Berita Kaltim Terkini

Kepala Disperindagkop dan UMKM Kaltim Sebut Ekspor CPO Lebih Menguntungkan

Produksi industri Crude Palm Oil (CPO) yang menurun menjadi pertanyaan, apakah menjadi penyebab minyak goreng langka beberapa waktu belakangan

TRIBUNKALTIM.CO/NEVRIANTO HARDI PRASETYO
Ilustrasi Minyak Goreng - Dari data Dinas Perkebunan Kaltim hasil olahan CPO mengalami sedikit penurunan, sedikit banyak mempengaruhi produksi minyak goreng. TRIBUNAKLTIM.CO/ NEVRIANTO HP 

TRIBUNKALTIM.CO,SAMARINDA- Produksi industri Crude Palm Oil (CPO) yang menurun menjadi pertanyaan, apakah menjadi penyebab minyak goreng langka beberapa waktu belakangan.

Kepala Disperindagkop dan UMKM Kaltim HM Yadi Robyan Noor mengatakan industri CPO atau minyak sawit mentah di Benua Etam terdapat 89 pabrik yang aktif dari 97 yang ada.

Menurut Roby, sapaan akrabnya, Kaltim bisa memiliki pabrik minyak goreng berbahan baku sawit maupun kelapa dari yang beroperasi sekarang untuk memproduksi.

"Saat ini pabrik minyak goreng hanya tiga di Kaltim. Ada dua di Balikpapan dan satu di Bontang. Sedangkan, pabrik kemasannya baru satu di Samarinda," sebut Roby, Rabu (16/3/2022).

Terbatasnya pabrik produksi atau industri minyak goreng, bukan karena Pemprov Kaltim tidak melakukan upaya hilirisasi.

Hal ini juga, karena produsen CPO saat ini sangat diuntungkan dengan ekspor.

Baca juga: Bupati Edi Damansyah Rapat Bersama Perusahaan-perusahaan CPO di Tenggarong Kukar 

Baca juga: MAKI Menduga Eksportir Nakal Kirim CPO ke Luar Negeri Melebihi Kuota, Stok Dalam Negeri Terganggu

Baca juga: DPR RI Ingin Pemerintah Segera Atasi Kelangkaan Minyak Goreng, Larang Ekspor CPO

Pasalnya, permintaan ekspor sangat tinggi dengan harga sangat menguntungkan, yakni ada kenaikan. Harga juga disebut juga tidak terkendali.

"Kondisi tersebut, tidak dialami Kaltim saja, diluar juga merasakan dampaknya," terangnya.

"Pemprov Kaltim, mendorong agar pihak perusahaan perkebunan kelapa sawit kini juga membangun hilirisasi, misal pabrik minyak goreng," sambungnya.

Sementara itu Kepala Dinas Perkebunan Kaltim, Ujang Rachmad menyebut, data produksi sawit di tahun 2021 mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.

Belum lagi awal tahun 2022, santer pemberitaan salah satu negara penghasil sawit seperti Malaysia memberhentikan sementara produksi CPO karena kasus Covid-19 mengalami peningkatan.

Imbasnya, stok CPO di pasar internasional sangat terbatas, dampaknya pada kenaikan harga di pasaran. 

Akibatnya, produk CPO seperti minyak goreng pun turut mengalami lonjakan harga.

"Selama 2021, CPO itu 3,72 juta ton. Sedangkan untuk TBS (Tandan Buah Segar) yang bisa dihasilkan 17,13 juta ton," terang Ujang.

Penurunan hasil perkebunan sawit yang di kelola, baik di masyarakat dan perusahaan yang ada di Kaltim, diakuinya tidak signfikan. 

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved