami energi yang rendah dan mungkin memiliki keinginan yang kuat untuk beristirahat, yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Namun, penting untuk dicatat bahwa kelelahan mungkin timbul dari alasan lain dan masalah kesehatan juga.
Sehingga untuk memastikan Anda perlu melakukan tes untuk memastikan kondisi.
Baca juga: INILAH Gejala Banyak Dialami Orang yang Terpapar Varian Omicron, Kemenkes: Sebagian Tanpa Gejala
8. Tenggorokan gatal
Menurut dokter Afrika Selatan, Angelique Coetzee, individu yang terinfeksi Omicron mengeluhkan tenggorokan "gatal" daripada sakit tenggorokan.
Meski demikian gatal yang terjadi serasa tidak biasa. Sehingga gatal tenggorokan lebih menyakitkan.
9. Demam ringan
Pada varian Omicron demam yang terjadi memiliki efek yang tidak bertahan lama dibandingkan varian sebelumnya.
Menurut Coetzee varian menginduksi suhu tubuh dengan ringan sehingga tubuh bisa perlahan pulih dengan sendirinya ketika mengalami demam.
10. Keringat malam
Pembaruan Departemen Kesehatan Afrika Selatan, Dokter Umum Unben Pillay menyarankan agar keringat malam dimasukkan sebagai gejala varian Omicron baru.
Keringat malam ini muncul dengan jumlah sangat banyak sehingga pakaian dan tempat tidur menjadi basah bahkan saat berbaring di tempat sejuk.
Perlu dicatat, untuk mengetahui dengan pasti apakah seseorang terkena Covid-19 varian Omicron maka cara terbaik adalah dengan melakukan tes untuk memastikannya. (*)
Join Grup Telegram TRibun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.