Ramadhan

Sambut Ramadhan, Warga Jantur Kukar Bikin Laduman Raksasa dengan Dana Urunan, Jadi Penanda Berbuka

Warga asal Desa Jantur, Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) membuat dua buah laduman raksasa untuk menyambut datangnya bulan s

Penulis: Aris Joni |
HO/TRIBUNKALTIM.CO
Laduman yang ada di Desa Jantur, Kecamatan Muara Muntai, Kukar. HO/TRIBUNKALTIM.CO 

TRIBUNKALTIM.CO, TENGGARONG - Warga asal Desa Jantur, Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) membuat dua buah laduman raksasa untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan yang jatuh pada 2 April 2022 mendatang.

Laduman sendiri di Desa Jantur memang merupakan mainan yang sudah menjadi tradisi tiap tahun setiap datang Ramadhan.

Bahkan, laduman tersebut menjadi penanda waktu berbuka puasa di Desa Jantur tersebut.

Diketahui, laduman merupakan permainan ledakan tradisional, ada yang dibuat dari batang kayu dan adapula yang dibuat dari bambu dan dibentuk semacam meriam tanpa peluru yang dinamai warga setempat Laduman.

Namun, laduman yang digunakan warga Desa Jantur tersebut, yakni terbuat dari batang pohon dan dibuat sebanyak dua unit.

Baca juga: Sejumlah Desa di Muara Muntai Kukar Kini Nikmati Listrik 24 Jam

Baca juga: Anggota DPRD Kukar Ini Berencana Bangun Desa Wisata Bersama Warga di Muara Muntai

Kepala Desa Jantur, Abdul Aziz menceritakan, awalnya digunakan Laduman itu sekitar pada tahun 1950 silam, pada masa Muhammad Samran selaku Kades pada saat itu dan laduman ini hanya digunakan di Desa Jantur.

"Karena kebanyakan dimekarkan, jadi Desa Jantur Selatan dan Desa Jantur Baru. Jadi yang membunyikan sampai ke Kubar, Penyinggahan, Tanjung Isuy, Muara Muntai juga," ungkap Aziz kepada wartawan.

Untuk penempatannya, kata Aziz, tiap tahunnya akan dihadapkan ke dua arah, yakni satu unit mengarah ke hulu dan dan satu unit lagi mengarah ke hilir.

Sementara, untuk penggunaannya, hanya akan dibunyikan selama dua kali saja dan laduman tersebut dibuat dari dana hasil urunan warga desa.

"Kalau istilahnya namanya gotong royong, dana bisa sampai Rp 5 jutaan iuran, untuk makan bekerja gotong royong, untuk minum," tuturnya.

Sementara itu, salah seorang ustadz di Desa Jantur, Muhammad Riyadi mengatakan, tradisi yang telah berumur 72 tahun tersebut, pertama kali diinisiasi oleh seseorang bernama almarhum Imam Yahya.

Baca juga: Anggota DPRD Kukar Sopan Sopian Berharap Pemuda Muara Muntai Jeli Lihat Potensi Usaha

Di mana, tercetusnya sebuah laduman itu berawal karena minimnya teknologi pada masa itu, serta terbatas dengan jam saja. Oleh karena itu, warga sekitar membangun Laduman menggunakan batang pohon.

"Kadang-kadang nangka air, yang jelas yang besar. Karena nanti dibelah dulu baru ditabuh, diukir dulu dalamnya. Dan proses pembuatan kalau bahannya lengkap, satu minggu lebih selesai untuk dua buah laduman," jelas Riyadi.

Untuk jangka ketahanannya, kata Riyadi, jika tidak pecah dapat bertahan sampai akhir Ramadhan dan jadwal penabuhannya sendiri biasanya bersiap 5 menit sebelum ditembakkan saat Adzan Maghrib, yakni untuk mengisi karbit.

Untuk ditembakkannya, hanya dilakukan sebanyak dua kali saja. Karena stok karbit yang disediakan selama Ramadhan kurang lebih ada 20 kilogram.

Baca juga: Dinkes Kutai Kartanegara Rilis Capaian Vaksinasi, Minggu 22 Januari 2022, Muara Muntai Tertinggi

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved