Berita Internasional Terkini

Babak Baru Perang Rusia dengan Ukraina, Perundingan Dimulai, Putin Batalkan Serangan Nuklir?

Perang Rusia dengan Ukraina memasuki babak baru. Kini antara kedua negara tersebut sepakat untuk duduk bersama melakukan perundingan

Dimitar DILKOFF / AFP
Asap mengepul di atas kota Vasylkiv di luar Kyiv pada 27 Februari 2022, setelah serangan Rusia menghantam depot minyak. Menteri luar negeri Ukraina mengatakan pada 27 Februari, bahwa Kyiv tidak akan menyerah pada pembicaraan dengan Rusia mengenai invasinya, menuduh Presiden Vladimir Putin berusaha meningkatkan "tekanan" dengan memerintahkan pasukan nuklirnya dalam siaga tinggi. 

Sebelumnya diberitakan, dalam eskalasi dramatis ketegangan Timur-Barat atas invasi Rusia ke Ukraina, Presiden Vladimir Putin memerintahkan untuk membuat pasukan penangkal strategis Rusia ke tugas tempur khusus dan bersiaga penuh.

"Negara-negara barat tidak hanya mengambil tindakan tidak bersahabat terhadap negara kita di bidang ekonomi, maksud saya berupa sanksi yang tidak sah dan sangat disadari semua orang, tetapi pejabat tertinggi negara-negara NATO juga membuat pernyataan agresif terhadap negara kita," tambah Putin, saat memanggil Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan Kepala Staf Umum Valery Gerasimov, seperti dilansir RIA Novosti, Minggu, (27/2/2022).

Seperti yang tertulis dalam direktori di situs web Kementerian Pertahanan, pasukan penangkal strategis dirancang untuk mencegah agresi terhadap Rusia dan sekutunya, serta untuk mengalahkan agresor, termasuk dalam perang dengan penggunaan senjata nuklir.

Perintah itu berarti Putin memerintahkan agar senjata nuklir Rusia disiapkan agar sewaktu-waktu bisa diluncurkan.

Itu artinya meningkatkan ancaman dan ketegangan bahwa konflik dapat berubah menjadi perang nuklir.

Langkah yang bisa membawa dunia ke jurang perang nuklir itu terjadi ketika pertempuran jalanan pecah di kota terbesar kedua di Ukraina, Khirkiv, saat pasukan Rusia merangsek pelabuhan-pelabuhan strategis di Ukraina Selatan.

Baca juga: Belum Selesai Perang Rusia dengan Ukraina, China Bikin Panas Australia di Dekat Wilayah Indonesia

Sebelumnya, Menteri Pertahanan (Menhan) Prancis, Florence Parly dalam siaran radio pada Jumat waktu setempat mengatakan bahwa tidak ada satupun negara Eropa, begitu pula Amerika Serikat (AS), yang menginginkan terjadinya bentrokan militer secara langsung dengan Rusia.

Hal itu karena Federasi Rusia memiliki kekuatan persenjataan nuklir.

"Kami tidak menyatakan perang terhadap Rusia. Saya tidak berpikir negara Eropa atau AS ingin berperang dengan Rusia. Tujuan kami adalah untuk mencapai gencatan senjata," kata Parly.

Dikutip dari laman TASS, Jumat (25/2/2022), ia mencatat bahwa Rusia memiliki kekuatan nuklir dan NATO juga memiliki senjata semacam itu.

"Apakah anda ingin perang nuklir? Apakah Prancis bermaksud mengirim militer untuk membela Ukraina?" tanya Parly kepada penyiar radio yang berulang kali mengajukan pertanyaan yang sama.

Parly kemudian menekankan bahwa senjata nuklir sejatinya tidak boleh digunakan dalam kondisi apapun.

"Senjata nuklir adalah senjata pencegahan, yang tidak boleh digunakan," tegas Parly.

Ia kemudian menjelaskan bahwa prioritas Prancis dan NATO adalah untuk memastikan keamanan negara-negara anggota, terutama di sisi timur dan Ukraina bukan bagian dari aliansi'.

Pada saat yang sama, dirinya mengungkapkan bahwa Prancis telah membantu Ukraina 'untuk sementara waktu', tanpa memberikan rincian apapun soal bantuan dimaksud.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved