Berita Internasional Terkini

Rusia Marah pada Singapura, Dubes Rusia: Invasi ke Ukraina Tak Ada Hubungannya dengan Asia Tenggara

Rusia geram pada Singapura karena menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia karena invasi ke Ukraina.

Sergei SUPINSKY / AFP
Pemandangan umum jembatan yang hancur di kota Irpin, barat laut Kyiv, pada 8 Maret 2022. Kyiv dan sekutunya menolak proposal sebelumnya untuk mengevakuasi warga Ukraina ke Rusia sebagai aksi publisitas dan menuduh pasukan Rusia menambang dan menembaki rute pelarian. 

Dia mengatakan, China melihat bahwa situasi saat ini di Ukraina membingungkan.

"Kami mendukung dan mendorong semua upaya yang kondusif untuk penyelesaian krisis secara damai," ujar Liu.

Liu menambahkan, upaya maksimal harus dilakukan untuk mendukung Rusia dan Ukraina dalam melanjutkan negosiasi meskipun situasi sulit untuk menghasilkan hasil yang damai.

Penduduk mengevakuasi kota Irpin, utara Kyiv, pada 10 Maret 2022. Pasukan Rusia pada 10 Maret 2022 menggulung kendaraan lapis baja mereka ke tepi timur laut Kyiv, merayap lebih dekat dalam upaya mereka untuk mengepung ibukota Ukraina. Pinggiran barat laut Kyiv seperti Irpin dan Bucha telah mengalami kebakaran dan pemboman selama lebih dari seminggu, mendorong upaya evakuasi massal.
Penduduk mengevakuasi kota Irpin, utara Kyiv, pada 10 Maret 2022. Pasukan Rusia pada 10 Maret 2022 menggulung kendaraan lapis baja mereka ke tepi timur laut Kyiv, merayap lebih dekat dalam upaya mereka untuk mengepung ibukota Ukraina. Pinggiran barat laut Kyiv seperti Irpin dan Bucha telah mengalami kebakaran dan pemboman selama lebih dari seminggu, mendorong upaya evakuasi massal. (Aris Messinis / AFP)

Sementara itu, Sullivan mengatakan kepada CNN pada Minggu, Washington percaya bahwa China menyadari jika Rusia merencanakan beberapa aksi di Ukraina sebelum invasi terjadi.

Kendati demikian, Beijing mungkin tidak memahami sepenuhnya apa yang direncanakan Moskwa.

Sullivan mengatakan kepada CNN bahwa Washington mengawasi dengan cermat untuk melihat sejauh mana Beijing memberikan dukungan ekonomi atau material kepada Rusia.

Dia lantas menuturkan bahwa Washington akan memberikan konsekuensi jika itu terjadi.

"Kami berkomunikasi secara langsung, secara pribadi ke Beijing, bahwa pasti akan ada konsekuensi untuk upaya penghindaran sanksi skala besar atau dukungan kepada Rusia untuk mengisinya kembali," kata Sullivan.

"Kami tidak akan membiarkan itu berlanjut dan membiarkan ada jalur kehidupan ke Rusia dari sanksi ekonomi ini dari negara mana pun, di mana pun di dunia," imbuh Sullivan.

Pada Sabtu (13/3/2022), AS mengatakan akan mengirimkan senjata tambahan senilai 200 juta dollar AS untuk pasukan Ukraina untuk membantu mempertahankan diri dari serangan Rusia.

Baca juga: Serang Ukraina, Benarkah Vladimir Putin Mau Menghidupkan Kembali Rusia di Zaman Uni Soviet?

Mereka juga telah mengimbau China, negara-negara Teluk, dan negara-negara lain yang enggan mengutuk invasi Rusia dan ikut mengucilkan Moskwa dari ekonomi global.

Beijing, mitra dagang utama Rusia, telah menolak menyebut tindakan Rusia sebagai invasi.

Perdagangan menyumbang sekitar 46 persen dari ekonomi Rusia pada 2020 di mana sebagian besar adalah dengan China, tujuan ekspor terbesarnya.

Namun, Presiden China Xi Jinping pekan lalu memang menyerukan "pengekangan maksimum" di Ukraina setelah pertemuan virtual dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Perancis Emmanuel Macron.

Xi juga menyatakan keprihatinan tentang dampak sanksi terhadap keuangan global, pasokan energi, transportasi dan rantai pasokan, di tengah tanda-tanda yang berkembang bahwa sanksi Barat membatasi kemampuan China untuk membeli minyak Rusia. (*)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved