Berita Internasional Terkini
Update Perang Rusia vs Ukraina: Keterlibatan China Kian Perburuk Keadaan, Amerika Ancam Xi Jinping
Update perang Rusia vs Ukraina yang telah berlangsung memasuki hari ke-24, pada Sabtu (19/3/2022)
TRIBUNKALTIM.CO - Update perang Rusia vs Ukraina yang telah berlangsung memasuki hari ke-24, pada Sabtu (19/3/2022).
Serangan demi serangan masih terus dilakukan pihak Rusia ke wilayah Ukraina.
Bahkan, banyak pihak yang memprediksi Ukraina akan segera menyerah ke Rusia.
Namun demikian, tak sedikit juga yang menganggap Ukraina tak akan menyerah begitu saja, dan bakal terus melawan hingga titik darah penghabisan.
Perang antara Rusia dengan Ukraina, juga berimbas terhadap banyak hal, termasuk terlibatnya sejumlah negara pada perang tersebut.
Belum lama ini, China dan Amerika Serikat menggelar pertemuan secara virtual, salah satunya membahas mengenai krisis yang terjadi di Ukraina.
Baca juga: Senjata Canggih Amerika Serikat Tewaskan Jenderal Rusia, Ukraina Makin Percaya Diri
Baca juga: Akhirnya Muncul ke Publik, Putin Berapi-Api Beber Latar Invasi Rusia ke Ukraina
Baca juga: AKHIRNYA Presiden Zelensky Ingin Bertemu Pihak Rusia, Singgung Soal Integritas Teritorial & Keadilan
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden terang-terangan memberi peringatan kepada Presiden China, Xi Jinping, agar tidak membantu Rusia.
Hal ini membuat kedua negara terlibat ketegangan.
Berikut daftar peristiwa di hari ke-24 invasi Rusia ke Ukraina, dilansir dari The Guardian, melalui Tribunnews.com berjudul 13 Peristiwa di Hari ke-23 Perang Rusia-Ukraina, Muncul Seruan dari Negara Bekas Uni Soviet:
1. Presiden AS Joe Biden berbicara dengan Presiden China Xi Jinping, pada Jumat (18/3/2022) untuk membahas perang Rusia-Ukraina dan masalah lainnya.
Biden diperkirakan akan memberi tahu Xi soal ancaman jika membantu Rusia dari sanksi Barat.
2. Analis intelijen Inggris mengatakan, Rusia terpaksa mengalihkan 'sejumlah besar' pasukan untuk mempertahankan pasokannya daripada melanjutkan serangannya di Ukraina.
Baca juga: Isu China Bantu Militer Rusia, Biden Beri Peringatan, Nasib Hubungan Tanpa Batas Putin & Xi Jinping
Laporan intelijen terbaru dari Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, masalah logistik terus melanda pasukan Rusia.
3. Sirene serangan udara terdengar di kota barat Lviv, diikuti oleh suara ledakan dan gumpalan asap, beberapa mil dari pusat kota.
4. Di Kharkiv, seorang pekerja penyelamat meninggal dan seorang lagi terluka setelah sebuah pusat perbelanjaan dibom pada Kamis, memicu api yang berkobar sepanjang malam.
5. Pejabat Ukraina menyebut, sekitar 130 orang berhasil diselamatkan dari ruang bawah tanah gedung teater yang terkena serangan udara Rusia di Kota Mariupol.
Diketahui, gedung teater itu merupakan tempat ratusan warga bersembunyi dan ditetapkan sebagai penampungan pengungsi.
6. Sekitar 30.000 warga sipil telah meninggalkan Kota Mariupol sejauh ini, kata pihak berwenang setempat.
Baca juga: 3 Kesalahan Terbesar Militer Rusia dalam Invasi Ukraina, Simak Penjelasannya!
Balai Kota Mariupol mengatakan, 80% perumahan hancur dan sekitar 350.000 penduduk bersembunyi di tempat penampungan dan ruang bawah tanah di Mariupol.
Selain gedung teater, pasukan Rusia diklaim menyerang area kolam renang tempat warga sipil, mayoritas anak, lansia, dan perempuan.
7. Lebih dari 20 orang tewas dan 25 terluka ketika serangan udara Rusia menghancurkan sebuah sekolah dan pusat komunitas di Merefa, dekat Kharkiv di timur laut Ukraina.
Serangan itu terjadi pada pukul 03.30 waktu setempat pada Kamis, kata Kantor Kejaksaan Kharkiv.
Dilaporkan, sepuluh orang berada dalam kondisi kritis.
8. Departemen Luar Negeri AS mengonfirmasi bahwa seorang warga negaranya tewas di Ukraina.
Baca juga: Uni Eropa Terpecah Soal Sanksi Rusia, Jerman-Italia Versus Polandia, Ada yang Pilih Netral
9. Seorang pejabat senior pertahanan AS, tanpa memberikan bukti, mengatakan bahwa moral pasukan Rusia mulai melemah.
10. Wali Kota Melitopol di Ukraina yang diduga diculik oleh pasukan Rusia, dibebaskan dengan imbalan sembilan anggota wajib militer Rusia yang ditangkap.
11. Ukraina sedang menyusun kesepakatan damai antara Kyiv dengan Moskow, tapi semua bergantung pada keputusan gencatan senjata dari Kremlin, kata Menteri Pertahanan Ukraina.
12. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyerukan runtuhnya Tembok Berlin dalam upaya untuk membujuk anggota parlemen Jerman untuk melakukan segala kemungkinan untuk menghentikan invasi Rusia ke Ukraina.
13. Menlu Uzbekistan menyerukan resolusi diplomatik atas konflik di Ukraina dan mengaku tidak akan mengakui separatis yang didukung Moskow.
Pernyataan Abdulaziz Kamilov, mengisyaratkan pernyataan anti-perang terkuat yang datang dari bekas sekutu Soviet Rusia sejauh ini.
Baca juga: Deklarasi Kemenangan Tak Kunjung Dilakukan Rusia, Putin dalam Tekanan, Terancam Digulingkan
Sementara itu, Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden bertukar pandangan melalui panggilan video, Jumat (18/3/2022) malam.
Adapun panggilan video tersebut dimulai sekitar pukul 21:00 hingga 22.52 waktu Beijing.
Pertemuan virtual antara keduanya ini terselenggara atas permintaan Biden.
Dalam obrolan tersebut, mereka membahas masalah hubungan kenegaraan antara China-AS.
Kendati demikian, mereka juga dikabarkan sempat terlibat obrolan tentang bagaimana situasi di Ukraina saat ini.
Mengingat, saat ini keadaan di Ukraina menjadi perhatian dunia.
Baca juga: Rusia Tuntut Google karena Salah Satu Iklan YouTube Bersifat Mengancam Warga
"Krisis Ukraina bukanlah sesuatu yang ingin kita lihat."
"Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan dua ekonomi terkemuka dunia, kita tidak hanya harus membimbing China-AS."
"Hubungan maju di sepanjang jalur yang benar, tetapi juga memikul tanggung jawab internasional kami dan bekerja untuk perdamaian dan ketenangan dunia," kata Presiden Xi, dikutip dari Kompas TV, Sabtu (19/3/2022).
Sementara dari sisi lain, Presiden Biden juga berupaya mencegah Beijing memberikan bantuan militer atau ekonomi kepada Rusia.
Hal tersebut diperkuat atas adanya informasi dari Gedung Putih yang mengatakan bahwa Joe Biden menggarisbawahi kepada Presiden Xi Jinping terkait konflik antara Rusia dan Ukraina.
Presiden Xi Jinping diingatkan tentang implikasi dan konsekuensi jika China memberikan dukungan material kepada Rusia.
"Implikasi dan konsekuensi jika China memberikan dukungan material kepada Rusia karena melakukan serangan brutal terhadap kota-kota dan warga sipil Ukraina," ungkap Biden.
Terkait hal itu, analis China dan AS menilai Beijing tidak mungkin akan membantu Moskow,
Ini karena bagi China, keterlibatannya pada konflik Rusia dengan Ukraina malah akan memperburuk keadaan.
Apalagi saat ini negara-negara di Asia Timur saat ini tengah memprioritaskan pembangunan ekonominya di atas kepentingan lain.
"Di panggung dunia, China tampaknya menjadi satu-satunya teman yang tersisa dari Rusia."
"Tetapi, akan menjadi kesalahan untuk melebih-lebihkan kekuatan persahabatan Tiongkok-Rusia yang tampak seperti itu."
"(Menurutnya) Presiden Xi Jinping sangat tidak mungkin membiarkan China terseret ke dalam konflik dengan memberikan dukungan militer langsung ke Rusia," kata Profesor Universitas Cornell, Allen Carlson, dikutip dari Tribunnews.com.
“Masalah yang paling penting dalam konflik bagi Beijing bukanlah mengakhiri perang atau memperkuat persahabatan tetapi melindungi kepentingan China sendiri."
"Sejauh ini, tampaknya Xi belum sampai pada kesimpulan tentang apa itu," kata Carlson.
Mungkin saja, kata Carlson, Beijing dapat menjadi mediator antara Moskow dan Kyiv, meskipun kecil kemungkinannya.
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, China tidak ingin terkena dampak sanksi ekonomi Barat terhadap bantuannya yang diberikan ke Rusia.
Kementerian Luar Negeri China menjelaskan adanya tekanan tumbuh di Beijing untuk menarik dukungan dari Moskow.
Beijing telah menolak untuk mengutuk sekutu dekatnya Rusia atas invasi ke Ukraina, dan menyalahkan Amerika Serikat dan "ekspansi ke Timur" NATO untuk memperburuk ketegangan.
"China bukan pihak dalam krisis, apalagi ingin terkena sanksi."
"(Kami) selalu menentang penggunaan sanksi untuk menyelesaikan masalah."
"Apalagi sanksi sepihak yang tidak memiliki dasar dalam hukum internasional," kata Menteri Luar Negeri, Wang Yi, Selasa (15/3/2022). (*)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.